Part 6

2.7K 267 28
                                    

"Lho, Mbak Gre mau kemana pagi-pagi sekali?." Gracia menunduk menyeka air matanya ketika papasan dengan Simbok yang sedang ngepel lantai ruang tengah.

"Eh, Mbak Gre kog nanges, kenapa?."

Gracia mencoba tersenyum. "Gapapa, Mbok. Gre ada urusan penting, saya pamit dulu ya. Makasih tehnya, mbok." Gracia buru-buru keluar dari rumah Shani. Ia jalan kaki menuju balai desa subuh-subuh buta, padahal lagi gerimis pula.

"Ibuk ning ndi, Mbok?." (Ibuk dimana mbok?) Simbok terlonjak kaget mendengar suara Shani dari belakangnya.

"Eh anu, Ibuk tadi ndak tau ya, katanya mau keluar sebentar." Shani mengangguk saja ,lalu berbalik mengambil kunci motor di atas etalase, kemudian sedikit lari keluar rumah.

Simbok melongo melihat tingkah Shani. "Kenapa orang-orang pagi ini aneh semua yo?." Gumam Simbok, lalu melanjutkan ngepelnya lagi.

Shani menarik gas motornya segera, gerimis berubah jadi hujan deras ketika laju motor Shani membelah jalan.  Konyolnya ia malah lupa bawa jas hujan, ia menerobos hujan subuh-subuh untuk mengejar Gracia, tubuhnya reflek menggigil, jarak rumahnya dan kantor balaidesa 400 meter, kali ini ia terpaksa nerjang hujan demi Gracia, ia mengesampingkan rasa takutnya dengan hujan karna rasa bersalahnya kepada Gracia jauh lebih besar.

Shani menggunakan tangan kirinya untuk menghalau air hujan agar tidak terkena mata, mencoba memfokuskan pandangan kedepan. Hari agak mulai terang, ia tolah toleh mencari sosok Gracia, tapi tidak ada. Shani memutar gasnya lebih kencang, sampai akhirnya motornya berhenti di depan balai desa. Shani turun dari motor dan segera naik ke tangga pendopo balai desa. Tubuhnya basah kuyup, salah satu kru laki-laki teman Gracia menatapnya bingung.

"Eh Bu Lurah nyari siapa?." Laki-laki tersebut menghampiri Shani yang berdiri dengan kondisi tubuh menggigil kedinginan.

"Gracia sudah sampe sini belum?." Tanya Shani terbata.

Mata laki-laki tersebut mengerjab, tanda bingung.

"Gracia nggak kesini, Bu..Ada apa ya?."

Gantian Shani yang bingung. "Dia belum sampai sini?." Gelengan yang Shani dapat, "Oh yaudah kalo gitu..Saya permisi." Shani turun lagi dan naik motor, mengabaikan hujan deras dan tububnya yang makin menggigil, ia sebenarnya pobhia hujan, tapi kalo gak pulang, masa mau basah-basahan di balai desa?

"Ya Allah Gusti Ci Shani! Cici dari mana? Kog basah-basahan?." Itu pertanyaan dari Siska ketika melihat Shani masuk di garasi rumah dengan kondisi basah kuyup, Siska langsung di landa panik, ia berlari menghampiri sang Kakak. Shani mendongak, matanya menangkap sosok yang ia kejar namun tak ia temui di manapun tadi, taunya berdiri dengan wajah sembab di depan pintu rumahnya.

"Ci?."

Shani menoleh kearah Siska, Ia masih berdiri di samping motornya.

"Dari balai desa. Minta tolong ambilin handuk, Sis."

"Lah ngapain pagi buta ke Balai desa sih? Gak liat ujan? Ayo masuk aja, Ya Allah, Ci. Mbokya o pakai mobil toh tadi." Siska ngomel sambil merangkul tubuh Shani yang menggigil.

"Gre, tolong ambilin handuk Cici di belakang pintu kamarnya yo." Gracia mengangguk dan langsung masuk kedalam, di kepalanya kini terisi pertanyaan akan kondisi Shani yang ngapain hujan-hujanan?

Siska membawa Shani masuk lewat pintu samping belakang. Yang langsung tembus dapur dan kamar mandi, "Cici langsung mandi yo, Aku bikinin teh anget dulu. Ini Ibuk kemana to, Mbok...Mbok dimana?" Siska teriak-teriak sambil mengambil panci dan mengisinya air dari dispenser, lalu memasaknya.

"Cici jangan lama-lama mandinya." Teriak Siska didepan kamar mandi.

"Sis, ini handuknya." Gracia datang membawa handuk milik Shani. "Makasih Gre, itu tolong nanti tehnya Ci Shani seduhin ya, Aku tak nyari Ibuk bentar." Gracia mengangguk, lalu Siska keluar lagi dari pintu samping.

MY VILLAGE LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang