CDD-25 [KABAR KEHAMILAN NING KHILMA]

17.3K 793 17
                                    

Ayana mengunci pintu kamarnya, menaiki tempat tidur dan menenggelamkan wajahnya di atas bantal. Suara tangisan perlahan mulai terdengar, Ayana menangis sendirian.

Bohong, jika dirinya tidak tersinggung atau pun sakit hati dengan ucapan ibu sakinah barusan. Padahal semua yang di ucapkan ibu sakinah itu benar, ia memang di tinggalkan karena tidak bisa memiliki keturunan, tapi tetap saja hatinya sangat sakit.

Ia tiba-tiba jadi overthinking apakah ia benar-benar tidak bisa hamil? Ia juga mendadak meragukan kesetiaan Gus Zidan kepadanya. Apakah semuanya tetap tidak akan berubah jika lima tahun, atau sepuluh tahun ke depan ia masih belum bisa memberikan keturunan?

Apakah Gus Zidan akan meminta izinnya untuk melakukan poligami?

Tidak. Tidak.

Ia tidak ingin semua itu terjadi. Tapi apa yang bisa di lakukannya? Doanya yang selalu di panjatkan tidak pernah di dengar oleh Allah. Ia sedih, hancur, dan putus asa karena itu.

Ia membalikkan tubuhnya menjadi terlentang di atas kasur, tangannya terulur mengusap perutnya yang datar. "Nak, cepat hadir ya di rahim bunda ...  " lirihnya.

Tok .. tok...

"Mbak Ayana? Mbak? Mbak di dalam?"

Ayana menghapus air mata dengan punggung tangannya, itu adalah suara Ashilla.

"Mbak?" Suara Ashilla kembali terdengar.

Ayana bergegas turun dari atas ranjang dan memutar kunci pintu, dan benar saja saat pintunya di buka sosok Ashilla berdiri di hadapannya dengan tatapan sendunya. "Mbak habis menangis?" tanyanya, mungkin melihat kedua matanya yang memerah.

Ayana tersenyum tipis. "Sedikit hehe,"

Ashilla menghela napas. Sedikit apanya? Kedua mata Mbak Ayana sampai memerah seperti itu. Ibu Sakinah benar-benar keterlaluan!

Hatinya saja sakit mendengar ucapannya, apalagi Ayana.

"Mbak sudah makan?" tanyanya. Ashilla memilih untuk mengalihkan pembicaraan. Ia tidak mau membahas soal kejadian pagi ini dulu, karena khawatir kembali melukai kakak iparnya itu.

Ayana menggeleng. "Sudah tadi jam 8 sama Ummah. Tapi lagi nunggu Mas kamu pulang, Mbak pesen bakso soalnya hehe,"

"Bakso?" Tanya Ashilla dengan mata yang berbinar.

"Huum. Kamu, Ummah, sama Abi juga Mbak pesankan ke Mas Zidan,"

"Asiik. Asiiik!!"

Ayana terkekeh, melihat Ashilla yang sangat antusias. Ia dan Ashilla memang sama-sama pecinta bakso, dan kebetulan sudah lama juga tidak memakan jenis makanan yang berbahan dasar dari daging itu.

"Mas Zidan pulangnya kapan emang Mbak?" tanya Ashilla yang tampak tidak sabar menunggu kedatangan Gus Zidan.

"Jam satu. Seperti biasanya Shill. Kamu apa ndak ngajar ke sekolah?"

Ashilla menggeleng, "Libur Mbak. Ah masih lama banget dong Mas Zidan pulangnya, sekarang aja baru jam 11,"

"Mbak. Mau ikut Shilla ndak?"

"Kemana Shill?"

"Ke kantin pondok hehe. Shilla lagi pengen jajan hehe,"

Ayana terkekeh. "Owalah. Mbak ikut, tunggu ya Mbak ambil uang sama handphone Mbak dulu,"

"Siap Mbak. Shilla juga mau ambil uang dulu, nanti ketemu di ruang tengah aja ya,"

Ayana mengangguk. "Inggih Shill."

Ayana masuk kembali ke dalam kamar, begitu pun dengan Ashilla yang juga kembali ke kamarnya. Ia bergegas mengambil selembar uang seratus ribu yang ia masukkan ke dalam case ponselnya. Ponselnya menyala, ada notifikasi pemberitahuan postingan baru dari suaminya.

CINTA DALAM DIAM [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang