VOTE DULU BARU BACA!!!
Btw, selamat hari senin ya wkwkwkwwk
...
Dua hari Liant dirawat di rumah sakit. Anak itu tidak sadarkan diri sejak ditemukan. Dua hari ini sampai dirawat di ICU karena kritis, keadannya menurun jauh. Tidak menyangka anak itu bisa sampai seburuk ini hanya karena tangan ayahnya.
Hamid yang lebih banyak menunggu Liant di rumah sakit, meski hanya bisa menunggu di luar. Dewi tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, karena ia memiliki jadwal operasi yang cukup padat. Begitu juga Abi yang tidak bisa meninggalkan kuliahnya.
Malam ini, saat Dewi datang untuk menemui Liant. Kabar baik ia dapatkan. Liant sudah sadar dengan keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Liant bisa dipindahkan ke ruang rawat biasa, setelah dipastikan keadaannya stabil.
Perasaan Dewi jauh lebih baik setelah mendapati kabar baik anak itu. Setidaknya Dewi bisa mendapingi Liant, ada di sisinya disaat terburuknya. Terlalu berat jika Dewi tidak bisa melihat anak itu.
Liant sempat sadar beberapa waktu lalu. Tapi anak itu kembali terlelap. Dewi tidak masalah belum sempat melihat Liant membuka mata. Kabar baik anak itu sudah sangat cukup untuknya.
Sekarang, Dewi bisa menemani Liant. Duduk di samping anak itu dengan tangan yang tidak lepas mengusap helaian halus yang mulai memanjang.
Kesekian kali Dewi mendapati Liant sehancur ini. Wajah rupawannya sudah tidak berbentuk, dengan lebam yang menghiasi beberapa titik. Sekitar mata Liant menghitam, Dewi mengira Halim memukul area matanya.
Entah berapa kali Dewi sudah menumpahkan air matanya sejak mendapati Liant dilarikan ke rumah sakit. Dewi kembali terisak memandangi wajah tenang remaja yang sejak kecil ia rawat dengan baik.
Dewi begitu menyayangi Liant. Karena sejak anak itu kecil, Dewi yang merawatnya. Dewi telah memberikan semua hal baik padanya. Dewi yang telah berusaha sampai Liant seperti ini. Ada banyak hal yang tidak mudah, yang telah Dewi lakukan untuk Liant. Tidak mudah membentuk Liant. Tidak mudah merawat anak ini.
Semua Dewi upayakan untuk Liant, remaja ini Dewi yang menjaganya. Tapi kenapa ayah kandungnya sendiri yang menghancurkannya sampai sehancur ini.
Dewi, membutuhkan waktu sampai bertahun-tahun untuk mendapatkan Abi. Dewi baru memiliki Abi saat usia pernikahannya delapan tahun. Setelah menikah, Dewi memang melanjutkan pendidikannya di spesialis. Tapi Dewi sama sekali tidak pernah menunda untuk memiliki anak.
Tidak ada yang salah dari Dewi, maupun Hamid. Dewi sehat, begitu juga Hamid. Dewi terbiasa dengan pola hidup sehat dari orang tuanya. Karena orang tuanya pun terlambat memiliki anak, meski tidak ada masalah pada orang tuanya. Itu juga yang terjadi pada Dewi.
Dewi tidak melakukan program khusus untuk memiliki anak. Karena memang tidak ada yang salah darinya, juga suaminya. Mereka sabar menunggu Tuhan memberi mereka kepercayaan.
Dewi sempat beristirahat sejenak, dan meninggalkan pekerjaannya sebagai dokter. Mungkin karena kesibukannya, ia tidak kunjung mendapatkan anak. Terlebih sang suamin yang profesinya membuat ia jarang berada di rumah.
Abi lahir, saat usia Dewi tiga puluh tiga tahun, delapan tahun setelah pernikahannya dengan Hamid. Mereka sangat bersyukur memiliki Abi.
Liant hadir disaat Dewi baru saja kehilangan putrinya. Arunika, adik Abi yang lahir lima tahun setelah kelahiran Abi. Bayi perempuan yang pergi di hari kelahirannya. Bayi itu hanya datang untuk menyapa orang tua dan juga kakaknya.
Kepergian anaknya membuat Dewi sangat terpukul, tidak rela bayi itu kembali pada penciptanya. Sampai Dewi mengalami stres cukup berat, karena tidak bisa merelakan putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRILLIANT
Fanfiction"Uang terus otak lo, gak bisa pikirin hal lain?" "Kalo bukan uang, apa lagi yang gue dapet? Gue gak kayak lo, punya semuanya. Gue gak punya apa-apa selain uang sama semua fasilitas dari dia.. Kalo bukan uang, terus apa?!" "Terus gue apa? Ibu? Ayah?"...