Chapter 12

1.7K 58 3
                                    

SILAS



Ada sesuatu yang janggal tentang Anna Banks dan aku mulai yakin dia memang menyembunyikan sesuatu. Berdiri di dalam ruang kerja, aku menekan sebuah kontak lalu mendekatkan ponsel ke telinga. Saat telepon berdering, mataku mengintip ke luar jendela, ke halaman belakang tempat Anna dan Jace sekarang bermain dengan mobil balap remote control yang kuberikan padanya sebagai hadiah saat ulang tahun. Mereka tampak sedang bersenang-senang.

"Halo?" Suara Sean, saudaraku, menjawab ragu-ragu. Mungkin karena heran. Dia tidak terbiasa menerima panggilan dariku di tengah-tengah jam kerja seperti ini.

"Hai, Sean," jawabku. "Kuharap aku tidak mengganggu, tapi aku perlu bicara sebentar."

"Tidak masalah," dia meyakinkanku. "Ada apa?"

Aku masih memperhatikan Anna dan Jace, seolah tidak bisa membiarkan mereka lepas dari pandanganku.

"Yah," aku memulai. "Aku mempekerjakan seorang gadis untuk datang ke sini untuk membantu mengurus rumah. Kau tahu, seperti saran Ibu yang selama ini selalu merecokiku. Gadis ini muncul entah dari mana dan berkata sedang mencari pekerjaan. Karena dia terlihat sangat membutuhkan, jadi aku mempekerjakannya."

Sean tertawa di seberang sana dan bertanya, "So, good choice or not? What does Jace think of her?"

Melihat mereka bermain bersama, cukup mudah untuk menjawabnya. "Well, he just met her today but they've taken to each other like best friends. He's got her out playing in the backyard right now. She's pretty young, so I guess she doesn't mind acting like a kid. And she's great as far as the housework. Her cooking isn't too bad and she knows how to keep things clean."

"Kedengarannya bagus," kata Sean, jelas tidak menangkap tanda-tanda keraguan dalam suaraku.

"Ya," gumamku. "Tapi aku khawatir." Membiarkan pikiranku melayang kembali ke percakapan Anna dan Jace yang kudengar tadi pagi. "Dia aneh dan.. cenderung tertutup. Like she's hiding something."

"Like what?"

"Who knows?" jawabku, mencoba memikirkan apa pun yang selama ini dia rahasiakan.

Sambil terkekeh, Sean membalas, "Kalau begitu, mungkin dia pasangan yang cocok untukmu. Bukankah kau juga seperti itu? And by the way, why don't you just ask her about herself? Is she pretty cute or something?"

Godaan Sean membuat wajahku memanas. "Aku tidak ingin bertanya soal kebenaran tentang dirinya," balasku. "Dan... ya, dia manis. Tapi seperti yang sudah kubilang, dia masih muda. Bahkan mungkin belum genap dua puluh lima tahun."

"Selama dia berusia di atas delapan belas tahun, itu tidak masalah, bro" goda Sean sambil tertawa lagi. Kata-katanya mulai membuatku jengkel. Sindirannya tidak hanya menyebalkan, tapi mengingatkan tentang radar ketertarikanku terhadap Anna. Selain itu terasa sangat memalukan. Right now, I really don't want to start any kind of family rumor that I'm dating the Nanny.

"Shut up, Sean!" jawabku. "Ini serius. Menurutku ada sesuatu yang aneh pada gadis ini. Dia terlalu licik dan tertutup. Hari ini Jace menanyakan pertanyaan paling mendasar tentang keluarganya dan dari mana asalnya. Dia tidak menjawab dan terkesan menghindari semuanya." sambil menghela nafas, aku bergumam. "I don't want to put my son in danger."

Sean terdiam sejenak.

"Silas," dia memulai dengan nada serius. "Kau mengurung dirimu dan Jace di peternakan itu sejak Kelly pergi. Tidakkah kau sadar itu cara yang salah dalam menjalani hidup? Kau bahkan tidak mempercayai siapa pun dan, sejujurnya, menurutku kau terlalu paranoid terhadap gadis ini. Selama dia melakukan pekerjaannya dan rukun dengan Jace, aku rasa itu akan baik-baik saja. Kenapa kau tidak memberinya kesempatan lebih dulu? Ayolah, dia hanya tidak ingin ditanyai tentang masa lalunya, bukan seperti dia menyembunyikan pisau atau semacamnya. Itu sama sekali bukanlah masalah besar."

Suddenly I'm a NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang