"Mas, sampeyan kenapa toh? Ada yang mau di bicarakan dengan kami?"
Setelah berbicara berdua dengan Ning Khilma, mereka kembali ke ndalem. Ning Khlima juga sudah memberitahu niat awalnya kemari yaitu untuk mengundang keluarga ndalem untuk datang ke pernikahannya dengan Gus Malik minggu depan.
Abah Yai Zaki dan Ummah Aini tentu saja terkejut. Ternyata Yai Abdullah sudah menyiapkan calon untuk Ning Khilma.
Gus Zidan berdeham, "Ummah, Abah .... " ia masih maju mundur untuk jujur. Namun tatapan tajam Ning Khilma membuatnya akhirnya memilih untuk jujur.
"Inggih mas. Ada apa? Mas mau bicara apa?"
"Tentang istikharah saya--"
Ummah Aini menyela, "Maaf ya Mas. Saat itu Ummah dan Abah kesannya terlaku memaksa Mas untuk menikah." Gus Zidan dapat melihat wajah Uminya yang terlihat sedih dan juga ada penyesalan disana.
Gus Zidan berdiri dari posisi duduknya, duduk di sofa yang sama dengan sang ibu, dan merangkul bahu sang ubu seraya memberikan kecupan singkat di pipi wanita yang sudah tidak muda lagi itu. "Ndak apa-apa Ummah. Wajar, usia saya sudah hampir kepala tiga, maaf membuat Ummah dan Abah kepikiran tentang saya,"
Ummah Aini mengangguk, menepuk paha Gus Zidan pelan.
"Ngapunten Ummah, Abah. Sebelumnya alasan Saya belum menikah karena ada hal lain,"
"Apa itu Mas?" Ummah Aini bertanya.
Sedangkan Ashilla dan Ning Khilma yang sudah tahu memilih diam, menunggu Gus Zidan berani jujur dengan perasaannya.
Gus Zidan kembali berdeham, mengusir rasa gugupnya dan juga tatapan tajam dari Ashilla dan Ning Khilma. "Saya selama 6 tahun ini mencintai wanita lain Ummah. Namun sayang, wanita itu sudah menikah,"
Mendengar itu Ummah Aini dan Abah Yai Zaki terkejut. "Astaghfiruah Mas, sampeyan menyukai istri orang lain?" tanya Abah Yai seraya mengusap wajahnya.
Ummah Aina memukul paha Gus Zidan dengan sedikit keras, hingga sang empunya meringis. "Ya Allah Mas! Istighfar, sampeyan mana boleh ingin menikahi istri orang?"
Gus Zidan meringis, sedangkan Ashilla dan Ning Khilma terkikik pelan.
"Ummah, Abah dengar dulu. Saya belum selesai. Dek, kamu ndak mau bantu Mas?" Namun hal itu mendapatkan gelengan kepala dari Ashilla.
Abah Yai Zaki memijat pelipisnya, "Coba jelaskan kepada kami. Sampeyan ini kebiasaan, kalau bicara tuh ya jangan setengah-setengah."
"Abah, saya dulu terlalu pengecut sampai ndak bisa mengutatakan kepada Ummah dan Abah untuk menikahinya, hingga wanita itu di nikahi oleh pria lain,"
Gus Zidan menghela napas, Ummah Aini dan Abah Yai Zaki lagi-lagi terkejut, mereka bahkan sama seki tidak tahu jika Gus Zidan pernah menaruh suka kepada seseorang. Gus Zidan yang selama ini mereka lihat ceria itu ternyata menyimpan lukanya sendirian.
"Dan mengenai istikharah itu. Wajah Ning Khilma sama sekali tidak pernah muncul. Justru yang muncul adalah wajah wanita yang saya vintai sejak dulu Abah," kedua mata Gus Zidan tampak berkaca-kaca.
"Mas .... " Abah Yai benar-benar tidak menyangka jika putranya menyimpan semua perasaannya sendirian..
Gus Zidan mengusap wajahnya, tatapan matanya terlihat sendu, "Saya bingung saat itu. Mengapa justru wajah istri orang laij yang muncul saat itu? Sampai akhirnha saya mengetahui jika ia sudah bercerai dengan suaminya. Ummah, Abah. Apakah Ummah dan Abah tidak marah jika saya mencintai seorang janda, dan ingin menikahinya?"
Kedua orangtuanya saling memandang, lu kemudian mereka mengangguk. "Mas, apakah ia sudah selesai masa iddah?"
