Kedatangan Ayana dan Gus Zidan di sambut meriah oleh keluarga besar pondok pesantren Al-Hikmah. Ratusan santriwan dan santriwati menyambut kedatangannya dengan iringan hadroh, Ummah Aini, Abah Yai Muzaki dan Ashilla berdiri di barisan paling depan.
Ayana, dan Gus Zidan menyalami tangan kedua pengasuh pondok pesantren, sekaligus orang tua mereka. Ashilla juga tampak sangat kalem, padahal di dalam hatinya Gus Zidan yakin jika anak itu sudah ingin berlaku bar-bar dengan memeluk Ayana. Tapi, ia tidak akan membiarkan itu terjadi. Haha.
Ia tidak akan lagi membiarkan Ashilla memonopoli Ayana yang kini menjadi istrinya.
"Gimana perjalanan kesini lancar? Kenapa kok bajunya pada basah-basah begini?" Ummah Aini berjalan lebih dulu seraya menggandeng lengan Ayana, sementara Ashilla mencebik kesal karena tangannya di tahan oleh sang kakak, padahal ia ingin dekat-dekat dengan kakak iparnya.
Cih! Menyebalkan!
Ashilla ingin sekali mencubit lengan kakaknya, tapi ia harus menahan diri untuk tetap kalem di hadapan para santri ummah dan abahnya.
Ia menatap sang kakak yang tengah tersenyum mengejek kepadanya. Huh, awas saja, jika sudah sampai rumah ia akan mengunci dirinya bersama Mbak Ayana di dalam kamar miliknya, menonton film drakor seharian penuh dan biarkan si bucin ini kebakaran jenggot karena kesal.
"Mas tahu ya, otak kamu sedang merencanakan banyak hal. Tapi, Mas tidak akan membiarkan itu terwujud," Gus Zidan menunduk sedikit untuk berbisik ke telinga Ashilla yang tingginya hanya sebatas pundaknya saja.
Ashilla mendengkus sebal, tangannya masih di cekal oleh sang kakak. Ia merasa seperti anak kecil yang hendak menyebrang jalan bersama sang kakak yang menggandeng tangannya.
Kakaknya ini benar-benar menyebalkan!
Ummah Aini dan Ayana berbincang ringan sampai akhirnya tiba di ndalem. Ashilla yang sedari tadi lelah bersikap kalem kini tersenyum lebar, ia hendak berlari menghampiri Ayana, tapi langkahnya terhenti saat lagi-lagi sang kakak memegang tangannya.
"Aakkh! Ummah lihat! Mas Zidan nakal Ummah!!" teriakannya memenuhi ruang ndalem yang tampak sunyi.
"Nggak boleh deket-dekat Mbak Ayana," desis Gus Zidan.
"Zidan. Sampeyan kok iseng banget, yo ndak apa-apa. Sampeyan juga tahu sebelum jadi kakak iparnya, Mbak Ayana itu temen dekatnya Shilla. Wes toh biarin, kenapa harus ribut terus kalau ketemu," ucap Abah Yai Muzaki dengan sedikit tegas yang menandakan jika kakak beradik itu harus menurut.
Gus Zidan berdeham, "Yo wes, tapi jangan lama-lama. Awas ya kalau kamu sampe memonopoli Mbak Ayana,"
Ashilla memutar bola matanya lalu melepaskan cekalan tangan Gus Zidan dan gegas berlari memeluk Ayana. Gus Zidan mendengkus kasar, anak itu pasti senang dan merasa di atas awan. Batinnya.
Ummah Aini hanya tertawa melihat wajah kesal Gus Zidan, dan Ashilla yang tampak sangat senang memeluk Ayana. "Kamu iki kaya anak kecil saja. Yo tenang saja, Mbak Ayana ndak akan lecet kok sama adikmu," kekeh Ummah Aini seraya menepuk pundak Gus Zidan.
"Susah lho mi dapetinnya itu, Zidan sampe hampir mau pergi ke luar negeri karena saking galaunya,"
Ummah Aini dan Abah Yai Muzaki hanya menggelengkan kepalanya. Kalau kata anak muda zaman sekarang, Gus Zidan ini sangat bucin kepada Ayana. "Wes toh, jangan cemberut. Kamu ikut abah saja, ada yang mau Abah bicarakan sama sampeyan, penting."
Gus Zidan menghela napas, menatap ke arah sang istri yang tampak sabar mendengar ocehan Ashilla yang sangat heboh. "Inggih Abah. Zidan mau taruh koper dulu ke kamar,"
Abah Yai Muzaki mengangguk. "Nggih. Abah tunggu di ruang baca,"
****
"Mas Zidan iihh!!"
Ashilla memekik sebal saat Gus Zidan, sang kakak menganggu kebersamaannya dengan Ayana, kakak iparnya. "Jangan duduk disini iih! Pindah sana! Mas Zidaaaan!!"
Gus Zidan sengaja menulikan telinga daru suara rengekan Ashilla. Selesai berbicara dengan Abahnya, ia sengaja datang mengganggu Ashilla yang tengah fokus menonton netflix bersama Ayana di ruang tengah. Sengaja mengambil duduk di tengah-tengah Ashilla dan Ayana.
"Mas, apa sih tiba-tiba kesini, dan gangguin Shilla," ucap Ayana.
Kening Gus Zidan mengerut dalam, menatap sang istri sedikit kecewa. "Kenapa? Kamu nggak seneng Mas kesini?"
"Mas Zidan apaan sih iih! Ummah!!"
Gus Zidan berdecak pelan, menangkup gemas wajah sang adik yang tengah bersungut-sungut memarahinya. "Berisik Shilla,"
Ayana mrmijat pelipisnya, ia akui adegan ini memang menghiburnya, tapi lama kelaam ia menjadi kesal karena sang suami tampaknya sangat senang membuat Ashilla kesal. "Mas, sudah ah jangan gangguin Shilla." Lerainya.
"Tuh dengerin apa kata Mbak Ayana. Mbak Ayana kok mau sih nikah sama Mas Zidan," sungutnya. Ia memukul paha sang kakak saat pipinya di cubit kencang.
"Ya karena Mas ganteng. Iya kan sayang?" Tatapannya beralih kepada Ayana.
Shilla memasang wajah sebal. "Uwek, narsis banget," sungutnya.
Gus Zidan memicing ke arah Ashilla. "Apa? Mau mas cubit lagi pipi kamu?" Tangannya terulur mendekat ke wajah Ashilla yang tanpa cadar.
"Mas Zidan!!" Ashilla kembali berteriak, dan tak lama suara tawa sang kakak terdengar.
Ayana hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang suami yang sangat gemar membuat Ashilla kesal. "Mas, udah ah. Kasian shilla," Ayana kembali menegur.
Gus Zidan terkekeh, seraya mengecup pelipis Ayana yang terbalut hijab. "Iya sayang maaf. Maklum, Mas kangen sama Shilla,"
Ashilla mencebik kesal. "Nyebelin banget dengernya,"
Gus Zidan lagi-lagi terbahak, kini merangkul bahu sang adik dan mengecup pucuk kepalanya. "Maafin Mas ya," ucapnya yang hanya di balas gumaman malas dari Ashilla.
"Kok gitu jawabnya?" protes Gus Zidan.
"Iya Mas ku sayang, sing paling guanteeng sejagat raya," jawab Ashilla dengan senyum yang di paksakan, karena masih sebal kepada sang kakak.
Gus Zidan terbahak, lalu mengeluarkan ponsel dari dalam saku baju koko yang di kenakannya. "Aduuh makan apa ya yang enak buat nemenin nonton netflix?" ia berpura-pura berpikir, seraya melirik Ashilla yang tampak tertarik dengan bahasannya.
"Sayang, menurut kamu enaknya makan apa ya? Gimana kalau makan donat?"
Ayana yang mengerti akan rencana sang suami juga ikut-ikutan seolah berpikir seraya menatap layar ponsel sang suami yang membuka aplikasi yang memunculkan banyak menu makanan dan minuman yang bisa delivery. "Donat kurang cocok deh kayaknya Mas. Makan ayam pedas richeese kayaknya enak deh, terus minumnya beli--
"Mauuuuuu!!!"
Ayana dan Gus Zidan terkekeh mendengar Ashilla yang menyahut, dan ikut melihat layar ponsel Gus Zidan yang menampilkan berbagai menu makanan yang begitu menggoda.
Karena memang semudah itu mengembalikan mood Ashilla menjadi baik kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DIAM [TERBIT] ✓
RomanceAyana Kaifiya Hanifah bercerai dengan suaminya di usia pernikahnnya yang ke-6 tahun, hanya karena belum kunjung di beri momongan. Azka suaminya berselingkuh dan menghamili wanita lain dengan dalih ingin bisa memiliki keturunan, dan parahnya lagi hal...