“Kamu tidak malu, biasanya kamu tidak berani melakukan itu,” Day mempertanyakan keberanian Itt.
"Yah, tidak ada orang di sekitar sini," jawab Itt.
Sejujurnya dia malu, tapi keinginan untuk menghadiahi kekasihnya lebih besar. Day kemudian mengangkat lengannya di leher Itt untuk mendekat ke dirinya sendiri.
“Jika kamu tidak ingin malu dan tidak ingin orang lain melihatnya, lain kali lakukanlah saat kita hanya berdua,” kata Day sambil menatap kekasihnya.
"Aku tidak selalu merasa terangsang sepertimu," jawab Itt.
Day tersenyum tapi tidak berkata apa-apa. Sesampainya di mobil, mereka langsung menaiki mobil dan pergi ke toko.
..
..
..
..
..
"Hei, kapan kalian kembali?" Ayah Itt masuk ke kantor Day saat waktu menunjukkan pukul empat sore.
Itt berbaring di sofa dikantor Day karena garasinya tidak pekerjaan yang bisa dia lakukan.
“Sudah lama, Ayah, ada apa?” Hari bertanya.
“Oh, seseorang membawa mobilnya untuk memasang stereo baru dan mengganti rodanya, jadi aku ingin kamu dan Itt keluar dan melihatnya” Ayah Itt berbicara.
Day mengerutkan kening, Itt sendiri lalu duduk, menatap ayahmu tidak mengerti.
“Apakah tidak ada orang yang menerima pelanggan?” Itt bertanya dengan rasa ingin tahu.
"Ya, tapi aku ingin kalian berdua melihat mobil ini," ayah Itt berbicara lagi.
“Teman ayah?” Day bertanya dengan rasa ingin tahu.
“Mmm..., jangan bicara, keluar dan lihat, kalian berdua.”
Ayah Itt tersenyum, Itt berbalik dan menatap wajah Day dengan bingung, tapi keduanya mengikuti ayah Itt ke depan toko.
“Hm, apakah ini mobil baru, ayah? Ada sinyal merah,” kata Itt ketika dia keluar dan melihat mobil putih yang diparkir.
Day diam diam berpikir.
"Day, ini mobil yang sama yang kita lihat, warnanya juga putih" Itt berbalik dan berkata pada Day sambil tersenyum.
Ayahnya tersenyum tipis dan ibunya juga ada di sana.
"Ayah" Day memanggil ayah kekasihnya dengan suara tegang, karena sudah menebak apa yang dilakukan ayahnya,
