Part 16

2.5K 238 6
                                    

"Nama kamu siapa?."

"Gracia."

"Saya Alvino, panggil saja Vino, saya sutradara yang akan membuat project, kamu kan cewe kenapa ikut ke tengah hutan?." Laki-laki bernama Vino mengamati semua timnya dan juga kawan-kawan Gracia yang tengah sibuk, pada Bhumi yang sedang menyiapkan kamera dengan timnya.

"Memang kenapa kalo ikut ke tangah hutan? Saya suka traveling."

Vino mengamati wajah samping Gracia yang putih tanpa make up. Pada mata lentik Gracia yang fokus lalu lalang mengamati kesibukan orang, "Saya juga suka traveling, tapi kalo saya cewek..Saya lebih pilih duduk anteng dirumah sambil nyemil rengginang, kondisi hutan kalo musim hujan banyak lintah dan, Plak!..nyamuk." Vino memperlihatkan nyamuk yang sudah mati sehabis ia tampol di lengannya.

"Kamu sendiri kenapa ikut ke hutan? Kan kamu sutradara nya, bebas kan mau ikut apa enggak kalo membuat project." Gracia mengerutkan kening menatap Vino. Sebenarnya Gracia risih, lagi enak-enak hunting foto sambil mencari sinyal, malah di samperin Vino, tapi ternyata Vino orangnya asik juga. Pikir Gracia.

"Saya nggak bisa jauh dari kerjaan, saya lebih suka terjun langsung seperti sekarang." Jelas Vino.

"Definisi kerjaanku adalah hobbyku ya?." Gracia tersenyum geli, membuat Vino ikutan tersenyum dan mengangguk. Gracia memalingkan wajah lagi ke sekitar, pada abangnya yang fokus sama timnya. Ngomong-ngomong, Bu lurah apakabar ya? Gracia mengerjap dan beranjak meninggalkan Vino begitu saja yang hendak membuka mulut ingin menanyakan sesuatu. Namun tertahan kala Gracia menjauh dan masuk ke dalam tendanya.

Gracia kembali mengambil ponsel di dalam tas. Lalu membuka aplikasi Wa nya, matanya melirik layar atas pada posisi sinyal yang tidak ada garisnya sama sekali. Gracia mendesah sedih. Sinyalnya tidak terjangkau, terus gimana caranya dia bisa nelfon Shani?

Gracia keluar lagi dari tenda dan menghampiri Bhumi, wajahnya di tekuk. "Bang." Satu panggilan dari Gracia langsung membuat Bhumi menoleh. "Kenapa?."

"Disini ada wifi nggak sih?." Tanya Gracia sambil cemberut. Bhumi terkekeh, "Ya nggak ada lah, gimana sih kamu." Gracia semakin sedih. Coba, gimana supaya ia bisa ngirim pesan pada Shani? Gracia rindu sama Shani, tapi apa Shani juga rindu padanya? Ah nggak mungkin!

Gracia berdecak, mana mungkin seorang Shani kangen dengan dirinya? Bumi gonjang ganjing kalo sampai Bu Lurah itu kangen kepadanya. Shani kan manusia paling nyebelin, bahkan ketika Gracia pulang ke Jakarta. Shani tidak ada satupun menanyai kabarnya lewat chat, apalagi telfon. Minimal basa-basi kek, apakah perjalanan Gracia lancar?

Pret!

Jangan harap Gre. Karna Shani tidak akan seperhatian itu kepada dirimu, camkan itu!

Gracia harus menelan kesedihan untuk lima hari kedepan di tengah hutan karena nggak ada sinyal. Tau gitu dia ga ikut ke hutan, biar bisa telfonan sama Shani tiap hari. Tapi emang Shani mau telfonan sama dirinya? Ya ampun..Gracia menyugar rambutnya. Keinget Shani tidak punya waktu sebanyak itu untuknya, jangankan waktu. Bisa ingat dengan Grcia aja udah sujud sukur..Inget ya, Shani itu titisan akun bot, hidupnya baku.

Tapi bukan baku hantam.

Tiga hari di dalam hutan. Gracia masih punya setok kesabaran karna ia menghabiskan waktu buat hunting foto sekitaran lokasi, ia jadi makin akrab dengan sosok Alvino. Keduanya mancing ikan di sungai deket lokasi tenda. Vino cukup seru untuk ukuran teman ngobrol, membuat Gracia nyaman untuk membahas apapun dengan Vino.

"Eh, jangan di angkat dulu wei..Tunggu ikannya lari dulu-

"Ikan mana bisa lari sih. Hahahha." Gracia tertawa sambil panik-panik ajaib kala ikan berhasil menjauh membawa umpannnya. Vino dengan sigap membantu Gracia menarik pancingnya. Jadi posisi Vino kayak meluk Gracia dari belakang, tangan Gracia bersentuhan dengan tangan Vino yang sedang menggulung ukelan senar pancing milik Gracia.

MY VILLAGE LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang