Ayana dan Gus Zidan sudah berada di salah satu rumah sakit yang lumayan memakan waktu lama dari pondok. Keduanya duduk di kursi tunggu, bersama beberapa pasangan yang mengantre untuk ke poli kandungan. Nomor antrian Ayana adalah ke enam, pasangan baru itu tampak saling menggenggam tangan, mereka sama-sama gugup dan sekaligus tidak sabar ingin melihat calon buah hati mereka.
Satu persatu nomor antrian di panggil, dan kini giliran pasangan muda itu yang masuk.
"Hallo selamat sore bapak, dan ibu," sapa dokter kandungan yang mereka tahu bernama Rachel.
"Sore dok," balas Ayana, dan Gus Zidan bersamaan. Keduanya lantas duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan sang dokter.
"Bagaimana Ibu Ayana, ada yang bisa saya bantu?"
"Iya dok, saya tadi siang baru saja mencoba testpack, dan hasilnya positif. Saya kemari ingin memastikan saja, apa saya benar hamil, atau tidak dok." papar Ayana.
Dokter Rachel mengangguk seraya tersenyum. "Oh begitu. Apakah ibu membawa testpack nya?"
Ayana mengangguk. "Ada dok, sebentar ya," Ayana merogoh tas slempang yang di bawanya, kemudian mengeluarkan dua buah benda bergaris merah dan meletakkannya di atas meja dokter Rachel.
"Saya lihat dulu ya Bu,"
Ayana dan Gus Zidan mengangguk.
"Oke, hasilnya positif ya bu. Mari ibu ikut saya,"
Ayana bangkit dari duduknya, mengekori langkah dokter Rachel yang membawanya ke sebuah brankar yang lengkap dengan peralatan canggih. Semula ia di tes darah, lalu dokter Rachel memintanya berbaring di atas brankar tersebut.
"Maaf ya Bu, saya singkapkan pakaiannya,"
"Iya dok."
Gus Zidan tampak berdiri di sisi brankar, melihat dokter Rachel yang mulai mengoleskan gel di area perut bawah Ayana, lalu menempelkan sebuah alat yang tersambung dengan monitor yang terpasang di dinding.
"Baik, kita mulai USG ya bu. Untuk memastikan keberadaan adik bayi ya,"
Gus Zidan menggenggam tangan Ayana, lagi-lagi keduanya merasa sangat gugup ketika layar di monitor berubah memperlihatkan gambar hitam putih yang tidak mereka mengerti, sampai kemudian dokter Rachel menghentikan gerakannya memeriksa Ayana saat ada titik hitam kecil terlihat.
Dokter Rachel tersenyum. "Wah, selamat ya Ibu hamil, usia kehamilannya sekitar dua minggu. Titik hitam ini adalah keberadaan adik bayinya masih sangat kecil berupa gumpalan darah," papar dokter Rachel.
Ayana dan Gus Zidan saling memandang. Lalu Gus Zidan mengecup kening Ayana lama, "Mas, saya benar-benar hamil,"
"Iya sayang. Selamat ya sayang, Mas senang sekali," Gus Zidan dan Ayana sama-sama menangis haru.
Dokter Rachel hanya tersenyum melihat pasangan yang tengah berbahagia itu. Ia meletakkan kembali alat USG nya, mengambil beberapa lembar tisu. "Maaf ya bu, saya bersihkan dulu gel nya. Hasil USG nya nanti saya cetak ya, untuk kenang-kenangan adik bayi yang baru berusia dua minggu,"
Ayana dan Gus Zidan hanya mengangguk. Keduanya benar-benar sangat bahagia dengan kabar hari ini. Gus Zidan membantu Ayana turun dari brankar dan kembali duduk berhadapan dengan Dokter Rachel.
"Apa ibu ada mual, atau muntah?"
Ayana menggeleng, "Tidak dok. Hanya sering pusing saja, dan cepat lelah,"
"Saya akan meresepkan obat anti mual ya, biasanya di trisemester pertama ibu hamil akan mengalami morning sicknes sampai akhir trisester pertama. Obatnya hanya untuk jaga-jaga saja ya jika mual atau muntah,"
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DIAM [TERBIT] ✓
RomanceAyana Kaifiya Hanifah bercerai dengan suaminya di usia pernikahnnya yang ke-6 tahun, hanya karena belum kunjung di beri momongan. Azka suaminya berselingkuh dan menghamili wanita lain dengan dalih ingin bisa memiliki keturunan, dan parahnya lagi hal...