Gus Zidan mengangguk. "Sudah Abah,"
Sang Ayah berdiri dan menepuk bahunya. "Abah ndak akan melarang. Apalagi sampeyan sudah mendapatkan petunjuk melalui istikharah sampeyan,"
Mendengar itu, wajah Gus Zidan berbinar, wajah sendunya berubah cerah. Akhirnya ia mengantongi restu dari sang Ayah, Ning Khilma dan Ashilla juga cukup lega akhirnya.
"Boleh Ummah tahu siapa nama perempuan itu?"
"Iya Mas, Abah juga ingin tahu sosok orang yang bisa meluluhkan hati sampeyan selama bertahun-tahun,"
Gus Zidan menghela napas, "Mbak Ayana. Wanita itu adalah Mbak Ayana,"
Dan jawaban itu mengundang keterkejutan dari kedua orang tuanya.
Gus Zidan menelan salivanya, Ummah dan Abahnya kenapa tidak menjawab? Apakah mereka tida setuju?
***
Setelah di hebohkan dengan isu perjodohan Gus Zidan dan Ning Khilma, serta kunjungan Ning Khilma yang tiba-tiba, kini seisi pondok pesantren kembali heboh karena santriwati yang bertugas di kediaman Ummah Aini hari ini mendengar jika Ning Khilma tidak akan menikah dengan Gus Zidan, Ning Khilma datang untuk memberikan undangan pernikahannya bersama Gus Malik, sosok Gus yang seperti prangko dengan Gus Zidan.
“Sejak awal aku ndak dukung. Aku malah mendukung Ustadzah Ayana yang menikah dengan Gus Zidan,”
“Iya benar.” Santriwati yang lain menyahut.
Hal itu juga sampai ke telinga Ayana yang baru saja selesai mengepak barangnya. Rencananya setelah Ashar ia akan berpamitan, namun sang paman melarang. Sang paman memintanya pulang besok pagi saja karena khawatir terjadi apa-apa padanya di malam hari.
Ia berpikir Gus Zidan pasti tengah sedih karena Ning Khilma sudah di lamar oleh orang lain, apalagi itu itu adalah sahabatnya sendiri. Ayana tidak tahu saja bahwa sekarang Gus Zidan bukan sedih karena itu, tapi sedih karena hal lain.
Ia yang memang baru selesai shalat itu mengangkat tangan, dan berdoa kepada yang maha kuasa untuk ketenangan hatinya. "Ya Allah, yang maha pengasih. Hamba berserah padamu. Jika memang saya dan dia belum berjodoh, jangan biarkan perasaan ini terus menggerogoti hati saya,"
Ting!
Ayana gegas merapikan peralatan shalatnya dan meraih ponsel yang berada di atas meja belajar, ada sebuah pesan masuk dari Ashilla disana.
Ashilla.
Mbak, sedang apa?
Sedang sibuk, kah?Kening ayana mengerut tumben sekali Ashilla bertanya seperti ini, biasanya anak itu akan langsung muncul tanpaa di duga.
Ayana
Ndak sibuk Shill.
Ada apa?
AshillaBisa ke ndalem mbak?
Di panggil Ummah sama AbahPerasaannya mendadak tidak enak. Ia bertanya tanya apakah ia ada salah sampai di panggil ke ndalem?
Ayana
Ada apa to Shill?
Apa saya ada buat salah?Ashilla
Ndak ada Mbak.
Ummah sama Abah ingin bertemu saja,
Seharian ini kan Mbak ndak ke ndalemAh, perasaan Ayana sedikit lega. Ia takut ada membuat masalah selama ia mengajar disini. Tapi, tetap saja kenapa rasanya ia tetap was-was ya?
Ayana
Oh, inggih Shill.
Saya mau pakai kerudung dulu.Ashilla
Inggih, di tunggu ya Mbak.
Ayana bergegas menggunakan kerudungnya, meski lubuk hatinya bertanya-tanya. Entah, ia merasa akan ada sesuatu yang terjadi padanya. Tapi apa?
Ah, entahlah. Tapi mengapa perasaannya masih saja was-was?
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DIAM [TERBIT] ✓
RomanceAyana Kaifiya Hanifah bercerai dengan suaminya di usia pernikahnnya yang ke-6 tahun, hanya karena belum kunjung di beri momongan. Azka suaminya berselingkuh dan menghamili wanita lain dengan dalih ingin bisa memiliki keturunan, dan parahnya lagi hal...