CDD-13 [KABAR DARI ABAH]

15.1K 812 6
                                    

Di kediaman keluarga Ayana

"Nduk?"

Ayana memoleh ke arah Budhe Shafira yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya terbuka seraya tersenyum memperhatikan keponakannya yang sedang melipat pakaian. "Sedang apa anak cantik Budhe ini?"

"Sedang beberes pakain Budhe. Sini masuk Budhe," ajaknya.

Budhe Shafira masuk ke dalam kamar Ayana, duduk di atas ranjang disisi Ayana yang masih melipat satu helai pakaiannya. Ia tersenyum, dan mengusap pucuk kepala Ayana dengan lembut. "Nduk..."

"Inggih Budhe, ada apa?" tanyanya seraya meletakkan pakaian yang selesai di lipatnya ke sisi ranjang yang kosong.

"Apa masih memikirkan soal lamaran Gus Zidan?" tanya Budhe Shafira.

Ayana yang semula tersenyum cerah tiba-tiba mendadak diam. Ia ingat sudah satu minggu sejak lamaran itu, ia masih belum memberikan jawaban. Ia berpikir, apa Gus Zidan masih menunggunya? Selama satu minggu ini ia fokus berdoa dan memikirkan tentang ini berulang kali. Tapi tetap saja rasanya masih sangat sulit untuknya.

Apa nanti Gus Zidan akan meninggalkannya?

Apa nanti Gus Zidan akan menyalahkannya juga karena tidak bisa memberi keturunan?

Apakah Gus Zidan—ia masih sangat takut untuk menikah lagi.

Melihat adanya keraguan di wajah Ayana, Budhe Shafira menggenggan tanhan Ayana dengan lembut. "Nduk, Tidak semua laki-laki itu sama sayang. Oke, mungkin kamu masih trauma dan takut Gus Zidan seperti mantan suamimu. Budhe mengerti."

Ayana tidak membuka suara, hanya membalas genggaman tangan dari kakak mendiang ibunya. "Tapi nduk, apa kamu akan terus berkubang dalam ketakutan kamu sendiri? Sayang, Gus Zidan itu pria baik-baik. Baik akhlak serata agamanya, pria idaman semua wanita lajang,"

Iya Ayana tahu itu. Ia tahu bagaimana para ustadzah di asrama pondok sering membicarakan Gus Zidan, dan berkata ingin menjadi calon istrinya beliau. Para murid di kelas Madrasah Aliyah juga selalu membicarakan tentang kekaguman mereka kepada Gus Zidan. Ia tahu harusnya ia bersyukur karena dari sekian banyaknya wanita di dunia ini, Gus Zidan tertarik kepadanya yang hanya seorang janda.

"Kamu juga sebelumnya sudah menceritakan alasan kamu bercerai dengan suamimu. Dan Gus Zidan sama sekali tidak masalah dengan semua itu kan?"

Ayana mengangguk.

"Lantas, apa yang membuat kamu masih ragu?" Tanya Bude Shafira.

Ayana tidak menjawab.

"Kamu takut Gus Zidan tidak bisa memegang kata-katanya saat sudah menikah nanti?" Budhe Shafira kembali bertanya, dan Ayana mengangguk.

Budhe Shafira menghela napas, dan kini melepaskan genggaman tangannya pada Ayana. Ia mengusap pipi Ayna dengan lembut dan penuh kasih sayang, ia hanya ingin Ayana bahagia, dan merasa jika Gus Zidan adalah orang yang sangat tepat untuk itu.

"Mau beritahu bude hasil istikharah kamu selama satu minggu ini?"

Ayana akhirnya mengangguk. "Gus Zidan orangnya bude. Wajah Gus Zidan yang muncul,"

Budhe Shafira tersenyum. "Nah, kalau begitu apalagi yang kamu ragukan nduk? Budhe tahu ini pilihan yang sangat sulit bagi kamu. Tapi Ayana, putri kesayangan budhe ini pasti tahu kan apa yang harus kamu lakukan?"

Ayana mengangguk. Ia memejamkan matanya sejenak, merasakan lengan bude nya yang kini kembali menggenggam tangannya. Gus, apakah pilihan saya sudah benar? Saya harap semua kata-kata panjenengan bukan hanya bualan saja.

CINTA DALAM DIAM [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang