26 : Di Bawah Hujan

100 17 30
                                    

Jihan meringis sembari memalingkan wajah saat Mira mengobati pria itu. Tangannya menggenggam tangan pria itu yang sesekali meremasnya. Dalam kotak obat tak ditemukan sesuatu yang bisa mengurangi rasa sakit Surya. Bayangkan saja, saat ini Mira menjahit lukanya hidup-hidup.

Beruntung, lukanya tak terlalu dalam karena Surya masih sempat untuk menghindar. Jadi rasa sakitnya takkan terasa lebih lama. Apalagi saat jarum itu keluar masuk kulitnya.

Mira membalut luka itu dengan perban kemudian mengembuskan napas lega. Dia menatap kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan dan berlumurkan darah. Sebenarnya dia masih takut karena sebelumnya dia selalu gagal dan mendapat nilai rendah soal ini. Beruntung dia tak melakukan kesalahan sedikit pun.

Tatapan Mira bertemu dengan Naya. Berbeda dari tatapan yang lain, gadis itu justru tersenyum sembari menunjukkan ibu jarinya. Tentu, ini membuat Mira merasa sedikit lebih baik dari sebelumnya.

Bohong jika dirinya tak merasa bersalah setelah kepergian Fajrin. Bahkan, dia sempat berpikir akan lebih baik dirinya saja yang pergi dibanding harus mendapatkan tatapan-tatapan benci itu. Terutama dari Raisa. Dia hanya kesal karena mereka terus menyindir. Padahal menurutnya, memang akan lebih baik jika mereka tak pergi ke penjara untuk menyelematkan yang lain. Dengan begitu, mereka pasti sudah dapat senjata dan tidak akan berakhir begini.

"Ngeri juga ya," bisik Harsa. Mereka melihat 2 kejadian berturut karena monster kecil itu. Dia jadi merasa lebih baik mereka mengetahui cara menaklukkannya dengan cepat. "Mona sama Danti beneran gak tau? Mustahil tau kalo misalkan mereka gak tau apa-apa walaupun ikut penelitiannya."

"Semuanya belum pasti tapi kemungkinan itu bisa aja bener. Mereka gak bocorin informasinya secara full karena mereka masih takut bakalan kenapa-napa," ujar Nathan. Tadinya dia juga ingin bertanya lagi pada 2 gadis itu. Namun, karena kini mereka bersama orang lain, risiko identitas mereka akan terbongkar. Apalagi, selama ini Inc memang dirahasiakan. Bagaimana jika mereka mulai menggali informasi lebih banyak dari mereka? Atau lebih parahnya mungkin melaporkan mereka setelah semua kekacauannya berakhir.

"Gue gak bisa sumpah." Yona angkat tangan. 2 kejadian itu tentu membuatnya cukup untuk berpikir kalau hanya menunggu giliran, mereka juga akan berakhir sama. Entah seperti Fajrin atau Surya. Sekarang dia berpikir akan lebih baik mereka tetap dalam penjara dan tak tahu apa-apa soal monster asing yang tak tahu asal-usulnya dari mana.

"Kalian gak takut berakhir sama?" tanya Yona yang tentu membuat tak satu pun dari mereka menjawab. Itu pertanyaan yang sangat sulit dijawab sebab kemungkinan apa pun bisa saja terjadi. Bahkan kejadian Surya juga tak terduga dan mendadak.

"Terus lo mau apa? Nyalahin karena berakhir di sini?" tanya Raisa kemudian menghela napas. "Pak Fajrin udah berkorban dan kalian masih mau nyalahin? Ya udah, kalo mau balik lagi, gue anter sekalian."

"Kalian gak akan ngomong apa-apa?" tanya Yona sembari menatap Mona dan Danti. Mereka mungkin bisa jadi kunci untuk semua keresahan mereka saat ini. Namun, sejak kemarin mereka terus diam dam mengatakan informasi mereka juga terbatas.

"Kami ndak tau gimana cara musnahin mereka."

"Bahkan kita juga baru tau monsternya bisa ilang gitu aja setelah ditembak. Kalo pun tau kita ndak akan diem aja toh kita juga sama-sama dalam bahaya," jelas Danti.

"Yon, udah. Bukan cuma kamu yang takut. Kita semua yang ada di sini juga sama. Gue yakin kita semua bisa selamat. Kejadian ini harusnya dijadiin pelajaran, ke depannya kita harus saling jaga untuk ngehindarin hal-hal gini," jelas Naya yang juga sama takutnya dengan Yona. Apalagi, perluasan lockdown hingga area rumahnya, membuat Naya lebih khawatir baik sang adik atau sang bunda jadi korban. Bukan tak mungkin monster itu bisa memecahkan kaca seperti yang dia lihat sebelumnya atau tiba-tiba muncul seperti yang baru saja terjadi. Andai sinyalnya ada, dia mungkin sudah menghubungi sang bunda. Namun, nampaknya akan sia-sia karena ponselnya hilang.

Pulang [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang