Jihan mengembuskan napas lega kala tiba dalam mobil yang dibawa oleh Surya. Bayangan-bayangan mengerikan yang biasanya ada di kepala mereka, kini berganti menjadi harapan untuk tiba secepatnya di pengungsian. Jika bisa, mereka juga akan memilih untuk secepatnya pulang.
"Jadi, jalan mana yang harus kita pilih?" tanya Surya sembari melihat lewat spion. Posisi duduk mereka saat ini, Surya dan Mira berada di depan, kemudian Tasya, Raisa, dan Jihan di paling belakang, sementara kursi kedua ditempati oleh Jimmy dan Fajrin.
"Sebentar." Fajrin turun dengan peta masih di tangan. Dia melihat bangun sekitar untuk tahu jalan mana yang harus mereka ambil. Tak memungkinkan jika mereka harus salah jalan lebih dulu. Bahan bakarnya terbatas dan mereka tak tahu di mana pengisian bahan bakarnya karena tak bisa mengakses peta online.
Setelah memastikannya, Fajrin kembali masuk ke mobil. Siang ini benar-benar terasa tenang. Hanya ada kekacauan yang ditinggalkan monster-monster kecil nan mengerikan itu.
"Kanan," ujar Fajrin sembari mengenakan sabuk pengaman. Mereka harus tetap menjaga keselamatan. Apalagi, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi nantinya. Bisa saja Surya mendadak menginjak rem karena monsternya tiba-tiba muncul. Jadi, mereka harus tetap bersiap.
Wajah lega tergambar jelas dari mereka. Meski masih saja terlihat wajah lelah karena tak bisa tidur nyenyak, pada akhirnya mereka akan merasakan hal itu lagi. Tak ada rasa takut karena monster itu dan mereka bisa kembali tidur nyenyak.
Namun, Jihan justru sebaliknya. Dia menyandarkan kepalanya di jendela, memikirkan nasib orang-orang yang 'katanya' sengaja disekap oleh pemerintah setelah demonstrasi mereka yang pertama. Jika tempat mereka disekap memang di bawah tanah seperti yang dikatakan Raisa, mereka bisa saja masih selamat.
Mobil itu sepi, mereka berusaha mengistirahatkan tubuh selagi suasananya sangat tenang. Tak lama lagi, mereka sepertinya akan tiba di pengungsian dan beristirahat lebih tenang di sana.
"Han, lo gak lagi kebelet 'kan?" tanya Surya setelah memerhatikan gadis itu lewat spion. Tak biasanya Jihan diam dan melamun. Jadi, Surya mencoba untuk sedikit menghiburnya. Apalagi, masih belum ada hal yang membuktikan adiknya masih hidup.
Mira menoleh, setelah Surya mengajak bicara seseorang. Kemudian, gadis itu mengangguk. "Dia?"
Surya memilih tak menjawabnya. Dia kembali fokus mengemudi agar mereka bisa tiba di pengungsian itu dengan selamat.
Sebuah mobil yang dipakai berpatroli, membuat Surya menghentikan mobilnya dan membuka jendela untuk melambaikan tangannya. Mereka lebih baik ikut mereka 'kan?
Usaha Surya tak sia-sia. Mobil itu benar-benar berhenti, membuat beberapa TNI yang lengkap dengan senjata mereka, turun untuk memeriksa.
"Ayo," ajak Fajrin kemudian turun diikuti yang lainnya. Mungkin akan lebih aman jika mereka pergi dengan orang bersenjata lainnya. Fajrin memang membawa senjata. Namun, dia tak mungkin melindungi 6 orang sekaligus hanya dengan satu senjata.
"Ada survivor di sini." Seseorang dari pasukan khusus itu bicara lewat Ht. Sebenarnya misi mereka bukan menyelamatkan. Namun, karena masih ada yang selamat, mereka perlu menanyakan komandan mereka.
"Ada kasus baru. Seseorang yang membawa monster itu di pengungsian. Tinggalkan."
Jawaban itu membuat mereka saling tatap. Bahkan, Surya sampai tersulut emosi karenanya. Bagaimana bisa mereka membiarkan mereka begitu saja?
"Maaf tapi kami tidak bisa." Pasukan itu kembali ke mobil mereka, membuat Surya mengusap kasar wajahnya. Namun, siapa sangka? Dengan berani Raisa menyusul bahkan mencengkram lengan baju salah satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang [End]
Science Fiction[Proses Penerbitan] "Kita emang bakalan pulang, tapi entah pulang ke rumah atau benar-benar pulang ke tempat yang seharusnya." Harapan agar Indonesia lebih maju dalam segala aspek, justru malah membawa petaka setelah sampel makhluk yang diyakini seb...