Ia mengikuti langkah sang adik yang menyeretnya, tanpa sadar jika kini sang adik tengah menelepon security untuk mengizinkan Ayana masuk.
“Mbak Ayana!!” tangannya yang semula menyeret sang kakak kini terlepas, ia berlari dan memeluk sosok wanita yang baru saja keluar dari dalam mobil Avanza hitam. Gamis berwarna peach yang di kenakannya begitu kontras dengan kulitnya yang seputih susu.
Berbeda dengan Ashilla yang tampak antusias, wajah Zidan terlihat tampak datar. Enam tahun sudah berlalu, tapi melihat Ayana hanya beberapa detik saja sudah membuatnya kembali goyah, semua usahanya untuk melupakan Ayana seolah sia-sia.
"Assalamualaikum, Gus ... " sapanya.
Dengan senyum tipis Gus Zidan menjawab salam dari Ayana. "Waalaikumsallam, apa kabar Mbak?" ia mencoba untuk tidak goyah melihat wajah Ayana yang berjarak beberapa senti dari tempatnya berdiri.
"Alhamdulillah baik Gus. Panjenengan sendiri bagaimana kabarnya?"
"Alhamdulillah saya sehat Mbak,"
Ayana menundukkan kepala. Entah, ia merasa sikap Gus Zidan berbeda hari ini. Biasanya ia akan berbicara dengan wajah yang penuh senyum nan ramah, bukan dengan wajah datar seperti itu.
'Kira-kira ada apa ya dengan Gus Zidan?' Ayana bertanya dalam hati.
Gus Zidan mengarahkan tatapannya kepada sang adik yang masih terlihat sangat senang, seraya menggenggam tangan Ayana.
"Ajak Mbak Ayana masuk dek. Mas mau ke pondok putra dulu,"
"Lho kenapa Mas? Ini belum waktunya Mas mengajar, kan?" tanya Ashilla.
Gus Zidan mengangguk. "Mas ada perlu dengan Mas Ammar. Mbak Ayana ndak apa-apa kan saya tinggal dulu?"
"Oh, inggih Gus. Saya ndak apa-apa," jawabnya.
Gus Zidan mengangguk, "Dek. Ummah, Abah ndak menginap di kudus, kamu sama Mbak Ayana saja dulu nggih?"
"Inggih mas," jawabnya.
"Mbak, saya pamit ya. Assalamualaikum,"
"Waalaikumsallam," Ayana dan Ashilla menjawab bersamaan.
Gus Zidan berbohong jika ia memiliki urusan dengan Ammar, salah satu abdi ndalem ia hanya ingin menghindar dari Ayana.
'Sudah enam tahun. Saya pikir sudah berhasil melupakannya. Namun ternyata salah. Melihatnya tadi justu membuat saya goyah. Ayana, kenapa kita harus kembali bertemu?'
Setelah kepergian Gus Zidan, Ayana menatap punggung yang semakin menjauh, dan kembali bertanya dalam hati. 'Saya ada salah apa ke Gus Zidan? Kenapa sikapnya berubah? Apa kedatangan saya membuatnya tidak senang?'
"Ayo masuk Mbak!" suara Ashilla membuyarkan lamunannya, ia dan Ashilla berjalan bersama masuk ke area pesantren untuk sampai ke kediaman Abah Yai Muzaki.
Banyak hal yang mereka katakan saat keduanya sampai dan masuk ke dalam kamar Ashilla.
"Mbak, beberapa bulan lalu--"
"Iya Shill. Mbak dan Mas Azka bercerai," selanya, seolah tahu apa yang akan Ashilla katakan.
Ashilla mengusap bahu Ayana, "Mbak .... "
Ayana memalingkan wajahnya menatap tembok kamar Ayana yang di cat dengan warna coklat muda. "Keturunan. Kenapa hanya perempuan yang di salahkan jika tidak kunjung hamil? Kenapa hanya perempuan yang di maki-maki, sedangkan sang pria selalu terbebas dari pertanyaan menyakitkan itu. Bahkan, saya masih saja di salahkan saat Mas Azka datang ke rumah membawa wanita yang mengandung anaknya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DIAM [TERBIT] ✓
RomanceAyana Kaifiya Hanifah bercerai dengan suaminya di usia pernikahnnya yang ke-6 tahun, hanya karena belum kunjung di beri momongan. Azka suaminya berselingkuh dan menghamili wanita lain dengan dalih ingin bisa memiliki keturunan, dan parahnya lagi hal...