Disinilah mereka bertiga, dirumah adik Gendis, tempat untuk menyidang Vino.
"Coba Mas inget, dulu sebanyak apa Mas nyakitin hati Cici aku? Setega itu lho sampean!." Bentak Siska sambil menggebrak meja. Gendis dan Vino sampai berjengit kaget.
Vino memilin tangannya di bawah meja, ia menelan ludah susah payah di tatap tajam oleh Siska, sepertinya Siska punya dendam kepadanya.
"Saya minta maaf, saya sungguh menyesal karena dulu telah menyia-nyiakan Dek Shani Bu, Dek Siska-
"Dak dek dak dek matamu soek! Aku bukan adekmu!." Semprot Siska lagi.
"M-maaf Siska, saya menyesal-
"Jiancukk , menyesal gundulmu, pikir pakai otak sebelum bertindak."Siska udah terbakar emosi.
"Maaf saya menyesal."
"Penyesalan emang selalu dateng di akhir Mas, kalo di awal itu namanya pendaftaran!." Siska terus-terusan memotong ucapan Vino, sabodo teing Vino dongkol padanya.
"Iya, saya tau salah salah-
"Alhamdulillah kalo siuman!." Potong Siska lagi, mukanya nyinyir banget menatap Vino.
"Wes, Ndu.. Biarin Ibuk sekarang yang ngomong." Tegur Gendis kalem. Kemudian Gendis menatap lagi kearah Vino, kali ini wajahnya tidak galak seperti tadi.
"Kamu masih sayang sama anak saya, Nak?." Tanya Gendis. Vino mengangguk cepat.
"Saya mau di beri kesempatan Bu, saya akan perbaiki semuanya." Kata Vino dengan serius.
Gendis menghela nafas."Nak Vino, seandainya dulu kamu tidak menghiyanati Shani, dan Shani tidak melihat gimana bejatnya kamu, mungkin sekarang Ibu bisa ngasih kesempatan ke kamu, Le...Semisal kamu punya anak perempuan, terus udah lamaran, udah di tentuin tanggal mau akad, tiba-tiba calon suami anakmu di kabarkan selingkuh, dan anakmu lihat perselingkuhan itu, terus anak kamu di tinggalin gitu aja sama calonnya, di sia-siakan..Kamu bakalan diem aja ndak?."
Bagai di tampar parutan kelapa. Vino langsung mati kutu, ludahnya ia telan dengan susah payah, seperti menelan paku payung sekilo, tidak bisa dia menjawab pertanyaan Ibu Gendis.
"Emm..
"Ndak kan? Saya juga gitu..Saya ndak bisa membiarkan anak saya di sia-siakan lagi sama orang yang menyakiti hatinya, menyakiti hati saya apalagi..Cukup Nak Vino, luka yang kamu toreh di hati anak saya, sembuhnya lama, lama sekali..Anak saya sampai trauma, kamu ndak ngerasain di posisi saya kan? Punya anak tapi dia kayak antara hidup dan mati." Air mata Gendis luruh, Siska menggenggam telapak tangan sang Ibu, ikut merasakan sakitnya waktu kondisi Shani tidak baik-baik saja karna ulah Vino.
"Kamu ini di cintai sepenuh hati sama anak saya lho, Le..Saya bisa lihat banyak harapan di dalam diri Shani untuk kamu, anak saya setiap hari ngomongin nak Vino terus, tiap telfon kamu raut wajahnya sumpringah, sampai saya Ibunya seneng banget liat anak perempuannya bahagia sebentar lagi mau menikah...Sesayang itu anak saya sama kamu,Le..Apa balasan kamu? Kamu malah selingkuh dan Shani lihat langsung, remuk hati anak saya Nak, remuk! Perlu kamu ketahui nak Vino, sesuatu yang pernah kamu lukai, apalagi yang sifatnya tidak berdarah, sembuhnya itu lama, meskipun kamu sudah mendapatkan maafnya, tapi tak akan lagi sama."
Tangisan Siska makin pecah, kenapa kata-kata Ibunya sangat menampar?
"Anak saya bukan penginapan, yang bisa kamu datengin sebentar terus kamu tinggalin gitu aja.. Pikirin perasaan Ibunya juga, kamu punya Ibu kan? Atau kamu lahir dari batu? Kalo kamu di posisi Shani, kamu yang di sakitin Shani seperti kamu menyakiti dia, belum tentu Ibu kamu bakal terima Shani lagi..
KAMU SEDANG MEMBACA
MY VILLAGE LADY
ФанфикAku memang berbeda daripada perempuan di luar sana , aku punya cara tersendiri dalam memaknai cinta.