3. panggilan

307 20 0
                                    


Setelah susah payah membangunkan, akhirnya Liant bangun. Jika saja Dewi tidak membangunkan, mungkin Abi juga akan kesiangan. Karena semalam ia kembali begadang menyelesaikan tugas. Pagi sekali Dewi menelpon dan membangunkannya, untung Abi bukan tipe orang yang sulit bangun.

"Gak mau sekolah, lo aja sana pergi."

"Mau gue aduin ibu?"

"Aduan!"

"Bodo! Sana mandi!"

"Enggak, gue gak bisa sekolah."

"Alasannya?"

"Gak dibolehin sekolah."

"Kenapa?"

"Karena gak ada ibu."

"Jangan bertele, ngomong yang jelas!" karena kesal, akhirnya ia naikan nada bicaranya.

Liant cemberut dibentak seperti itu. Ia bangkit, mengambil surat yang diberikan sekolah padanya kemarin. Jika tidak ada Dewi, bagaimana Liant bisa datang ke sekolah hari ini? Pasti wali kelasnya, juga guru konseling akan bertanya tetang wali murid Liant.

"Gue gak bisa sekolah."

Abi membuka amplop putih itu, tanpa berlama-lama ia baca surat apa yang Liant terima. Dan tidak sampai lima menit ia tahu surat apa itu. "Kok bisa sih?"

"Maaf," meski sering kali beradu mulut, tapi Liant juga tidak pernah ingin mengecewakan Abi, kakaknya.

"Gue gak bisa sekolah, karena gak ada yang bisa dateng ke sekolah. Gak ada ibu, gue gak mungkin juga minta sama orang gila itu."

Abi menghela napas. "Jam berapa?"

"Abis pulang sekolah."

"Gue selesai jam dua, nanti gue usahain langsung ke sekolah."

"Bener? Lo bisa?"

"Bisa. Tunggu aja, nanti gue kabarin."

Karena ucapan itu, Liant buru-buru pergi ke kamar mandi. Tidak mau sampai terlambat lagi, jadi ia harus bergerak cepat. Untung saja kali ini ia dibangunkan Dewi, meski melalui Abi dan jarak yang terhalang cukup jauh dari keberadaan ibunya.

Jika saja dia tidak tahu bagaimana adiknya, sudah pasti Abi akan mengomelinya. Bisa-bisanya sampai mendapat surat peringatan. Satu surat lagi Liant dapat, sama dengan harus mencari sekolah baru. Abi tau, karena ia alumni sekolah yang sama dengan Liant. Saat sekolah dulu Abi malah mendapat banyak poin plus, bukan seperti ini, poin jelek sampai mendapat surat peringatan. Abi juga tau seberapa ketat sekolahnya dulu.

Tapi karena ini Liant, Abi memaklumi, karena seribu alasan bisa Abi terima semuanya, kembali lagi, karena dia adalah Liant. Hari ini Abi ada kelas, dimulai jam sembilan, tapi ada jeda, yang perkiraannya selesai pukul dua siang. Semoga saja tidak ada hal apapun, agar ia bisa pulang secepatnya.

Abi menyiapkan sarapan, meski hanya sekedarnya saja. Ibunya sudah siapkan beberapa hal yang bisa ia dan adiknya makan, hal sederhana saja. Agar saat pagi, mereka tidak bingung harus memakan apa.

Saat pagi, Liant biasanya dibuatkan susu hangat. Karena itu ia buatkan juga segelas susu untuk adiknya. Utung saja Abi tau caranya membuat susu. Segelas susu hangat, juga satu gelas teh hijau tanpa gula untuk dirinya sendiri. Untuk makanannya, Abi hanya menyiapkan roti tawar yang disediakan ibunya sebelum pergi kemarin, juga selai kacang menjadi temannya.

"Kak, gue mau ganti baju dulu, sekalian ambil buku."

"Jangan lama-lama."

"Hm," Liant segera meninggalkan kakaknya. Ia harus cepat, untuk mengambil buku yang diperlukan, juga mengambil seragam sekolah untuk hari ini, selain ponsel yang ia tinggalkan kemarin.

BRILLIANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang