50 ~ KEMENANGAN

468 50 1
                                    

rasa segar dan senang menyelimuti hati Lintang, sekarang ini ia dan Candra saling membasuh pundak

sekali lagi Candra di buat iri melihat pinggul Lintang yang lebar dengan paduan dua pantat besar

pantas saja Koi bilang Lintang akan mudah untuk melahirkan

"kenapa pinggul mu sangat besar?!" Candra bertanya dengan ketus melihat bentuk tubuh Lintang

"awalnya tidak sebesar ini, mungkin karena aku makan terlalu banyak buah merah, bagaimana denganmu Candra?"

"aku belum makan buah mencurigakan itu"

Lintang bingung dengan perkataan Candra, bukankah dia baru saja melihat Candra juga punya 'itu' di bawah sana? bentuknya pun mirip bahkan ada gajah kecil yang menggantung di atasnya

"tapi milikmu ..."

"oh ini sudah seperti ini sejak lahir, aku makan buah merah hanya untuk membuat rahimnya besar"

"ada apa dengan rahim milik mu?"

"memang seperti ini pria yang terlahir dengan rahim, karena terlalu kecil terkadang bayi bisa keluar lebih dulu dari yang seharusnya atau mungkin berdarah di dalam sana, yang paling parahnya bisa robek saat lahir

si kakek tua pernah bilang kalau itu adalah hasil dari ketidak sempurnaan evolusi

aku sendiri tak paham apa maksudnya itu"

"apa itu terjadi hanya padamu Candra?"

"tidak juga, ada beberapa warga desa yang memilikinya bagaimana denganmu Lintang?"

"ini hasil dari buah merah, aku tak punya rahim sejak awal, hanya wajahku saja yang mirip perempuan"

"..."

"Bagaimana dengan keluargamu Lintang? kau dari suku mana? aku belum pernah melihat pupil mata coklat selain orang-orang dari pulau putih"

"aku dari tempat yang jauh"

"dimana tepatnya itu"

"entahlah kurasa sudah tak ada lagi"

"apa ada peperangan antara suku?"

"tidak bukan itu"

"lalu?"

"aku hanya..."

FYUUUUU FYUUUU!!

Candra dan Lintang menoleh kearah sumber suara, seseorang bersiul dari atas dahan pohon yang besar sambil tersenyum meminum air kelapa di temani seekor monyet besar berekor panjang memakan buah pisang

"wuaaaaah... hari ini saaaaangat indah, iyakan Didin?"

sang monyet menjawab dengan melompat-lompat

"BANYU!! APA YANG KAU LIHAT!! CEPAT MENYINGKIR DARI SINI!"

Candra yang marah menunjuk Banyu

"kenapa? kan aku gak liat kamu, jelek~"

Banyu menjawab santai dengan nada di buat-buat lidahnya di julurkan bermaksud menghina Candra

"siapa yang kamu lihat selain keagungan ku!"

"siyipi Ying kimi lihat siliin kiiginingki Halah ta* mana ada yang mau liat pantat tepos kalo ada semangka di sebelah!"

Candra mengeram marah, di ambilnya batu sungai lalu di lemparkan ke arah Banyu tapi tak sampai dan hanya terjun kembali ke air

"PFFT! HAHAHAHAHAHA!"

Terjebak di Waktu yang berbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang