Tiga tahun kemudian....Flasback 2 thn lalu.
"Hah? Lho, Shani ndak jadi 2 periode?." Jarwo jelas kaget ketika melihat kandidat calon Lurah untuk tahun depan. Padahal ia berharap Shani bakalan menjabat sebagai lurah 10 tahun lagi, gapapa biar galak, tapi desa bisa maju di tangan Shani.
Jarwo buru-buru menutup laptopnya, lalu dia bawa keluar ruangan. Orang yang ia cari pertama adalah Shani, langkah Jarwo menuju ruangan Kepala Desa. Tanpa permisi, laki-laki 29 tahun tersebut duduk di kursi depan meja Shani.
Shani mengangkat satu alis menatap sosok Jarwo. "Enek opo?." (Ada apa?)
Wajah Jarwo berubah sendu menatap Shani."Kamu ngeprank kita-kita yo? Kamu bilang mau dua periode, tak lihat di calonan tahun depan ndak ada namamu Shan." Lalu Jarwo membuka laptopnya, menunjukan layarnya, disana tertulis data nama pencalon kepala desa tahun depan.
Shani menghela nafas, "Kamu kenapa ndak mau gantiin aku? Katamu kamu mau jadi kandidat selanjutnya?." Shani kini menggoda Jarwo, berusaha mencairkan suasana. Namun Jarwo menggeleng lemah, "warga udah percayain Desa ke kamu Shan."
Shani hanya tersenyum, lalu menunduk.
"Aku pikir tugas aku udah cukup Wo..Aku yakin kandidat selanjutnya bisa membawa Desa kita lebih maju lagi.""Chika tuh cengeng Shan, ndak bisa tegas, kamu sengaja ya nyuruh dia nyalon?."
Shani menggeleng, tak habis fikir dengan opini Jarwo tentang Chika."Chika tuh bisa tegas Wo, kamunya aja yang sering bully dia ndak bisa apa-apa..Malu kamu tuh sama Chika, dia bisa sat set ndak kayak kamu, mlempem!." Shani mendelik tajam menatap Jarwo.
Jarwo memilin jarinya di bawah meja. "Kalo Chika ndak menang gimana?."
"Jangan nyepelein pengagum Chika..Pemuda desa ini diem-diem pada ngelirik Chika kan?."
"Gagal wes gagal." Gumam Jarwo pelan, nadanya terdengar frustasi.
"Apanya gagal?." Alis Shani naik sebelah
Jarwo mengerjap. "Anu, tak pikir tahun depan aku mau lamar Chika, lha taunya dia malah nyalon lurah..Duh Shan." Kedua mata Shani membola, senyumnya merekah.
"Lha nunggu apa lagi? Langsung lamar lah to! Keburu di pepet yang lain nanti..Mehhh..Gayamu bula bully Chika, kesemsem kan kamu, kena karma." Shani tertawa pada akhirnya.
"Kamu kenapa ndak jadi nyalon dua periode sih Shan?." Tanya Jarwo setelah tawa Shani berhenti. Kali ini Jarwo terlihat serius, "Ya kan tadi udah aku jawab to, tugas aku udah selesai."
"Bohong! Kamu cinta banget sama Desa Shan, dedikasi kamu buat desa tuh besar banget..Ndak mungkin tiba-tiba kamu lepas semuanya." Kedua mata Jarwo memicing.
"Jangan-jangan..."
"Apa? Ndak usah nebak yang aneh-aneh!."
Jarwo tersenyum miring. "Jangan-jangan kamu mau nikah yo?." Shani langsung menggeleng cepat. "Calon aja belum ada, kamu ini nanti yang nyalip aku duluan Wo."
Jarwo meringis. "Ya semoga di mudahkan jalannya, kamu sama Mas Bejo ndak mau Shan?." Ya. Jarwo cukup tau jika pemuda ganteng anak juragan padi bernama Bejo Paijo itu di gadang-gadang mengejar cintanya Bu Lurah, tapi sayang cintanya selalu tertolak.
"Ndak cocok, Wo, wes kayak abang adek, ndak bisa ada rasa." Balas Shani.
"Terus, kalo udah ndak jadi lurah nanti, kamu mau ngapain? Ke Swiss lagi?."
Shani terdiam. Sebenarnya itu yang selama ini Shani pikirkan, ia mau ngapain setelah lengser dari jabatan? Jualan cilok? Shani tidak punya bakat memasak, masak air aja di icipin dulu kalo udah mendidih, ngecek udah mateng apa belum, apalagi bikin cilok, bisa hancur lebur dapur Ibunya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY VILLAGE LADY
Fiksi PenggemarAku memang berbeda daripada perempuan di luar sana , aku punya cara tersendiri dalam memaknai cinta.