Semua orang tampak tidak sabar menunggu hasil pemeriksaan dokter yang tengah memeriksa Ayana. Mereka semua takut terjadi apa-apa dengan kandungan Ayana, kejadian hari ini benar-benar membuat panik semua orang.
Abah Yai Muzaki sudah menceritakan semuanya, ia juga meminta maaf kepada Ashilla karena sudah membentaknya, padahal putrinya sama sekali tidak salah, ia hanya membela yang benar.
"Bagaimana dok kondisi istri saya?" tanya Gus Zidan yang tampak sangat cemas.
Dokter Anggit, tersenyum melihat kecemasan pada wajah keluarga ndalem. "Alhamdulillah. Ning Ayana hanya shock saja. Kandungannya juga sehat, adik bayinya kuat seperti ibunya."
Mendengat itu, para keluarga ndalem menghela napas lega, seraya mengucap syukur.
"Mungkin sebentar lagi akan siuman. Kalau begitu, saya pamit nggih Yai, dan ibu nyai,"
"Inggih, matur suwun bu dokter," sahut Ummah Aini.
"Sama-sama. Assalamualaikum!!"
"Waalaikumussallam."
Selepas kepergian dokter Anggit, suasana kembali tegang. "Ning Halwa sudah keterlaluan Abah!" ucap Gus Zidan. Ia benar-benar marah melihat istrinya yang terkena imbas atas perbuatan buruk dari Ning Halwa.
"Sudah. Ning Halwa sudah mendapatkan hukuman dari Kyai Syamsul," Ummah Aini menengahi. "Ummah ndak mau kamu emosi begini lho,"
Gus Zidan mengusap wajahnya, seraya mengucap istigfar. Meski hatinya masih sangat marah dengan perbuatan tercela dari Ning Halwa.
"Ueugh Mas .... "
Gus Zidan langsung menghampiri Ayana yang baru saja siuman. "Iya sayang, ada yang sakit? Atau kepala kamu pusing?" tanyanya seraya mengecup kening sang istri.
Ayana menggeleng. "Mas, aku sama Shilla ndak bersalah Mas, Ning Halwa--"
"Ssshh. Iya Mas tahu sayang. Kami semua tahu, Maryam yang kasih tahu semuanya. Sudah ya, semuanya sudah selesai,"
Ayana mengangguk, memejamkan matanya merasakan usapan tangan Gus Zidan di punggungnya. Ummah Aini, Abah Yai Zaki, serta Ashilla pamit meninggalkan pasangan itu.
"Kamu ada yang sakit ndak?"
Ayana menggeleng. "Mau di peluk Mas ... "
Gus Zidan terkekeh, ia naik ke atas rempat tidur, berbaring di samping istrinya dan memeluknya. Ayana tampak sangat nyaman berada di pelukan hangat suaminya.
"Mas tahu nggak, kejadian hari ini benar-benar hectic banget."
Gus Zidan mengecup keningnya. "Iya sayang. Sudah ya jangan di ingat lagi. Oh iya, adik bayi hari ini tumben belum minta apa-apa sama Abi ... "
Ayana terkekeh pelan, "Katanya mau di peluk Abi aja. Kangen terus sama Abinya,"
"Hm, begitu. Oke kalau gitu Abi mau peluk adik bayi seharian. Amihnya dikasih cium aja ya?"
Cup
Cup
Cup
Cup
Gus Zidan sengaja mengecup wajah Ayana berkali-kali, yang membuat sang istri tertawa geli. "Maaaas wajah aku basah semua!!" rengeknya.
"Apa sayang? Minta cium lagi? Oke siap!"
Cup
Cup
"Mas Zidan ...."
Gus Zidan tergelak, lalu mengendurkan pelukannya. Tangannya beralih mengusap perut istrinya yang masih datar, di usia kehamilan yang menginjak empat bulan. "Adik bayi, nanti kalau sudah keluar jangan seperti Amih ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DIAM [TERBIT] ✓
RomanceAyana Kaifiya Hanifah bercerai dengan suaminya di usia pernikahnnya yang ke-6 tahun, hanya karena belum kunjung di beri momongan. Azka suaminya berselingkuh dan menghamili wanita lain dengan dalih ingin bisa memiliki keturunan, dan parahnya lagi hal...