Chapter 48

693 44 5
                                    

SILAS



"Dad!" Jace bergegas masuk dari pintu bengkel yang sengaja tidak aku kunci.

"Hey.." meletakan obeng, aku berhenti sejenak untuk menatapnya. “Di mana Anna?”

Jace mengangguk ke arah rumah, “Dia di rumah, sedang membuat makan malam.” matanya lalu melebar. “I told her barbecue was your favorite,” katanya. “That’s probably why she’s making it.” katanya.

Is she really doing that because of me?

"I'm here to pick you up. You're going to have dinner with us, right, Dad? Anna missed it yesterday, I don't want you to do the same. We'll have three of us tonight. Please.."

Aku akan dengan senang hati mengiyakan permintaanya meski tanpa memohon dengan mata anak anjingnya seperti yang tengah dilakukannya.

Ketika aku mengangguk dan menggumam iya sambil mengusap kepalanya, dia langsung mengganti wajah sedihnya dengan sekejap.

Ketika kami kembali, Anna ada di dapur, siap dengan senyumnya dan pelukan untuk Jace.

“Cuci tanganmu, aku akan menyiapkan makanan nya di meja makan."

Aku menatapnya, tapi dia nyaris tidak melihat ke arahku. Dia bertingkah seperti itu sejak kemarin. Bahkan menghindar dariku saat makan siang hingga sepanjang hari ini. Aku tidak tahu apa ada sesuatu yang mengganggunya.

Pagi ini, dia bangun pagi-pagi sekali, menyiapkan ku sarapan lalu meninggalkanku. Aku tahu karena ketika turun untuk membuat kopi, dia tidak ada, tetapi sekitar dua puluh menit kemudian, dia ada di depan kabin dan mulai melakukan yoga di halaman sebelum akhirnya menuju ke kandang ayam untuk mengambil telur-telur.

Aku berpikir untuk pergi ke sana, memastikan kami baik-baik saja tapi kemudian kupikir dia mungkin membutuhkan waktu sendiri. Aku mungkin akan menanyakannya ketika dia datang untuk minum kopi.

Tapi dia tidak masuk ke dapur lagi. Sebaliknya, dia langsung pergi ke kabinnya.

Ketika aku menuju ke bengkel untuk bekerja. Akhirnya dia muncul di pintu, tampak begitu manis dan cantik hingga aku harus berusaha menahan lenganku agar tidak memeluknya.

“Question,” katanya. “Aku menemukan slow cooker di gudang. Apa boleh aku menggunakannya untuk membuat makan malam hari ini?”

"Of course. You can use anything you want. What’s mine is yours.”

"Oke. Terima kasih. Aku akan menggunakanya." 

Anna tersenyum padaku sebelum berjalan kembali ke rumah, tapi anehnya senyuman itu tampak tidak bersifat pribadi. Seolah apa yang terjadi di antara kami tidak ada artinya baginya.

Dan sekarang, aku melihatnya bergerak di dapur, jauh lebih percaya diri dibandingkan sebelumnya, menumpuk ayam di atas roti roti, menyendok coleslaw ke piring, tertawa dan berbincang dengan Jace.

Dan aku iri—pada anakku sendiri? God, what a fucking pathetic!

Aku mencoba memaksa otot dahiku untuk rileks, tetapi garis-garis itu tidak mau hilang.

Makan malam berjalan dengan lancar. Aku melihat Anna dan Jace berbincang tentang berbagai hal. Sambil mengunyah, aku hanya mendengarkan mereka berbicara dan tertawa.

Aku dan Anna tidak pernah berada di ruangan yang sama tanpa Jace sejak kejadian di halaman belakang. Aku tidak yakin apakah dia sengaja menghindariku atau apa. Dia tidak menunggu ku menghabiskan sarapan atau mampir ke bengkel untuk mengobrol. Jika dia berpapasan denganku di pintu masuk atau di halaman dan Jace tidak terlihat, dia menghindari kontak mata denganku.

Suddenly I'm a NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang