Itt memandang semua orang dengan bingung. Kenapa mereka tiba-tiba terdiam?
“Itt suka banyak bicara” kata Day pelan untuk memecah kesunyian.
“Bukan karena Itt terlalu banyak bicara, tapi karena orang sepertimu bisa melakukan hal seperti ini. Makanya aku tertegun” ucap Phai sementara Pom tetap diam.
Itt tertawa karena tidak menduga mereka akan terkejut dengan perkataannya.
“Jadi, Phi Itt bercanda kan, Phi Day?” Bank bertanya.
“Aku tidak tahu,” kata Day, membiarkan yang lain memikirkan apa yang mereka inginkan.
“Mari kita bicarakan hal lain, membicarakan hal ini membuatku takut. Hei Korn, apakah kamu sudah bisa memahami kekejaman temanku?” Pom berbalik bertanya pada Kom yang duduk di sebelahnya.
“Saya mengerti. Saya tidak akan berani macam macam lagi.” jawab Korn
Mereka membicarakan hal lain. Orang tua dan kerabat Phai terus membawakan lebih banyak makanan dan minuman. Day hanya minum sedikit alkohol karena dia harus mengemudi pulang dan Itt juga tidak minum banyak karena dia takut dia tidak akan bisa bangun pagi besok.
Ingfah berlari bersama anak-anak lain. Ketika dia haus atau lapar, dia akan kembali ke Itt dan meminta Itt memberinya makan.
“Sepertinya Phi Itt ingin punya bayi, Phi Day” canda Bank, karena hari ini dia hampir tidak perlu mengurus putrinya. Day tersenyum tipis.
“Mau satu?” Day bertanya singkat pada Itt.
“Apakah kamu gila? Di mana kamu bisa mendapatkannya?” Itt berkata kembali.
“Berarti kamu gak jago, Day” ejek Phai.
Day tersenyum tipis, tanpa berkata apa-apa.
Dengan berjalannya waktu, Ingfah akhirnya tertidur di pangkuan Itt, sehingga Bank harus membawanya tidur di rumah Phai terlebih dahulu.
“Apakah kamu mengantuk?” Day berbalik dan berbicara kepada Itt dengan suara pelan karena mereka duduk bersebelahan.
Itt mengangguk.
“Teman-teman, aku akan kembali dulu,” kata Day kepada teman-temannya.
“Baiklah, jangan lupa besok upacaranya jam 7 pagi” ulang Phai.
Day mengangguk lalu menarik tangan Itt. Itt berdiri dan mengucapkan selamat tinggal kepada semua orang.
“Mau kemana kamu terburu-buru?” Pom bertanya sambil tersenyum.
“Membuat anak,” kata Day sambil memeluk leher Itt dan berjalan pergi di tengah cemoohan teman-temannya.
