"Ma--aas sakiit. Aku minta maaf ya, jima sekiranya pernah menyakiti Mas tanpa sadar,"
Tidak.
Gus Zidan menggeleng, seraya mengeratkan genggaman tangannya, memberikan kekuatan kepada sang istri. "Ayo, kamu pasti bisa sayang. Tolong jangan menyerah sayang, kamu wanita hebat,"
Ayana menggeleng lemah. Sungguh, seluruh tenaganya benar-benar sudah habis.
Ayana menangis, "Mas, jika nanti setelah melahirkan saya tidak selamat--"
"Ssstt. Ndak sayang, tolong jangan katakan apa pun. Kamu dan Adik bayi pasti selamat,"
Gus Zidan terisak, sungguh seluruh tubuhnya ikut merasa lemas melihat sang istri yang tampak tidak berdata di hadapannya ini.
"Jangan berpikiran terlalu banyak ya. Fokus untuk melahirkan adik bayi saja nggih? Sayang, kita sudah janji akan sama-sama terus, menemani hari-hari adik bayi dan menyaksikannya menikah, lalu menimang cucu bersama-sama. Mas mohon, jangan menyerah ya sayang?"
Ayana terisak, hatinya semakin perih melihat pria yang di cintainya juga tengah menangis seperti dirinya. "Tapi ... Aku sudah tidak kuat Mas ... "
"Bismillah ya sayang, kuat ya. Jika bisa biar Mas saja yang merasakan semua sakitnya. Mas juga ndak tega melihat kamu seperti ini."
Dokter kembali memberi instruksi untuk Ayana lebih berusaha mengejan, mendorong sang Bayi yang sudah hampir lahir. Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya, seraya menggenggam tangan sang suami dengan sangat erat, ia benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya.
“Owaa...owaaa,”
Suara tangisan bayi yang nyaring terdengar begitu menggema di ruang bersalin yang sempat tegang dan hening setelah Ayana mengejan untuk terakhir kalinya.
“Alhamdulillah. Selamat Gus, Ning, bayinya laki-laki. Tampan, sehat dan lengkap,” ucap sang dokter wanita yang sudah membantu persalinan Ayana.
Pecahlah sudah tangis Gus Zidan dan Ayana, begitu dokter mengangkat bayi laki-laki yang menangis dengan sangat kencang.
Gus Zidan mengecup kening Ayana dengan lembut. "Terima kasih. Terima kasih sayang, perjuangan kamu berhasil. Terima kasih banyak sayang, sudah berjuang sampai akhir,"
Ayana menangis kencang di pelukan sang suami. Pasangan yang baru saja menjadi orang tua itu sama-sama menangis karena terharu.
Sementara itu di luar ruangan, ada Budhe Shafira, dan Pakdhe Rasyid, yang berdampingan dengan keluarga Abah Yai Muzaki mereka tersenyum penuh suka cita, mendengar suara tangisan bayi yang begitu nyaring dari ruang persalinan.
Mereka mengucap syukur seraya menangis terharu. "Alhamduliah, Yai, dan ibu nyai cucu kita sudah lahir!" sahut Budhe Shafira seraya memeluk Ummah Aini, begitu pun dengan Pakdhe Rasyid yang juga memeluk Abah Yai Muzaki.
Ashilla sendiri juga sudah memangis, selama ini ia yang menemani keseharian kakak iparnya itu, mendengarkan setiap keluhan yang di rasakannya selama masa kehamilan. Ia menyaksikan sendiri bagaimana antusiasnya sang kakak ipar di setiap bulannya menanti sang buah hati lahir.
Hari ini, penantiannya telah usai. Bayi yang selama ini di tunggunya sudah lahir, membawa kebahagiaan bagk semua orang, terlebih keluarga Ndalem sendiri.
*****
"Allahu akbar, Allahu akbar. Laa ilaaha ilalallah .... "
Dengan berderai air mata, Gus Zidan baru saja selesai mengadzani putra pertama mereka. Putra yang selama ini mereka nantikan, Ayana menangis terharu menyaksikan itu semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DIAM [TERBIT] ✓
RomanceAyana Kaifiya Hanifah bercerai dengan suaminya di usia pernikahnnya yang ke-6 tahun, hanya karena belum kunjung di beri momongan. Azka suaminya berselingkuh dan menghamili wanita lain dengan dalih ingin bisa memiliki keturunan, dan parahnya lagi hal...