bab 16

1.3K 49 5
                                    


 

Itt memprotes di tenggorokannya saat Day membungkuk dan mencium leher Itt.

Bibir hangat Day lalu menempel penuh semangat pada bibir Itt. Salah satu tangannya masuk ke dalam kemeja Itt.

“Hah...,” erang Itt sambil mendorong dada Day menjauh untuk mengatakan sesuatu.

“Day... tunggu,” kata Itt di sela-sela erangannya.

“Hm.” Day menggeram di tenggorokannya, menyebabkan wajah Itt memanas melihat raut wajah kekasihnya yang menandakan suasana hati sedang penuh kebutuhan.

“Langit masih cerah, nanti ada yang melihat.” Itt berkata pelan, tangannya tidak tahu di mana harus meletakkannya.

Day melepas celemek yang baru saja dia pakaikan untuk Itt lalu menyisihkannya.

“Kamu menutup pagar, tidak ada yang bisa masuk,” jawab Day, tangannya bergerak ke ujung celana Itt.

“Nasi?” Itt bertanya sambil mengingat tentang nasinya.

“Sudah dimasak,” jawab Day sinis.

Tapi… Itt terdiam melihat kilatan di mata Day, yang membungkuk untuk mencium leher Itt, membuat seluruh tubuhnya menggigil.

“Oke... tapi hanya satu putaran. Jangan lupa kalau aku harus pergi mencari adikku,” gumam Itt pada kekasihnya, takut Day akan memukulnya selama beberapa ronde, meninggalkan Itt tanpa kekuatan untuk menemui adiknya seperti yang telah mereka sepakati.

“Aku tahu,” kata Day,  dia segera membenamkan wajahnya di leher Itt.

Sebuah tangan kekar menarik sang kekasih mendekat ke tubuhnya, sebelum meluncur ke bawah dan meremas tubuhnya. Itt masih duduk di meja ruang makan.

“Ugh... Day... bukankah lebih baik kita naik ke kamar saja?” Itt bertanya, suaranya bergetar saat kekasihnya itu menggigit lehernya dengan lembut.

“Nah, ini rumah kita, kita melakukan apa yang kita mau dimanapun,” kata Day sinis, sebelum memasukkan tangannya ke dalam ujung celana di punggung Itt, menggerakkan jari-jarinya yang panjang di sepanjang bukaan pantatnya. Sekarang milik Itt berada di dekat perut Day.

Day mengangkat ujung kemeja Itt sebelum memandangnya.

“Gigit sedikit,” kata Day sambil tersenyum mesum.

Itt mau tidak mau harus menggigit ujung kemejanya. Day menyeringai, mengetahui bahwa Itt pasrah dan akan menyerah sepenuhnya kepada Day hanya untuk satu putaran, sesuai kesepakatan.

Day langsung mencondongkan tubuh ke depan untuk menghisap dada kecil kekasihnya itu.

“Ahhh...” Itt mengerang kesemutan.

Kedua tangan Itt melingkari leher kekasihnya dengan mulut menggigit kemejanya, lidah hangat Day bergerak bergantian di bagian atas dada kekasihnya, menciptakan tanda cinta di dada Itt juga.

Day Itt 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang