Itt dan Nick duduk berpegangan tangan erat setelah terjebak di dalam mobil bersama orang-orang yang menculik mereka. Total ada 4 orang yang semuanya memakai masker dan topi.
Itt berusaha untuk tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun pun. Begitu juga Nick. Meski wajahnya masih terlihat sedikit tegang, tetapi tidak satu pun dari mereka yang berteriak atau melawan
“Kita pergi ke sana, kan?” Kata pengemudi.
“Ya” jawab orang yang duduk di sebelah pengemudi.
“Kenapa kamu menutupi wajahmu, Sorn? Aku tahu itu kamu” ucap Itt dengan nada dibuat biasa saja.
Orang yang duduk di sebelah pengemudi segera berbalik untuk melihat wajah Itt lalu melepas maskernya.
“Bagaimana kamu tahu ini aku?” Sorn bertanya dengan suara yang dalam.
Dulu, ketika Sorn masih bekerja dengannya, Itt akan memanggil dengan Khun Sorn atau Phi Sorn, tetapi di saat seperti ini, Itt tidak ingin berbicara sopan lagi.
“Yah, hanya kamu yang punya masalah denganku. Ditambah lagi, fakta kamu melarikan diri dan menjadi buronan sekarang” jawab Itt.
“kalian bisa melepas masker,” Sorn memberi tahu anak buahnya, jadi mereka pun melakukannya.
“Jika kamu tidak ingin terluka, duduklah dengan tenang” kata Sorn tegas.
“Aku jadi bertanya-tanya, apa yang kamu inginkan? Apakah kamu pikir kamu bisa melarikan diri dari polisi? Dengan melakukan ini, hukumanmu akan lebih lama,” lanjut Itt.
Bukannya Itt tidak takut, tapi dia berusaha mencoba untuk tidak terlihat takut.
“Diam!! Aku pasti bisa kabur” ucap Sorn dengan suara keras.
Nick memegang tangan Itt dengan pelan, seolah memberi isyarat agar dia tidak mengatakan apa pun yang akan membuat Sorn kesal.
Itt lalu diam setelah itu.
Tapi anak buah Sorn yang menyetir, tiba tiba mengemudi lebih cepat, membuat Itt mulai merasa mual, jantungnya berdebar kencang dan wajahnya menjadi pucat.
Nick juga memperhatikan gejala Itt.
“Hei, bisakah kamu mengemudi lebih lambat? Itt sakit, dia bisa muntah di mobilmu” kata Nick.
Sorn menoleh untuk menatapnya dengan tidak percaya.
“Apa yang kamu bicarakan? Aku melihatnya bepergian bolak-balik dari Bangkok ke Chonburi. Jangan membodohi ku,” kata Sorn, suaranya marah.
“Apa kamu tidak lihat, wajahnya pucat. Berkendaralah lebih lambat dan lurus. Kenapa harus meliuk kenan dan kiri.”, kata Nick,
Dia tidak ingin kondisi Itt semakin parah.
“Brengsek, ada masalah apa kalian orang kaya. Bagaimana bisa mengemudi dengan lambat. Tetap, gunakan jalur yang sudah kubilang, jangan lewat jalan utama,” kata Sorn pada Nick lalu menoleh ke arah anak buahnya yang menyetir.
Itt melihat tanda yang menunjukkan mereka akan pergi ke Samut Sakhon, tapi dia tidak yakin apakah itu akan menjadi tujuan akhir mereka.
“Kamu tidak apa apa?” Nick berbisik pelan kepada Itt, dan Itt mengangguk.
Saat inj Nick dan Itt mulai memikirkan cara untuk melarikan diri.
“Hei, bisakah kamu berhenti di pom bensin? Aku ingin buang air kecil.” kata Nick sambil berpikir bahwa dia bisa mencari bantuan di pompa bensin.
