bab 42

1.4K 56 10
                                    


Ketika Itt selesai makan bubur nasi, Day pergi mengambilkan obat untuk kekasihnya itu.Kemudian dia mengambil piring mereka dan mengembalikannya kepada pelayan.

Neil, Nick, Nan dan Mac, yang sudah selesai makan di lantai bawah, pergi ke kamar Day untuk melihat Itt.

“Bagaimana kabarmu?” Nick duduk di lantai dan bertanya pada Itt, yang sedang duduk sambil memeluk bantal dan bersandar didinding.

“Lebih baik,” jawab Itt, tapi diam-diam menatap Day, yang sedang bersandar di bingkai jendela, menatapnya dengan ekspresi tenang. Hal ini membuat Nick menyeringai pada temannya.

“Hah, sakit perut gara gara makan terlalu banyak udang dan kue,” gerutu Nick, tidak sepenuhnya serius, tapi matanya dengan jelas menunjukkan betapa khawatirnya dia terhadap sahabatnya itu.

“Jangan katakan itu Nick...Day sudah marah, sangat marah” ucap Itt pelan.

“Jadi, apakah kamu bisa pergi membuat kebajikan?” Mac bertanya.

Itt mengangguk.

“Bagus, kamu akan merasa lebih baik setelah minum obatnya” kata Nick.

“Jadi, ayo berpisah, ayo mandi dan bersiap-siap dan sampai jumpa di bawah.”

Semua orang mengangguk lalu pergi ke kamar masing-masing.

“Mandilah,” kata Day pelan, sambil duduk dan mengeluarkan barang-barang dari kopernya.

Itt bergerak menarik pelan lengan kemeja kekasihnya sambil memeluk bantal. Day berbalik untuk melihat dan mengangkat alisnya.

“Apakah kamu masih marah padaku?” Itt bertanya lirih karena melihat kekasihnya tidak banyak bicara.

“Aku terlalu malas untuk tetap marah. Jika lain kali aku memberitahumu sesuatu dan kamu tidak mau mendengarkanku, aku tidak akan peduli lagi” kata Day dengan nada mengancam.

Hanya ancaman kosong sebenarnya. Karena Day tahu bahwa tidak peduli seberapa banyak dia mengatakannya, sebanyak apapun dia marah pada kekasihnya keras kepala itu, Day tidak akan pernah bisa untuk tidak perduli. Karena Day sangat mencintai Itt.

Itt mengerutkan kening saat mendengar ini.

“Mandilah,” ulang Day sambil menyerahkan pakaian itu pada Itt.

Itt menerimanya dan langsung pergi ke kamar mandi.

Day hanya bisa menghela nafas.

Ketika Itt selesai mandi, Day pergi mandi.

Ketika mereka sudah selesai bersiap, mereka menemui teman-temannya yang sudah menunggu di lantai bawah.

Nan sudah memanggil sopir tuk tuk untuk menjemput mereka dan mengantar mereka ke kuil.

Sepanjang hari, Itt tidak keras kepala, dia tidak berdebat dengan Day tentang apa pun, hanya melakukan apa pun yang dikatakan Day. Itt tahu bahwa Day pasih kesal padanya, jadi dia berusaha berdamai dengannya.

“Apakah kamu lupa membawa mulutmu hari ini?” Nan berpura-pura bertanya pada Itt.

Mereka selesai memberikan penghormatan di kuil terakhir.

“Seharusnya kau juga meninggalkan mulutmu di kamar,” kata Itt sambil menekankan tangannya ke dahi Nan karena kesal.

Nan tertawa ringan.

“Jadi, kamu ingin pergi ke mana sekarang?” Neil bertanya, ketika mereka berjalan menuju mobil. Nan melihat waktu sedikit.

“Sekarang sudah jam 2 siang, bisakah kita melihat lebih banyak tempat kuno?” saran Nan.

Day Itt 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang