part 36

3.2K 316 90
                                    

"Sis-."

Kedua adik kakak itu berpelukan sangat erat, tangisnya pecah. "Ci..Ini beneran Ci Shani?." Shani mengangguk. "Ya Allah Ci, akhirnya Cici pulang." Siska sangat merindukan Kakaknya, bayangkan saja 1 tahun 3 bulan Shani tidak pulang. Tidak pernah mengirim kabar, hanya seminggu lalu Siska mendapat pesan dari Gracia bahwa dia telah menemukan Shani.

"Aku kangen Cici..Kenapa ndak pernah pulang?." Suara Siska bergetar, begitu juga Shani yang semakin mengeratkan pelukannya. "Maafin Cici ya, Sis."

Ranu yang kini berdiri di samping Rani sudah menekuk bibirnya, Ranu si paling nggak bisa liat orang nangis, bocah 1 tahun itu akhirnya menangis. "Huaa Mama..." Pelukan Siska dan Shani akhirnya terlepas.

"Eh, Mas Ranu kenapa menangis? Sini sama Udhe." Gracia menghampiri Ranu, lalu menggendong anak kecil itu dan mendekat kearah Shani. Shani mengusap air matanya, terlalu sulit membendung cairan bening itu, karna ketika tanganya terangkat untuk mengusap kepala Ranu, tangisannya pecah lagi. Terakhir kali Shani melihat wajah Ranu itu enam bulan lalu lewat Instagram milik Siska, sebelum Shani memutuskan komukasi untuk siapapun.

"Tau nggak ini siapa Mas?." Tanya Gracia kepada Ranu. Ranu menatap wajah Shani lamat-lamat, bibirnya masih di tekuk karna nangis. "Cani?." Ucap Ranu pelan. Hati Shani langsung menghangat, ia tidak menyangka bahwa sejauh dan selama ia pergi. Ranu malah mengenalinya, "Mau sama Cani?." Tanya Shani serak, kedua tanganya terjulur. Ranu ragu-ragu mengangguk. Akhirnya Shani bisa menggendong keponakan pertamanya. Shani menciumi pipi gembil Ranu.

"Cici sadar nggak? Kalo Ranu itu wajahnya mirip banget sama Cici?." Kata Siska. Shani menatap wajah Ranu setelah mendengar ucapan Siska. "Kata Bang Bhumi, Siska kesel sama Ci Shani waktu Ci Shani hilang kabar, Siska pengen maki-maki Ci Shani katanya." Jelas Gracia. Iyalah, mendekati hari H lahiran tau-tau Shani hilang kabar. Siska panik bukan main, kenapa Kakaknya pake acara itu minggat segala.

Shani tersenyum. "Kamu benci sama Cici makanya Ranu mirip Cici." Siska memutar mata. "Lagian siapa suruh malah minggat nggak ngasih kabar!." Semprot Siska. Shani terkekeh, lalu mencium pipi Ranu lagi.

"Udah bosen minggatnya ya Shani?." Kali ini Rani yang bertanya setelah diam sedari tadi. Ibu dua anak itu berjalan mendekat kearah 3 wanita beda umur itu.

"Ma." Tegur Gracia kalem. Rani melirik anaknya sebentar, lalu menatap Shani lagi. "Emang harus di susul Gracia dulu ya, baru mau pulang?." Kepala Shani menunduk tidak berani menatap kedua mata Rani. Mantan Lurah itu kembali di liputi rasa takut, Gracia dan Siska menatap kearahnya dalam diam.

"Em..Saya-

"Boleh kita berbicara empat mata?." Rani menatap Gracia, seakan meminta izin ke anaknya, "Mau ngapain Ma?." Gracia langsung dilanda cemas.

"Ya mau ngobrol aja, kalo nggak bisa nggak papa-

"Boleh tante." Potong Shani cepat. Shani memberikan Ranu kepada Juwi, lalu menatap Gracia, "Gapapa." Kata Shani pelan seakan paham keresahan Gracia menatap dirinya. Lalu Rani berjalan duluan menuju pintu penghubung dapur dan area kolam renang, Shani membuntuti dari belakang.

"Makasih ya Gre, udah berhasil bawa pulang Ci Shani." Ujar Siska. Gracia mengusap sisa air mata Siska di pipi, "Udah tugas aku, Sis..Aku pastiin Ci Shani nggak akan pergi lagi, Ibu Gendis kapan sampai sini?."

"Udah di perjalanan, lagi di jemput Mas Bhumi, Cici ndak tau ya, kalo Ibuk mau kesini?." Gracia menggeleng. "Kalo tau, dia nggak bakalan mau pulang."

Siska meringis"Aku sedih, Cici kenapa jadi begini sih?." Siska sudah mau menangis, tapi melihat Ranu ikutan mau nangis jadi ia urungkan. "Ndak sayang, Mama ndak nangis." Kata Siska sambil menciumi pipi anaknya. Gracia jadi gemas melihat wajah Ranu, ia ikutan mencium pipi Ranu. "Mas Ranu gaboleh cengeng donk sayang."

MY VILLAGE LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang