Part 26

2.9K 276 37
                                    


"Diem bisa gak sih Ge, "Shani meng ulti Gracia untuk ke dua kalinya .

Gracia akhirnya pasrah, membiarkan Shani menguasi bibirnya, toh Gracia nggak bisa bohong kalo dia juga kangen sama Shani. Gracia sudah tidak mau kemakan egonya untuk terus marah dengan Shani. Entah kerasukan setan apa Shani berani mencium dirinya? Gracia membalas lumatan Shani, mencengkram kedua pinggang Shani. Gracia juga memiringkan kepala supaya ciuman keduanya semakin dalam, suara decakan lidah menggema di ruangan 3x4 meter tersebut.

Shani menyudahi sesi ciumannya sebelum nafsu menguasai dirinya. Ditatapnya kedua mata Gracia yang sudah basah, sorot nya terlihat rapuh. Ia juga sama seperti Gracia, namun Shani tidak ingin memperlihatkan itu semua.

"Maafin aku, Ge" Ibu Jari Shani menyeka air mata Gracia, juga menyeka bibir bawah Gracia yang basah dan bengkak ulah dirinya.

"Kanapa Cici minta maaf? Cici ngelakuin kesalahan?." Keduanya beradu pandang saling menyelam kedalam netra masing-masing.

Shani menempelkan keningnya di kening Gracia.

"Menurut kamu, apakah aku ini salah?." Gracia mendorong bahu Shani hingga Shani mundur ke belakang.

"Dengan Cici nyium aku barusan..Cici udah ngelakuin kesalahan besar, maunya Ci Shani apasih?." Shani hendak maju, tapi Gracia berangsur mundur, air matanya luruh lagi.

"Jangan seenaknya sama aku Ci, dipikir jadi aku gampang apa? Setelah dari pagi ngeliat kamu berduaan sama Mantan kamu itu..Terus kamu pikir aku nggak bakalan terluka?." Bentak Gracia, Shani menunduk, tidak tega melihat tatapan hancur dari Gracia. Ia mencoba sekuat tenaga untuk tidak menangis, meskipun dadanya terasa sesak.

"Dasar egois." Desis Gracia. Ia hendak keluar, namun tubuhnya di tahan oleh Shani, dan akhirnya Shani memeluk Gracia dari belakang.

"Iya saya egois..Saya keras kepala, saya seenaknya sendiri, iya terserah apa kata kamu saja..Saya cuma pengen meluk kamu, maaf tadi malah kebablasan nyium, khilaf dikit, saya kangen sama kamu, Ge." Gracia mencubit lengan Shani, membuat Shani meringis kesakitan, namun tidak melepaskan pelukannya. Shani meletakkan dagunya di pundak Gracia, hidungnya menghirup aroma Shampo milik Gracia kuat-kuat.

"Jadi kapan? Kapan kalian lamarannya? Aku mau liat kalian bahagia." Kata Gracia sambil nangis, "Aku pengen lihat kamu bahagia bersama dia, biar aku punya alasan buat mundur." Dada Gracia sesak luar biasa. Shani tidak menjawab, keduanya saling pandang melalui pantulan kaca yang tertempel dilemari milik Shani.

"Jangan lihat, nanti kamu nyalahin aku lagi karena aku seenaknya." Jawab Shani setelah banyak diam dan menatap lurus kedua mata Gracia melalui pantulan kaca.

"Kamu emang seenaknya, tambah terus aja luka aku Ci, tambah terus, lama-lama kebal kalo kamu sakitin terus menerus."

Shani nggak tau harus tertawa apa sedih, ia juga tidak berniat memberitahukan jika dirinya dan Vino sudah selesai, untuk apa? Memberi harapan kepada Gracia? Shani tidak akan membiarkan Gracia memiliki harapan baru kepadanya.

"Kenapa nggak jawab, Ci?."

"Apa?."

"Kapan kalian lamaran?."

"Kamu gak perlu mikirin itu.. Sekarang saya-

"Pake aku-kamu bisa nggak?!." Gracia mencubit lengan Shani lagi.

"Sekarang aku yang tanya, kamu apa kabar?."

"Yang Ci Shani liat gimana?."

Shani memejamkan kedua matanya, ia salah bertanya.

"Jangan marah lama-lama, Ge, aku kangen lihat muka bete kamu" Shani mengeratkan pelukannya, wajahnya masuk ke ceruk leher Gracia, menghirup aroma tubuh Gracia, membuat Gracia merinding saat itu juga.

MY VILLAGE LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang