Tara tak marah?
Tentu saja dia marah!
istri kecilnya yang baru saja dia tandai tadi malam sudah di sentuh oleh orang lain
ingin sekali dia membunuh orang itu
tapi pertama-tama dia harus menangkan istrinya
orang itu pasti memanfaatkan keadaan di mana dia tidak mau pergi ke pencakar lagit dan hanya menunggu milik seseorang yang sudah jadi lalu merebutnya
Tara belajar dari kejadian dulu, ia tak ingin Lintang lari darinya
tapi dulu dia pernah melihat sendiri sesuatu yang lebih menyeramkan dari ini, saat masih muda dulu, perebutan wilayah antar suku masih terjadi dan sangat parah, membuat kelompok sukunya hampir hancur ada juga orang luar dengan banyak benda-benda aneh dari luar pulau datang mengambil dan memperkosa serta menjadikan budak para penduduk pulau setelahnya mereka pergi meninggalkan anak-anak lelaki di pulau, mereka hanya mengambil perempuan tak peduli dewasa atau bukan, beberapa suku ada yang bertahan tapi beberapa juga hancur saat itu
para penduduk mencari cara agar bisa meneruskan keturunan meskipun hanya tersisa lelaki saja di pulau, hingga sampailah mereka ke buah merah merah misterius di pencakar lagit di luar pulau yang sangat berbahaya, terkadang juga ada hiu besar yang menyerang di tengah perjalanan
Tara menggelengkan kepalanya berusaha mengusir masa lalu itu
ia berdiri menggendong Lintang ala bridal karna ada Boba di pelukan Lintang, sedangkan untuk batang kayunya Tara tinggalkan di sana toh tidak akan ada yang mengambil
"kita kembali ke rumah? ..."
Lintang berkata dengan nada yang pelan dan gemetar ketakutan, tubuhnya di rapatkan dengan dada Tara
Tara mengangguk sebagai jawaban, membuat tubuh Lintang kembali bergetar
'itu benar kemana lagi kita akan pergi?' Lintang membatin dalam pikirannya, dulu dia juga seperti itu, sesakit apapun semengerikan apapun rumah itu
rumah tetaplah rumah
kemana lagi harus pergi selain rumah?
teman?
Lintang tak punya teman
kabur?
Lintang tak seberani itu, lagi pula akan ada lebih banyak masalah jika melarikan diri dari rumah, terutama masalah uang
tubuhnya lemah dan tak akan kuat jika terus terkena sinar matahari dan hawa dingin terlalu lama
dia tidak sekuat kucing yang kabur dari rumah
di sepanjang perjalanan sesekali Tara mencium wajah Lintang berusaha menghilangkan bekas bau dari pria menjijikan itu yang tertinggal
sesapainya mereka di rumah tak ada siapapun dan hanya tertinggal cairan menjijikan di samping tempat tidur mereka, Lintang melihat sekeliling dan menyadari kalau selimut kulit yang di berikan oleh Tara sudah menghilang tak terliat lagi
mungkinkah itu di ambil?
Tara menghela nafas lalu membawa Lintang keluar dari sana, menurunkan Lintang di batu dekat sungai
"man .... dilah" Tara berkata sambil tangannya mengayun dengan tanda isyarat agar Lintang mengerti
Lintang mengangguk sebagai jawaban
Tara meningglakan Lintang di sungai dengan was-was meskipun dekat dengan rumah tapi tetap saja kemungkinan orang itu masih ada di sekitar sini
Lintang mendongak saat Tara pergi ia melihat ke langit merasa bersyukur memiliki Tara yang sabar dengan kejadian ini

KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak di Waktu yang berbeda
Science Fictionawalnya aku hanya orang yang depresi mencoba untuk bunuh diri dengan tenggelam di kolam renang dekat sekolah, sambil terus berdo'a agar tak terlahir di waktu ini sampai tak sadrkan diri. tapi saat ku membuka mata aku melihat sekeliling dan banyak pe...