VOTE DULU BARU BACA!
Selamat pagi!!!
...
Tidak berlama-lama di rumah sakit, dokter mengatakan Liant sudah bisa pulang, keadaannya membaik. Tentu saja setelah Liant melakukan serankaian tes, atas keinginan Dewi. Karena Dewi tidak ingin ada hal yang terlewat, Liant harus benar-benar dipastikan baik, baru ia akan membawa Liant pulang.
Liant pulang bersama Dewi dan Hamid, karena Abi hari ini ada acara di kampusnya, meski masih hari libur.
Sampai di depan rumah, Hamid yang akan keluar untuk membuka pagar ditahan oleh Liant. Remaja itu mengatakan akan membukanya. Hamid biarkan saja Liant membuka. Sementara Dewi masih di tempatnya.
Liant membuka kunci yang mengunci pagar rumahnya. Jika tidak ada orang, pasti selalu dikunci agar aman, meski keamanan disini bisa dibilang baik, tapi tetap saja harus mencegah kan.
Baru akan mendorong pagar sampai terbuka, Halim lebih dulu menarik Liant dari sana. Hal itu membuat Liant terkejut, anak itu panik dan berusaha melepas Halim.
Hamid dan Dewi yang melihat itu langsung keluar, mencegah apa yang ingin Halim lakukan. Lagian, datang darimana juga manusia itu? Kenapa kedatangannya begitu cepat? Seakan dia selalu mengawasi rumah ini untuk menantikan Liant.
"Ibu," adalah kata pertama yang Liant katakan saat ia membutuhkan pertolongan.
"Kamu mau apa?" Hamid jelas langsung menarik tangan Liant. Tidak akan ia biarkan Halim mengambil Liant lagi. Halim memang ayah kandung Liant, tapi jika yang ia lakukan hanya menyakiti anaknya sendiri, Hamid tidak akan biarkan.
Halim tidak membiarkan Hamid mengambil Liant. Ia tetap memegangi tangan Liant, ia harus balas dendam pada anak itu, yang Halim pikirkan saat ini.
"Lo gak usah ikut campur, ini masalah gue sama anak ini!"
"Halim, kalo kamu gak bisa rawat Liant, jangan pernah sakitin dia. Kamu melakukan kekerasan sama anak kamu sendiri, dimana perasaanmu sebagai ayahnya?"
"Gak usah ikut campur! Lo gak ada hak ngatur gue! Lepasin anak ini sekarang!"
Bukannya melepas, Hamid menarik kuat tangan Liant agar terlepas dari Halim. Untuk sekarang, tidak peduli yang ia lakukan akan menyakiti Liant. Hanya tidak ingin Liant sampai jatuh ke tangan ayahnya lagi.
"Kalo kamu gak bisa ngurus dia, biar saya yang urus!"
"Lo siapa sih?! Lo gak berhak ikut campur urusan keluarga gue! Lo cuma orang asing!"
"Liant udah legal, saat umurnnya delapan belas tahun nanti, dia bukan lagi tanggung jawab kamu. Liant bebas nentuin hidupnya sendiri. Kamu juga gak ada hak buat nyakitin anak kamu sendiri."
"Gue ada hak! Mau gue apain dia, mau gue bunuh sekalipun, gue bisa! Hak dia di tangan gue seratus persen!"
Gila, Hamid pikir memang Halim ini gila. "Saya bisa laporin kamu atas tindak kekerasan pada anak."
"Lo pikir gue takut? Gue gak peduli, bangsat!"
"Kamu gila, Halim! Dia anak kamu, kenapa kamu kayak gini ke dia?! Saya gak akan biarin kamu ambil dia lagi! Saya yang akan urus dia! Gak peduli kamu ayahnya, gak peduli kamu yang punya hak! Jangan harap Liant kembali kesana, kembali ke kamu!" Dewi yang kali ini berujar. Ia muak sekali dengan tingkah Halim.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRILLIANT
Fanfiction"Uang terus otak lo, gak bisa pikirin hal lain?" "Kalo bukan uang, apa lagi yang gue dapet? Gue gak kayak lo, punya semuanya. Gue gak punya apa-apa selain uang sama semua fasilitas dari dia.. Kalo bukan uang, terus apa?!" "Terus gue apa? Ibu? Ayah?"...