Part 13

2.6K 265 14
                                    


Hati Gracia bagai di tusuk bambu runcing terus di taburin garem ditambah gula , cabe , terasi ( loh jadi kaya mau rujakan)..Beuh mak nyosss!, kenapa sih Shani tuh orangnya jujur banget, kan masih ambyar hati Gracia denger penolakan halus Shani. Halus tapi nylekit .

"Jangan gantungkan perasaan kamu ke saya terus, saya nggak tau kapan bisa membuka hati, lagi pula-" Shani mengerjab sebentar, meneliti wajah Gracia, kemudian menunduk.

"Lagi pula,kita segender, kita perempuan, saya ndak mau makin ngasih kamu harapan, kita ini tidak sebanding." Lanjut Shani lirih.

Air mata Gracia meluncur lagi, pupus sudah harapan nya, belum juga berjuang sudah tertolak duluan. Hadeeeh..Shani emang gak punya perasaan apa ya, kejam gak sih ?

Gracia milih menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut lagi, menangis hingga capek, hingga rasa sakit di hatinya menghilang, sampai akhirnya tertidur. Shani membuka selimut Gracia, menyeka anak rambut Gracia yang menutupi wajah. Hati Shani teriris dan di tikam rasa bersalah, ia harus terus terang kepada Gracia. Shani tidak ingin menyakiti siapapun, mau Bejo atau Gracia. Shani sama-sama tidak ingin memberi harapan kepada mereka. Karena takut ujungnya akan lebih menyakitkan .

"Makasih Ge, telah menunggu saya selama ini, jika suatu saat memang takdir saya kamu, saya tidak akan mengelak, saya akan memiliki kamu.. Untuk sekarang, biarkan saya selesai dengan masa lalu saya. Saya gak mau menjalin hubungan baru dalam bayang-bayang masa lalu.

" Shani memberi kecupan lembut di puncak kepala Gracia, setelah itu berjalan ke balkon untuk menghirup nikotin, hanya dengan itulah yang bisa membuat pikiran Shani jadi tenang.

Namun sampai pagi menjelang. Shani tidak bisa tidur, maka setelah ibadah subuh, Shani mendapat telfon dari Jarwo kalo kepala dinas kecamatan akan berkunjung ke Balai desa pagi ini jam delapan. Kabar dadakan ini membuat Shani mengumpat kata mutiara sampai membangunkan tidur lelap Gracia.

"Jancok! Berita ngeneki ngopo kudu dadakan duh gusti." (Jancok! Berita seperti ini kenapa harus dadakan duh Gusti)

Shani langsung lari ke kamar mandi setelah menyambar handuk. Kepalanya sedikit pusing akibat tidak bisa tidur semalaman, ia harus segera menyelesaikan mandinya, perjalanan kerumah membutuhkan waktu satu jam lebih.

Sedangkan Gracia, ia bangun terus duduk, wajahnya terasa ketat habis nangis semalam, matanya bengkak sudah pasti. Gracia mengambil ponselnya, ada beberapa pesan dari sang Kakak yang katanya sudah otw dari Jakarta sejak tadi malam untuk menjemput dirinya. Gracia menatap pintu kamar mandi sebentar, hatinya kembali mencelos keingat penolakan Shani semalam, ia loloskan gumpalan nafas sesak dari mulutnya. Berharap bisa menjadi lega dan tenang.

Beberapa menit kemudian. Shani keluar dari kamar mandi dan sudah memakai baju yang dia kenakan kemarin, keduanya saling tatap.

"Cici mau pulang sekarang?." Tanya Gracia dengan suara khas bangun tidur. Shani mengangguk cepat, "Ayo buruan mandi, Ge..Saya ada-

"Yaudah Cici pulang duluan aja, aku tetep disini." Potong Gracia cepat. Shani serta merta mendelik.

"Lho kog gitu, kamu pulang bareng saya, kan kesininya bareng saya, terus nanti kamu mau pulangnya gimana?." Shani mendekat kearah Gracia. Lagi-lagi Shani di tikam rasa bersalah melihat wajah sembah Gracia.

Gracia tersenyum kecil. "Kan ada maps, aku bisa naik grab, atau nanti Bang Bhumi biar langsung samperin aku kesini kan bisa, Ci."

"Jangan gitu Ge, saya yang bawa kamu kesini, masa saya tinggal gitu aja."

Gracia menepuk lengan Shani dengan senyum di wajahnya. "Gapapa Ci, toh aku hari ini pulang kan."

Shani langsung di rundung perasaan bersalah, "Tungguin saya selesai pertemuan di balai desa ya, jangan pulang dulu." Pinta Shani sungguh-sungguh.

MY VILLAGE LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang