Setelah dua hari di Magelang, mereka kembali ke Semarang. Kembali pada kota kelahiran dan asal Dewi. Keluarga kandung Dewi yang tersisa hanyalah adik kandungnya, yang sudah berkeluarga, Dana adalah putra tunggal adik laki-laki Dewi.
"Nanti aku lanjut SMA di Jakarta, boleh, Yah?"
"Yang temenin ibu di rumah siapa?"
"Kan ada ayah."
"Anak ibu cuma satu, kamu mau pergi dari ibu?"
"Pengen sekolah di Jakarta."
"Di sini aja, Dek. Belum tentu kamu bisa jauh dari ibu kamu. Kamu pikir mungkin enak tinggal di Jakarta. Tapi ada masanya nanti kamu kangen rumah, kangen ibu. Gak gampang loh tinggal jauh dari orang tua. Gak semudah yang kamu pikirin."
Dana terdiam mendengar ucapan ayahnya. Padahal ia sudah berencana ingin SMA di Jakarta. Ingin tinggal bersama Liant dan Abi, pasti menyenangkan, itu pikirnya.
"Di sini aja. Nanti, pas kuliah, ada kemungkinan kamu bisa keluar kota. Apalagi kalo kamu punya kampus tujuan yang enggak di kota ini. Jangan sekarang, belum waktunya."
"Lagian kamu masih bisa main ke Jakarta kalo liburan," ujar Dewi. "Datang aja ke Jakarta, atau nanti ibu yang suruh Kak Abi sama Kak Liant main kesini."
"Iya, gajadi."
"Bukannya ngelarang loh, Dek."
"Iya, Ayah. Aku paham kok."
Hari ini rencananya Hamid mengajak keluarganya mengunjungi tempat wisata di Semarang. Jika kemaren mereka pergi ke daerah yang dingin, sekarang mereka ada di Semarang yang panas. Membuat Liant sedikit merasa malas, perubahan suhu yang jauh membuat tubuhnya panas dingin tidak nyaman. Tapi Liant tetap menikmati liburan, kapan lagi kan bisa berlibur? Jarang-jarang, karena dia harus sekolah, Dewi dan Hamid yang juga bekerja.
"Nanti sore kita ke Klenteng Sam Poo Kong, sebelum matahari terbenam. Bagus deh disana, terus pas lampunya udah nyala, jadi makin bagus," Dana merekomendasikan.
"Boleh tuh, aku mau kesana juga. Oh ini, aku pengen coba ngebatik deh, ada gak ya?"
"Ada, kalo mau nanti kesana juga."
"Ibu tau kemana kalo adek mau ngebatik."
"Nanti kesana ya, Bu?"
"Boleh."
Rasanya kurang jika mereka pergi ke Semarang, tanpa pergi ke Lawang Sewu. Sebuah bangunan yang menjadi ikonik Kota Semarang. Setiap pergi ke Semarang, mereka selalu menyempatkan kesini. Liant yang paling suka, katanya suasana disini bagus, karena bangunan tersebut, Liant suka sekali mengambil gambar disana. Meski Liant suka mengambil gambar dimana saja.
Balik dari Lawang Sewu, mereka pergi ke Kampung Batik sesuai arahan Dewi, menuruti inginnya Liant untuk coba membatik. Liant yang memang suka seni lukis, sudah lama ingin coba membatik, tapi belum ada kesempatan. Kali ini dia ingin mencobanya. Dan ya, Dewi jelas akan menuruti keinginan itu.
Dewi bahkan tidak bisa melepas pandangannya dari Liant yang asik menunduk, fokus mencanting pada kain berukuran kecil yang bisa dijadikan sapu tangan nantinya. Dewi suka sekali melihat Liant yang tenang dan terlihat damai itu, karena Liant yang seperti itu membuat hatinya ikut merasakan ketenangan juga.
"Mau warna apa?" salah satu pekerja disana bertanya pada Liant yang sudah selesai dengan kegiatan mencantingnya.
"Cokelat."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRILLIANT
Fanfic"Uang terus otak lo, gak bisa pikirin hal lain?" "Kalo bukan uang, apa lagi yang gue dapet? Gue gak kayak lo, punya semuanya. Gue gak punya apa-apa selain uang sama semua fasilitas dari dia.. Kalo bukan uang, terus apa?!" "Terus gue apa? Ibu? Ayah?"...