25. pagi pertama

91 15 0
                                    


Pagi pertama di rumah Halim dengan anggota keluarga baru. Ini hari senin, mereka mulai menjalankan aktivitas seperti biasanya. Termasuk Halim dan Renata yang kembali bekerja, meski kemarin baru sah menjadi pasangan.

Ratih masih ada disana. Ibu Halim yang sama sekali tidak pernah menginjak rumah putra semata wayangnya. Belasan tahun tinggal di rumah ini, Ratih tidak pernah datang sama sekali. Selalunya Halim yang datang ke rumahnya di daerah Bogor. Namun kali ini Ratih disini, bahkan menginap, karena akhirnya Halim memiliki keluarga yang lengkap.

Terbiasa menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya, bukan menjadi masalah saat Renata harus menyiapkan makan pagi untuk keluarga barunya, untuk suami dan ibu mertuanya.

Mereka sepakat, hari ini Renata dan Halim tetap bekerja. Karena di kantor ada banyak pekerjaan. Bukan waktu yang tepat untuk mereka mengambil cuti. Ini juga karena Halim yang ingin menyegerakan pernikahan, juga Ratih yang mendukung putranya. Dengan alasan, terlalu lama jika harus menunggu lagi.

Pagi sekali Renata sudah berkutat dengan dapur milik Halim. Semalam sempat membeli beberapa kebutuhan pokok, karena rumah Halim yang benar-benar kosong.

Rumah Halim hanya pantas digunakan untuk istirahat. Tidak ada apapun didalamnya. Renata tidak heran, karena yang ia tau, Halim hanya tinggal bersama putra tunggalnya. Tidak ada orang yang dipekerjakan di rumah ini, selain petugas kebersihan yang diminta datang satu minggu sekali untuk membersihkan rumah.

"Sayang, kenapa tinggalin aku?"

"Maaf, aku harus siapin sarapan."

"Hm. Anak-anak belum bangun?"

"Belum. Oh iya, Liant kapan pulangnya?"

"Gatau."

"Dia gak ngabarin?"

"Dia kalo nginep suka gak inget waktu."

"Kamu bolehin?"

"Ren, dia kan sendirian di rumah. Aneh gak sih kalo aku kasih izin dia nginep? Dari pada di rumah sendirian kan?"

Renata mengangguk. Semalam Liant tidak ada di rumah. Halim mengatakan Liant menginap di rumah temannya. "Tapi kamu tau kan temannya?"

"Tau, tenang aja, jangan pikirin dia."

"Kok jangan pikirin dia? Kan dia anak kamu, wajar aku pikirin dia juga kan?"

"Oke, makasih udah pikirin anak aku juga. Kamu emang yang terbaik, Ren."

Mendapat pujian dari Halim, membuat Renata tersenyum. Inginnya dia menjadi ibu yang baik juga untuk Liant.

"Aku panggil anak-anak dulu ya."

"Aku aja."

"Gapapa aku aja, nanti mereka kaget kalo kamu yang bangunin."

"Oke, aku tunggu disini, jangan lama-lama."

Setelah menyelesaikan kegiatannya, Renata beranjak ke kamar baru yang ditempati putranya. Dua putranya itu menggunakan satu kamar yang sama, karena sang adik yang merasa belum terbiasa tinggal di rumah Halim. Masih merasa asing tinggal di rumah Halim.

Di satu kamar lantai bawah, yang ditempati dua putra kandung Renata, begitu masuk, Renata mendapati keduanya sudah bangun. Sang adik yang tengah memakai dasi sekolahnya, sementara kakaknya masih duduk di atas kasur.

"Gak mandi, Kak?"

"Sebentar lagi, Bu."

"Jangan lama-lama ya, nanti terlambat."

BRILLIANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang