pagi hari telah datang badai juga telah berlalu
semuanya pergi dari gua mencari makanan dan persiapan lain selama sebulan di pulau itu termasuk membuat ikan asap dan dendeng dagin serta beberapa rumput laut yang terbawa ombak semalam
tak lupa juga mengasah senjata yang di bawa karena di bawah pencakar langit adalah sarang hiu
semuanya bekerja agar mereka dapat melanjutkan perjalanan mereka lagi dan pulang dengan selamat
...
beberapa hari telah berlalu rombongan para suami yang tersisa telah sampai di area pencakarlangit
"WOI OJO ANA SENG NGANTI NYEKEL BANYU!! (WOI JANGAN ADA YANG MENYENTUH AIR!)"
semua orang yang mendengarnya langsung serapat ke arah tengah perahu takut menyentuh air, kecuali untuk Dirgantara (Tama) dan Ares yang tetap santai sambil memakan dendeng daging dan minum air kelapa seperinya mereka tak pumya sedikitpun rasa takut.
dari arah bawah air, muncul sebuah tangan dengan selaput yang berlendir mencoba meraih kapal yang di tumpangi Tama dan Ares, Ares yang menyadari nya, hampir mengambil tombaknya tapi di hentikan Tama
saat tangan itu sudah ada di tepi perahu, dia mengenggamnya berusaha menjatuhkan Tama dan Ares, dengan menggoyangkan kapal, Tama mengambil dendeng daging nya dan mengusapnya di tangan itu, langsung saja dendeng itu di genggam lalu di bawa ke dalam air laut yang dalam dan terlihat agak sedikit hijau menghalangi pandangan dari atas
"mahluk apa itu? itukah anak-anak dewa yang di kutuk?" -Ares bertanya, tubuhnya masih merinding bukan karena takut tapi jijik
Tama tak menjawab, tapi masih memandagi kepergian mahluk tadi
BYUUR!!
Tama dan Ares langsung menoleh di kapal samping mereka yang terbalik membuat dua penumpangnya tercebur ke dalam air, Ares langsung berdiri dari kapal hendak menolong keduanya, tapi Tama menahan kaki Ares dan menggeleng
Ares agak mengertakkan giginya dia baru sadar apa yang kan dia lakukan tadi, itu sama saja bunuh diri bukan penyelamatan, Ares memutuskan duduk kembali sambil melihat dua orang yang berenang ke arah kapal mereka berusaha membaliknya
"ayo kita balik kapalnya dalam hitungan-" belum sempat salah satu dari mereka berucap sudah ada yang berusaha menariknya ke dalam air di ikuti temanya yang sudah tenggelam duluan, dia berusaha melawan dengan menendang kakinya di air agar cengkraman di kakinya terlepas tak lupa tangnnya berpegangan pada kapalnya yang terbalik
dan yang mengejutkan adalah mahluk itu keluar dari dalam air, menampakan wajah menyeramkannya yang mirip ikan dan manusia yang bercampur,mulutnya penuh taring pipinya ada insangnya dan tak ada satupun rambut di kepalanya (botak), telinganya berbentuk bundar sperti penutup hidungnya juga pesek tapi masih berlubang yang semakin menjijikan adalah mahluk itu berledir
mahluk itu memeluk orang yang jatuh tadi sambil mendesis lalu menyeretnya ke bawah air, saat orang itu masuk ke air ada gelembung yang muncul di permukaan air sampai beberapa saat gelembung itu menghilang
semuanya menelan ludah baru pertama kali mereka melihat mahluk semenjijikan dan menyeramkan itu, rasanya tubuh mereka mulai bergetar dan secara naluriah mengambil tombak bersiap menyerang
"cih wes do moro temune (cih sudah datang ternyata)" kepela pemimpin berdecih kesal
"WOI AYO! dayung luwih cepet, iku seng kelelep tinggal no wae!! (woi ayo! dayumh lebih cepat, itu yang tenggelam tinggalkan saja!!)"
