“Ibu, tolong jaga Itt sebentar,” kata Day kepada ibu suaminya.
Itt yang masih ketakutan, segera memeluk lengan Day.
“Kemana kamu pergi?” Itt segera bertanya.
“Aku akan bicara dengan Ayah. Tunggu di sini dulu bersama ibumu dan Meen. Aku akan kembali sebentar lagi” ucap Day sambil mengelus kepala Itt dengan lembut.
Itt memandang Day dengan ekspresi kusam, tapi mengangguk.
Dah bangkit dan berjalan menuju kantor ayah suaminya. Pria itu sudah duduk di sana.
“Duduklah, Day” Ayahnya berkata, dengan suara yang sedikit tegang.
Day kemudian duduk di sofa di seberang ayahnya.
“Hah..., kukira tidak akan terjadi apa-apa lagi pada kalian. Apakah ini tahun yang buruk bagi kalian berdua?” Ayahnya berkata tanpa banyak keseriusan.
Day tidak berkata apa-apa.
“Ayah akan bertanya padaku apa yang terjadi pada Itt, kan?” Day bertanya lebih dulu.
Ayahnya mengangguk.
“Apakah menurutmu itu adalah ketidak sengajaan atau memang disengaja?” Ayahnya bertanya, karena melihat ekspresi Day.
Day terdiam sejenak lalu menghela nafas.
“Yah, menurutku apa yang terjadi ada hubungannya dengan masalah Khun Sorn, karena saat ini satu-satunya orang yang punya masalah dengan kita adalah dia.” Day menjawab apa yang dia pikirkan, yang memang itu juga yang diam-diam dipikirkan ayahnya.
“Awalnya kupikir aku terlalu banyak berpikir, tapi sekarang, aku melihat kamu berpikiran sama denganku. Apa, aku harus bertindak?” kata Ayahnya dengan nada serius.
“Ayah, Ayah tidak perlu melakukan apa-apa. Aku yang akan menyelesaikannya sendiri. Lagipula aku ingat plat nomor mobilnya, aku akan menyuruh orang-orangku untuk membantuku mencarinya” kata Day karena dia tidak ingin ayah mertuanya terlalu khawatir.
“Bagus, tapi kamu harus menangani masalah ini secepat mungkin. Kita tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Khun Sorn saat ini dan itu mungkin berbahaya. Jika ada apa pun yang memerlukan bantuan ayah, kamu harus memberitahuku.” Ayah Itt berbicara, karena dia mempercayainya, dan tahu bahwa Day mampu menanganinya.
“Ya,” jawab Day dengan serius.
“Oh, sore ini kamu akan mengantar Itt ke dokter? Aku akan menelepon untuk membuat janji di rumah sakit biasanya,” kata sang ayah tentang dokter yang merawat mereka di masa lalu.
“Ya kalau begitu, aku akan kembali menemani Itt,” kata Day dengan nada meminta maaf.
Ayahnya mengangguk.
Day bangkit untuk pergi.
Ayah Itt langsung menelpon temannya.
“Phi Day ada di sini” kata Meen pada Itt saat dia melihat Day kembali.
Day lalu untuk duduk di sebelah Itt seperti tadi.
“Baiklah, sepertinya Meen harus pergi sekarang” Ucap wanita itu pamit karena ingin Itt istirahat.
“Kembalilah dengan hati-hati, Meen. Jangan mengemudi terlalu cepat. Maaf aku sudah membuatmu takut,” kata Itt pada wanita itu dengan suara pelan.
“Tidak apa-apa, jangan khawatir Itt. Kamu istirahat lah dan minum obatnya. Ibu, Phi Day, aku pergi dulu.” Wanita muda itu mengangkat tangannya untuk memberi hormat kepada ibu Itt dan Day.
