part 38

4.3K 318 73
                                    


Gracia menghela nafas, "Dibawa pulang Mas Bejo." Kedua mata Siska mengerjap kaget. "Lho, kog bisa? Setahuku Mas Bejo masih di Malaysia deh." Gracia mengedikan bahu, bibirnya di tekuk kebawah. Membuat Siska gemas dan menahan senyumnya.

"Kamu ndak usah khawater, Cici pasti pulang nanti." Siska mengusap bahu adik iparnya. "Kamu jangan mikir yang aneh-aneh." Tambah Siska dengan tatapan sayang.

"Aku takut Ci Shani dilamar Mas Bejo Sis." Kedua mata Gracia sudah mengembun.

Siska menggeleng. "Ci Shani ndak suka sama Mas Bejo, kamu tau itu."

"Ya siapa tau Ci Shani berubah pikiran."

"Huss, wes to..Kamu sing tenang, Cici nanti pasti pulang lagi di pelukan kamu." Gracia mengangguk mesti hatinya masih gelisah. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul satu siang, jam makan siang sudah terlewat. Gracia cuma glundang glundung diatas kasur, bahkan ia sempat menangis karna Shani tak kunjung pulang dari pukul 10 pagi tadi.

"Dek, makan siang dulu yuk, tuh di panggil Ibuk." Kepala Bhumi melongok dari pintu kamar menatap seenggok manusia bernama Adiknya itu.

"Nggak mau kalo Ci Shani belum dirumah." Rengek Gracia. Bhumi menghela nafas, ia jelas sudah tau perkara yang membuat adiknya itu galau sekarang. "Nanti pasti Ci Shani pulang." Jawan Bhumi kalem. Gracia tetep menggeleng dengan posisi tengkurap sambil menatap ponsel di tanganya.

"Yaudah, kalo Ci Shani belum pulang dalam 10 menit kedepan, kamu harus keluar ya, kalo enggak nanti Abang seret kamu." Setelah itu. Bhumi berbalik dan menutup pintu, di atas kasur. Gracia mencak-mencak lagi, dirinya kangen Shani, takut Shani di embat sama Bejo Paijo. Takut Shani di dukunin terus akhirnya mau nikah sama Bejo, takut kalo Shani abis pulang nanti ngajakin dirinya putus, takut nanti-

Ceklek!

Suara pintu kembali terbuka. Gracia menahan nafas, lalu berbalik siap membantai abangnya.

"Udah aku bil-, Ci Shani?." Gracia spontan bangun, moodnya yang sudah berantakan karna Shani tidak kunjung pulang, di tambah ekspresi wajah Shani yang datar dan diam.

"Ngapain aja sih? Kencan dulu sama Bejo?." Tanya Gracia ketus, wajahnya merah padam campuran rasa kesal, marah dan cemburu.

Shani menggeleng, lalu duduk diatas kasur, menarik pergelangan tangan Gracia lembut hingga tubuh Gracia terduduk di pangkuannya. Kemudian Shani memeluk tubuh Gracia erat, "Jangan marah." Ucap Shani lembut, ia tahu pasti Gracia marah menunggunya terlalu lama, dada Gracia juga bergemuruh naik turun.

"Iyakan? kencan dulu pasti kan?..Iyalah lama nggak ketemu." Ucap Gracia dengan intonasi yang terdengar ketus, "Ngapain aja coba kog bisa lama banget, makan bersama keluarga? Ngomongin tentang kamu mau di lamar?-

"Enggak, cuma ngobrol biasa." Potong Shani cepat.

"Alaah..Mana tau aku kalo ternyata mereka aslinya pengen lamar kamu kan? Kesempatan mumpung kamu dirumah dan belum punya calon." Kedua pipi Gracia sudah basah karna air mata.

Shani menatap lurus kedua mata Gracia tanpa kedip, enggan menghapus pipi mulus kekasihnya yang telah basah karna air mata. Shani membiarkan Gracia mengeluarkan segala isi hatinya, membiarkan Gracia meluapkan segala emosinya kepada Shani sampai lega.

"Kenapa diem aja? Bener kan kata aku, kalo keluarga Bejo menginginkan kamu untuk jadi calon istrinya Bejo?." Shani mengangguk, tidak ingin menutupi, tapi justru malah membuat Gracia semakin nangis dan memukul-mukul dada Shani karna kesal.

Bibir Shani mendesis pelan merasakan pukulan Gracia. "Serba salah ya jadi Shani, ngejawab di pukul nggak ngejawab di suruh jawab." Gumam Shani setelah Gracia berhenti memukul, kini Shani menempelkan keningnya di pundak Gracia, menggosokan keningnya disana. "Udah belum marahnya?." Tanya Shani pelan, kemudian kepala Shani mendongak, tanganya terangkat untuk menghapus air mata Gracia di pipi.

MY VILLAGE LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang