Vote jangan lupa ehehe...
***
Sudah beberapa menit Liant menunggu. Orang yang ditunggu tidak juga terlihat. Sebelumnya ia sudah membuat janji akan bertemu disini.
"Liant."
Seorang berlari menghampirinya. "Maaf ya, tadi ada sedikit urusan."
"Iya."
Gadis itu adalah Lili. Orang yang sebelumnya membuat janji untuk bertemu. Saat makan siang tadi mereka bertemu. Sepakat untuk membuat janji setelah pulang sekolah.
Ingat tentang Liant yang meminta Lili menemaninya ke toko buku? Siang tadi Lili mengatakan ia tidak memiliki kegiatan pulang sekolah hari ini. Liant yang luang pun sepakat untuk pergi.
"Mau ke toko buku yang dimana?"
"Gue gak tau, lo ada saran?"
"Ada, ayo kesana. Tapi di mall, gapapa?"
"Gapapa, naik apa kesananya?"
"Bus."
Oke, Liant setuju. Setelahnya mereka berjalan bersama. Untuk menumpangi bus, mereka harus pergi ke halte. Perlu berjalan sedikit untuk sampai di halte dari sekolah mereka.
Sore ini bus yang mereka tumpangi cukup ramai. Tidak ada tempat duduk, membuat mereka harus berdiri.
Lili terkekeh melihat Liant yang sejak tadi sulit berdiri diam. Ia selalu bergerak mengikuti bus. Tidak bisa menahan dirinya untuk berdiri diam. Lili sampai refleks memegangi lengannya. Kasihan, takut jatuh.
Dan memang ini kali pertama Liant menggunakan bus umum. Mana pernah ia menumpangi bus umum, harus ramai-ramai bersama banyak orang. Ia biasa diantar, jadi tidak perlu naik bus umum. Jika tidak ada orang, ia bisa memesan ojol. Liant merasa tidak nyaman. Sepertinya, ini pertama dan terakhir kali Liant mau naik bus. Tidak akan ia lakukan lagi, kapok.
"Nanti pulang gak mau naik itu lagi."
Lili tertawa mendengarnya. "Maaf ya, jadi ngajak lo naik bus umum. Lo pasti gak pernah ya?"
"Gue gak suka rame-rame gitu, jadi gak mau naik bus."
Dari halte mereka harus berjalan untuk sampai di sebuah mall. Lili yang menyarankan mereka ke mall ini, karena Liant sendiri tidak punya ide.
Tujuan mereka langsung ke toko buku. Sepertinya Lili sering kesini. Bahkan mereka tidak perlu mencari dimana letak toko buku, Lili tau kemana mereka harus pergi.
Lili juga tau dimana mereka harus menemukan sesuatu yang Liant cari.
"Mau cari yang apa?"
Liant memperlihatkan ponselnya pada Lili, untuk memberi tau apa yang tengah ia cari. Sesuai rencana, Liant ingin membeli pastel oil, media warna yang ingin ia coba.
Setelah tau apa yang Liant inginkan, gadis itu segera membantu. Mereka berada lorong warna, ada banyak sekali jenis pewarna disana, cat akrilik, cat warna, spidol warna, krayon, cat air, pensil warna, cukup lengkap.
"Ga ketemu, Li."
"Coba tanya di kasir. Biasanya ada barang yang disimpen di kasir," Lili menemani Liant ke kasir.
Dan benar saja, barang yang Liant cari memang ada di kasir. Disimpan di lemari khusus yang hanya bisa diambilkan oleh petugas disana.
"Ada lagi, Kak?"
"Ada."
"Ini biar disini dulu, nanti kalo udah selesai, kakak bisa bilang lagi. Jadi dibayar sekalian sama barang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRILLIANT
Fanfiction"Uang terus otak lo, gak bisa pikirin hal lain?" "Kalo bukan uang, apa lagi yang gue dapet? Gue gak kayak lo, punya semuanya. Gue gak punya apa-apa selain uang sama semua fasilitas dari dia.. Kalo bukan uang, terus apa?!" "Terus gue apa? Ibu? Ayah?"...