Seminggu kemudian.Shani tengah memantau para pekerja yang sedang mengerjakan pagar parkir untuk pasar. Di temani oleh Chika dan Jarwo, kedua anak buahnya itu malah asik bersenda gurau dengan tukang bangunan.
"Info tukang bangunan sing iso mbangun rumah tangga sama aku donk, Pak Junet." Ujar Chika sambil mainin adukan pasir menggunakan kayu. Pak Junet yang lagi masang batako lantas tertawa, begitu juga Jarwo.
"Mbak Chika sudah siap nikah po?."
"Halah ngapusi Pak, Chika tuh ndak bisa masak." Chika lalu melempar Jarwo dengan kerikil, wajahnya bersungut.
"Mbok Ya ndak usah buka kartu Mas!." Ucap Chika kesal kepada Jarwo.
"Ndak perlu harus bisa masak dulu Mas Wo buat nikah..Yang penting keduanya siap ngibadah dan siap berumah tangga." Kata Pak Junet. Chika menjulukan lidah kearah Jarwo, membuat Jarwo mencebikan mulutnya.
"Lha terus nanti mosok nikah makannya beli terus Pak, yo boros lah..Istri itu harus bisa masak!." Kata Jarwo final.
"Kata siapa? Cowok harus bisa masak juga ndak ngandelin istri mulu, coba nanti istri sakit, suami ndak bisa masak, lhayo modyar berdua karna kelaperan!." Sahut Chika menggebu-gebu.
"Kalo cowok ndak bisa masak wajar lah..Kalo cewe wajib!." Bantah Jarwo nggak mau kalah. Pak Juned mengerjab bingung, menatap kedua insan beda jenis yang kini saling melepas tatapan tajam.
Pekerja lain hanya diam menyimak, tidak berani nimbrung, takut di slepet Chika pake sekop. Anaknya Pak Mantri itu terkenal galak jiwa raganya, anak tunggal kesayangan, speak sultan sejak masih dalam embiro, makanya jodoh Chika belum nemu, belum nemu yang setara dengan kesultanannya.
Pemuda desa merasa insecure mau mempersunting Chika di karenakan satu. Chika cantik tiada tara, dua pemuda desa belum ada yang berani macari Chika, ketiga kasta mereka tidak sebanding dengan kasta Chika. Ya gimana ya, soalnya Chika terkenal susah di gapai. Harta tahta Dek Yessica, itulah slogan para pemuda desa.
"Emang kamu mau nikah apa mau nyari babu Wo?." Tanya Shani yang sejak tadi nyimak obrolan mereka. Jarwo langsung kicep, di tempatnya, Shani bersidekap dada, menatap datar kearah Jarwo.
"Ya-ya nyari istri lah, Shan." Jawab Jarwo terbata sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.
"Kalo nyari istri, minimal kamu ngaca dulu, perbaiki perilakumu.. Jodoh itu cerminan diri, kalo kamu niat cari Istri, ya kamu bimbing dia baik-baik, di ajarin yang ndak bisa, di cukupin kekurangan nya, bukan karna istrimu punya satu celah, lalu kamu malah mencelanya, ngeluhin hal sekecil ndak bisa masak, itu gak bikin kamu terlihat jadi suami idaman, kalo finansial kamu oke, kamu bisa cari Art, kalo kamu belum cukup finansial apalagi isi kepalamu cuma seputar onderdil perempuan, mending bujang lapuk sampai tua Wo.. Perempuan di ciptakan ndak buat jadi budaknya laki-laki yang semua harus bisa!."
Semua orang di sana tediam telak. Chika aja sampai speechless, mulutnya terbuka karna syok mendengar ucapan Bu Lurah, seorang Shani bisa berkata seperti itu. Shani mengerjap kaget, ia mengunci mulutnya lalu berbalik, ia tak sadar dengan apa yang barusan ia ucapkan.
"Anjir! Di ulti sama Shani." Gumam Jarwo
"Serem banget Bu Shani, ramah sih, tapi kalo lagi serius auranya behh..." Kata Dewok keneknya Pak Junet.
"Tuh, denger kan kata Bu Lurah..Mas Jarwo ndak boleh ngeliat Wanita hanya karna onderdilnya..Sukurin! Kena mental kan sampean sama Bu Shani, bay semua para pejuang onderdil, Hahaha..Semangat ya." Chika berdiri dan menyusul Shani, dia harus bertemu Shani dan ngasih pelukan untuk kata-katanya yang nyentil hati kaum adam tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY VILLAGE LADY
Fiksi PenggemarAku memang berbeda daripada perempuan di luar sana , aku punya cara tersendiri dalam memaknai cinta.