CDD-9 [DUA KISAH BERBEDA]

17K 863 2
                                    

"Sampeyan tahu darimana?" Pasalnya ia hanya menceritakan ini kepada Ashilla adiknya. Apakah Ashilla menceritakan ini juga kepada Ning Khilma?

Ning Khilma mendengkus sebal. "Sampeyan pikir saya kesini tanpa perhitungan, hah?"

"Halaah gayamu Ning," ejek Gus Zidan.

"Saya juga ndak mau di jodohkan sama sampeyan yang sudah seperti saudara saya sendiri, mengingat kita tumbuh besar bersama." Ning Khilma menghela napas, "Ashilla sudah cerita semuanya. Dia yang menghubungi saya, menanyakan apakah saya sangat menginginkan perjodohan ini. Saya menjawab tidak. Abah saya juga tahu jika sampeyan sudah seperti saudara saya sendiri,"

Gus Zidan tercengang. Mendengar semua ucapan Ning Khilma akhirnya ia tahu bahwa sebenarnya perjodohan ini bisa di bilang hanya candaan Abah Yai Ning Khilma saja.

"Abah saat itu memang bilang, bagaimana jika sampeyan saja yang menjadi suami saya. Abah hanya takut saya mendapatkan seorang suami yang kurang baik, makanya Abah mengibaratkan sampeyan sebagai contoh laki-laki yang baik dalam segala hal," paparnya lagi.

Ning Khilma menatap Gus Zidan, "Tapi mungkin, Abah dan Umah sampeyan sudah ngebet ingin melihat sampeyan menikah, makanya sampai menganggap ucapan Abah itu serius,"

Gus Zidan terkekeh pelan. Bolehkah ia merasa percaya diri untuk mengejar Ayana? Perasaannya benar-benar lega mendengar semua ucapan Ning Khilma barusan. Kini, ia tidak terikat perjodohan dengan siapa pun, jadi apakah ia boleh berusaha mengejar Ayana?

"Benar kata Ashilla, Mbak Ayana sangat cantik. Tutur bahasanya begitu halus dan lembut, wajar jika sampeyan jatuh cinta sampai bertahun-tahun patah hati sendirian,"

Gus Zidan lagi-lagi terkejut. Kemudian ia terkekeh dan memijat pelipisnya, "Ashilla. Dia terlalu jujur sekali,"

Ning Khilma tertawa, tentu saja. Ashilla mana mungkin berbohong kepada dirinya yang sudah sangat akrab dengannya sejak kecil. "Mata sampeyan saja ndak bisa bohong saat menatap punggung Mbak Ayana yang menjauh. Sudah beritahu Ummah, Gus?"

Gus Zidan menggeleng, "Saya malah hampir menerima perjodohan ini ning. Saya bahkan sampai di buat bingung karena bukan wajah sampeyan yang muncul saat istikharah, malah wajah Mbak Ayana yang merupakan istri orang lain,"

Ning Khilma mengangguk, ia tersenyum melihat wajah Gus Zidan yang berbinar saat bercerita mengenai Mbak Ayana, ia senang Gus Zidan mendapatkan cintanya meski harus menderita dulu selama bertahun-tahun. Dalam hati ia mendoakan agar jalan jodohnya Zidan dan Ayana di permudah, dan segera di persatukan.

"Tapi ternyata Allah maha mengetahui segala hal yang ada di langit, dan di bumi. Ashilla mengatakan jika Mbak Ayana dan suaminya sudah bercerai sejak ia datang kemari,"

Ya, tidak dapat di pungkiri betapa bahagianya saat ia berhasil mengerti, bahwa kemunculan wajah Ayana saat ia meminta petunjuk tentang jodohnya, ternyata Allah memang mengabulkannya. Ayana yang ia pikir masih dalam ikatan pernikahan dengan suaminya, ternyata sudah bercerai.

Jadi, ia menafsirkan jika Ayana dan dirinya memang berjodoh.

"Ning, jika saya jujur apakah Ummah dan Abah akan marah?" ini yang selalu menjadi penghalang dirinya untuk gegas mengejar Ayana.

Bagaimana pun Ayana adalah seorang janda, menikah dengan Ayana pasti akan mendatangkan omongan-omongan buruk tentang status Ayana. Bukan, ia bukan memikirkan dirinya, tapi ia memikirkan perasaan Ayana. Ia takut Ayana sedih dan tersinggung dengan omongan mereka, bukankah lidah lebih tajam dari pedang?

Ning Khilma menghela napas. "Justru sampeyan harus jujur Gus. Saya tadi dengar, jika sore ini Mbak Ayana akan berpamitan,"

Keningnya mengerut, "Pamit?" kemudian ia menghela napas. Benar juga, sudah tiga bulan ternyata. Waktu begitu berjalan dengan sangat cepat, jika Ayana memutuskan untuk pamit, bukankah mereka tidak akan bisa bertemu lagi?

CINTA DALAM DIAM [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang