Vote dulu baru baca!!!
...
Renata dan Rian memang saling mengenal, bahkan sudah cukup lama. Mereka saling mengenal karena Lili dan Mahen adalah teman dekat. Keduanya sudah berteman sejak sekolah dasar. Sangat dekat lebih dari seorang teman. Keduanya juga sengaja memilih sekolah yang sama. Itulah kenapa sampai di tingkat SMA mereka tetap satu sekolah.
Mahen dan Lili seperti tidak bisa dipisahkan. Dimana ada Lili, disana ada Mahen. Memiliki banyak kegiatan yang sama karena mereka memang sepakat untuk ikut bersama. Bahkan sekarang mereka ada di kelas yang sama, kelas favorit di sekolah mereka. Memiliki jabatan di OSIS dengan Mahen sebagai ketua OSIS dan Lili sebagai sebagai wakil ketua dua.
Untuk orang yang sudah kenal mereka sejak lama, bukan hal aneh melihat mereka selalu bersama, seolah tak terpisah.
Renata mengenal Lili dengan baik. Mahen yang mengenalkan padanya. Bertahun-tahun berteman, jelas Renata kenal gadis itu. Mahen juga suka menceritakan apapun saat ia di sekolah pada ibunya, termasuk kegiatan-kegiatan yang ia dan Lili lakukan. Di beberapa kesempatan Renata juga bertemu dengan Rian yang menjadi wali Lili, seperti pembagian hasil belajar, dan beberapa hal yang berkaitan dengan sekolah. Hubungan Mahen dan Lili yang baik, tentu membuat Rian dan Renata juga mengenal baik.
Tapi begitu masuk SMA, Rian dan keluarganya pindah ke luar kota karena pekerjaan Rian. Lili tidak ikut pindah bersama keluarga Rian. Gadis itu menolak ikut. Lagian Rian juga berpikir lebih baik jika Lili tidak ikut.
Walau saat itu rasanya berat melepas Lili tinggal sendirian, apalagi Lili perempuan, itu sangat mengkhawatirkan. Tapi Rian dan Lili saling meyakinkan bahwa bisa untuk mengambil keputusan itu.
Lili dicarikan rumah kost yang tidak jauh dari sekolahnya, menyesuaikan dengan SMA, sekolah baru Lili pada saat itu. Tinggal di kost membuat Rian tetap bisa memantau gadis itu. Tidak pulang malam, kecuali ada hal yang mendesak, itu pun jam delapan malam paling terlambat.
Karena tau Lili anak baik dan tidak banyak tingkah, Rian percaya padanya. Rian juga selalu mengontrol Lili, menghubunginya untuk memastikan posisi gadis itu. Rian bertanggung jawab penuh pada Lili. Rian juga yang mendukung apa yang menjadi pilihan Lili. Rian biarkan gadis itu bahagia dengan melakukan apa yang anak itu inginkan. Selagi semua positif, Rian hanya mendukung.
Lili anak yang berprestasi. Rian tidak akan terkejut lagi, saat ia datang untuk menjadi wali murid gadis itu, banyak prestasi yang Lili raih.
Di banyak hal, Lili dan Mahen memiliki banyak sekali kesamaan. Dua-duanya tipe orang yang suka belajar. Bahkan mereka habiskan weekend untuk pergi ke perpustakaan dan belajar bersama. Jika Mahen mendapat juara satu, maka Lili ada di bawahnya. Tahun ini Lili berhasil mendapat juara tiga seangkatan, jika tidak dua, ya tiga, itu tidak tetap, tidak seperti Mahen yang posisi satunya seolah tidak bisa dilangkahi. Intinya Mahen benar-benar jenius, itu juga berkat giatnya dalam belajar.
Malam ini mereka sepakat untuk bertemu, membahas masalah keluarga. Antara keluarga Rian dan keluarga Halim. Semua ikut tanpa terkecuali, bahkan Liant ikut juga.
Tapi namanya Liant, dia tidak akan ikut jika dia hanya sendiri. Liant awalnya menolak keras saat diminta untuk ikut. Mana mau dia ikut, tidak peduli pada apa yang terjadi pada keluarganya. Karena menurut Liant, keluarganya hanya keluarga Hamid, hanya Hamid, Dewi, dan Abi. Tidak mau lagi peduli dengan orang-orang yang katanya pihak keluarga kandungnya.
Pertemuan malam ini atas saran dari Hamid. Karena mereka terlihat memiliki dua perbedaan, ada yang menghindar, ada yang ingin menyelesaikan. Rasanya jika tidak ada yang menegaskan, masalah tidak akan selesai. Rian dan Halim dengan pemikiran yang berbeda, yang mungkin tidak akan bertemu jika tidak didudukkan bersama dan membahasnya secara baik-baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRILLIANT
Fanfiction"Uang terus otak lo, gak bisa pikirin hal lain?" "Kalo bukan uang, apa lagi yang gue dapet? Gue gak kayak lo, punya semuanya. Gue gak punya apa-apa selain uang sama semua fasilitas dari dia.. Kalo bukan uang, terus apa?!" "Terus gue apa? Ibu? Ayah?"...