semua orang mulai mendayung lebih cepat, berusaha meninggalkan tempat itu
lagi!, ada tangan yang mencengkram kapal Tama dan Ares lagi, nafas Tama memburu, dia tak mau mati jadi makanan para mahluk jelek ini, Ares menenangkan Tama dengan menepuk bahunya sebentar mengembalikan kesadaran Tama
saat Tama sadar dia menoleh ke arah Ares dan memberikan dendeng daginga ke Ares,
Ares mengangguk kalau Tama saat ini sedang syok melihat mahluk tadi, jadi sebagai gantinya dia lah yang harus memberikannya
setelah di beri dendeng daging mahluk itu pergi meninggalkan kapal
GRAAAA!!
Tama dan Ares lagi-lagi menoleh kebelakang terkejut dengan apa yang dengan apa yang terjadi, Mahluk itu melopat keluar dari air berusaha menaiki salah satu kapal karena tangannya di tusuk dengan tombak, dan terlihatlah sudah semua tubuh dari mahluk itu yang separuh manusia dari kepala sampai perut dan sisanya adalah ekor ikan yang tak bersisik mirip seperti kulit bellut dengan lendir yang banyak
mahluk itu memeluk salah satu dari penumpang kapal sambil mendesis setelahnya menceburkan diri ke laut
sedangkan yang satunya lagi pasrah tak bisa apa-apa, tubuhnya diam bergetar, keringat mulai mengalir dari pelipisnya, dalam ketakutan itu dia berkata "aku seharusnya mendengarkan istriku....." dan kemudian menangis tersedu-sedu
namun dari sebelahnya bukan hanya dia yang kapalnya di naiki oleh mahluk tadi tapi juga di samping nya terkena imbasnya seorang anak remaja berumur 16 tahun yang di peluk mahluk itu juga
dengan sekuat tenanga remaja itu mengenggam tombaknya lalu menusukkan nya ke arah mahluk itu dan mengenai kepalanya sampai tembus ke belakang
merasa mahluk tadi sudah tak bergeming lagi, remaja itu mencabut tombaknya dengan kasar dan menendang mahluk itu keluar dari kapalnya
tak ada raut ketakutan ataupun syok tergambar di wajahnya hanya ekspresi datar dengan mata yang terlihat penuh tanya
semua yang ada di sana menoleh kepadanya
"itu seorang pangeran dari gungung timur" Ares menjelaskan pada Tama yang takjub pada fisiknya
bagaimana tidak? tubuh pangeran itu terbilang kecil karena memang masih berumur 16 tahun tidak seperti dia yang sudah dewasa, tapi bukan itu yang membuatnya kagum melainkan pupil matanya sama dengan Tama warna biru tapi lebih terang, dengan rambut bewarna putih albino tapi kulitya tak terlalu putih atau terlalu hitam
"who?"
"bahasa mu?"
tama menunjuk ke arah remaja itu
"ooh dia? kau tidak tau dia?"
Tama mengangguk
"dia pangeran dari gunung timur, kurasa dia sudah siap meminang adiknya"
Tama terkejut dan menoleh ke arah Ares
"kenapa melihatku begitu? kau tidak tau tradisi kerajaan gungung timur?"
Tama kembali mengannguk
"mereka tak akan bersama dengan orang yang bukan dari sedarah mereka, dan katanya mereka akan menikahi saudara mereka sendiri jika sudah siap"
Tama merasa agak kasihan dengan remaja itu, karena tak dapat memilih pasangannya dan juga dia sendirian di kapal
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak di Waktu yang berbeda
Science Fictionawalnya aku hanya orang yang depresi mencoba untuk bunuh diri dengan tenggelam di kolam renang dekat sekolah, sambil terus berdo'a agar tak terlahir di waktu ini sampai tak sadrkan diri. tapi saat ku membuka mata aku melihat sekeliling dan banyak pe...