Part 25

2.8K 276 42
                                    

Shani merebahkan tubuhnya diatas kasur, kakinya pegel, tubuhnya juga sangat capek. Mana semalem ia nggak bisa tidur abis acara plangkah sang adik, plangkah itu kalo di Jawa kayak adat yang artinya melangkah, semisal anak kedua mendahului sang Kakak pertama, harus ada acara plangkah. Yaitu dimana Siska harus memberikan seserahan berupa uang atau emas kepada Shani untuk menebus dirinya karena harus melangkahi atau menikah duluan mendahului Shani.

Semalam Shani tidur menjelang pukul 3 pagi setelah pikiran dan airmatanya terkuras di acara plangkah. Subuh jam 5 ia dibangunkan Bu Gendis untuk sholat abis itu di rias, sarapan sampai harus di suapin oleh ganti-gantian oleh Siska. Mata Shani berasa di gandulin Bh beserta isinya, hampir saja merem kalo saja pintunya tidak terketuk. Shani berdecak sebal, ia dengan lemas bangun dari kasur dan melangkah menuju pintu untuk membukanya.

"Numpang istirahat donk! Aku capek." Sosok Gracia nyelonong aja masuk tanpa ijin sang empunya kamar ,  kamarnya dan tiduran di kasur milik Shani. Shani menyusul setelah menutup pintu, mata Gracia terpejam, ia juga lelah abis nangis diam-diam ketika habis makan tadi, nangisin siapa? Ya nangisin keuwuan Shani dan Vino. Keduanya sama-sama rebahan dengan mata terpejam. Shani beneran capek, ia perlu tidur sebentar mumpung masih jam dua siang. Sebenarnya banyak yang ingin di obrolkan dengan Gracia, tapi Shani benar-benar tidak ada tenaga.

"Tidur, Ci?."

"Hmm.." Shani sedikit membuka matanya lagi ketika mendengar suara Gracia.

Gracia membuka mata, melirik Shani yang wajahnya tertutup lengan. "Tidur?." Tanya Gracia lagi dengan lirih.

"Iya, saya capek banget..Mau tidur sebentar..Kenapa?." Shani perlahan membuka mata, lalu kepalanya menoleh kearah Gracia, lengannya dia angkat dari atas kening, menunggu ucapan dari mulut Gracia.

"Yaudah kalo mau tidur." Kata Gracia akhirnya.

Tangan Shani terangkat dan jatuh diatas kepala Gracia. Lalu menepuk lembut kepala Gracia, bibir Shani tersenyum tipis, kedua mata Shani kembali tertutup.

"Jangan ngajak aku berdebat dulu ya..Aku beneran capek, Ge." Gracia menurut, ia mengambil telapak tangan Shani diatas kepalanya, hatinya berdesir mendengar panggilan spesial Shani untuknya, lalu mengangguk sambil tersenyum. Membiarkan Shani tidur karena rasa lelah, sebenarnya Gracia juga tidak berniat mau mengajak Shani debat. Ia juga capek, capek di perjalanan, lelah hati dan pikiran, juga capek nangis dari kemarin-kemarin, untuk itu ia kesini ke kamar Shani, mau numpang istirahat. Gracia juga memejamkan kedua matanya sambil memeluk lengan Shani posesif, dua gadis itu terlelap pada akhirnya.


"Kamu bahagia hari ini Shan?." Tanya Vino di sela mengunyah makanan.

Shani tersenyum, "Bahagia to Mas, kamu inget ndak dulu kita pernah ada ngomong kalo Siska langkahin kita, kita bakalan jitak kepala dia.. Sekarang dia tunangan ngelanglahin kita Mas, hahaha." Shani dan Vino tertawa, jenis tertawa hampa.

"Dia mau nggak ya kita jitak?." Vino melirik kearah Siska yang duduk di samping Bhumi. Vino iri dengan mereka saat ini, lalu Vino menggeleng, menepis pikirannya.

"Jangan weh, nanti Bhumi ngamuk."

Vino menatap kearah Shani lagi, lalu menyeka nasi di bawah bibir Shani. "Kalo kamu bahagia, Mas juga bahagia..Maafin Mas sekali lagi ya, udah pernah nyakitin kamu."

"Udah aku maafin Mas..Dan Maaf, aku nggak bisa nerima lamaran Mas." Keduanya saling pandang dengan sorot terluka. Sampai akhirnya Shani memutus pandangan lebih dulu, ia tidak mau sedih berlarut.

"Mas harus bisa lupain aku ya, meskipun kita gak bisa jadi bareng, kita masih bisa jadi temen, jangan terpuruk sama rasa bersalah Mas terus, aku udah maafin Mas..Yang lalu biarlah berlalu..Kita sekarang damai, bisa temenan, jalin silaturahmi yang baik." Pinta Shani lembut.

MY VILLAGE LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang