Part 23

2.3K 238 46
                                    

Tak terasa waktu terus berjalan tanpa ada yang bisa menghentikannya.Kurang sehari lagi waktu lamaran Siska akhirnya tiba. Rumah Bu Lurah rame lalu lalang orang memasang tenda juga ada Ibu-ibu memasak untuk jamuan tamu dari calon besan Ibu Gendis. Shani sedari tadi ikut memantau para Bapak-bapak yang memasang tenda dan kursi di teras depan, sesekali bercengkrama dengan mereka.

"Mbak Shani ndak papa di salip Mbak Siska?." Tanya Pak Rt.

"Mboten nopo-nopo toh Pak, jodoh sampun enten sing ngatur." (Tidak apa-apa Pak, jodo sudah ada yang ngatur) Shani tersenyum kalem.

"Iya bener Mbak, ndak usah di pikirin..Wong anak saya yang sulung saja seumuran Mbak Shani juga belum nikah, dia di jepang udah 3 tahun belum pulang."

"Mboten sah paksa nikah lho Pak, ampun se siape anak'e panjengan mawon, mboten sah di buru-buru." (Tidak usah di paksa nikah lho Pak, biar se siapnya anak Bapak saja, tidak usah di buru-buru)

Par Rt tersenyum haru. "Dia tadinya mau nungguin Mbak Shani, tapi katanya ndak jadi." Shani hanya merespon dengan tawa yang di paksakan.

"Kok mboten sios nggih pak, menopo pun pikantuk gandengan tiyang jepang?"( Kok gak jadi , apa sudah dapet gandengang orang jepang?Shani kepo, lantaran anak pak RT ini sangat-sangat introvert.

"Halah , Yo pasti Bu lurah, Ndak mau sama anak saya yang cuma pegawai pabrik."kali ini Shani hanya mengangguk anggukkan kepalanya saja .

Nunggu Shani katanya. Shani aja belum bisa buka hati untuk siapa-siapa, pangeran berkuda putih barang kali tersesat pas mau nyamperin ke rumahnya, makanya Shani betah nge jomblo mulu.

"Shan! Hp kamu bunyi terus ituloh nduk." Teriakan Ibunya membuat Shani menoleh.

"Yaudah Bapak-bapak, semangat masang tendanya Njeh, itu cemilan sama minumnya jangan di anggurin, saya tak ke dalem dulu..Monggo." Shani menunduk sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada, setelah itu masuk kedalam rumah.

Shani menyapa beberapa Ibu-ibu juga Budhe Pakdenya yang datang dari Desa sebelah, mereka semua berada di ruang tengah, ada yang bikin kue bolu, naga sari, wajik, dan beberapa makanan tradisional khas jawa. Mereka sesekali menggoda Shani, meledek Shani karena belum siap nikah.

"Heh! Mau kemana? Ndak usah keluar-keluar, di dalem kamar aja." Siska yang hendak keluar langsung kicep kala di pelototi Shani.

Siska memutar mata. "Ke ruang tengah aja Ci, ndak sampe keluar planet." Siska melengos mengabaikan Shani, lalu Shani masuk ke dalam kamarnya sendiri. Ia duduk diatas kasur, ia mengecek notifikasi panggilan tak terjawab dari Vino. Sudah seminggu ini Shani slow respon membalas chat Vino , hanya sekali dua kali juga menjawab panggilan telfon dari Vino. Mantannya itu sungguh-sungguh ingin datang kerumahnya, apalagi mengetahui jika Siska besok akan lamaran dengan Bhumi. Vino bilang bahwa katanya dekor lamaran jangan di copot dulu, sehabis lamaran Siska, gantian Vino akan melamar Shani.

Mendapati demikian. Perasaan Shani dilanda kekhawatiran, Vino tidak main-main, ia sungguh resah. Ada perasaan tidak siap dan takut, di satu sisi ia senang bisa berhubungan baik lagi dengan Vino lagi, di satu sisi ia terus kepikiran Gracia yang tidak pernah lagi mengirimkan kabar, jangankan Chat, nomer Shani aja di blokir sama Gracia, postingan foto Gracia bersama dirinya di Ige juga di hapus sama Gracia, sepertinya Graica benar-benar membencinya.

Mas Vino is calling 📞

Shani menggigit kukunya kala melihat nama Vino di layar ponsel. Apakah ia harus menjawab?

Ragu-ragu akhrinya Shani menggeser ikon hijau keatas.

"Hallo, Shan..Mas udah di bandara ini, sebentar lagi Mas sampai di rumah kamu-

MY VILLAGE LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang