Chapter 14

1.4K 61 5
                                    

Vote dan komen kalian yang bikin aku tetep update tiap hari..

So, pastiin tinggalin jejak ya..

Thanks!!

---


SILAS




Terkadang hidup memiliki cara yang aneh untuk mengubah banyak hal. Ketika Anna muncul pertama kali di teras dan memintaku untuk menerimanya, aku menganggap itu adalah hal paling konyol yang pernah ku pertimbangkan. Namun sekarang, setelah hampir dua minggu dia ada di rumahku, aku mulai berpikir bahwa aku sudah membuat keputusan yang benar dengan mempekerjakannya.

Menghadirkan Anna di hidup Jace adalah suatu langkah yang tepat, setidaknya dalam beberapa aspek. Tapi di sisi lain, segalanya perlahan menjadi menakutkan, mengingat betapa aku kini bergantung padanya.

Meskipun dia mungkin tidak mengetahui apa pun tentang kehidupan di pertanian, dia telah memberikan pengaruh yang luar biasa pada rumah ini. Tidak ada lagi tumpukan cucian yang menggunung. Rumah selalu terlihat rapi. Mesin pencuci piring selalu berakhir bersih setiap malam. Dan yang terpenting, aku sangat menghargai apa yang telah Anna lakukan untuk Jace.

Saat aku memikirkan bagaimana cepatnya hubungan Jace dan Anna berkembang, mataku memandang ke belakang halaman tempat mereka berdua sedang memberi makan sapi. Sambil menggerakkan lidahku ke dinding mulut, aku menyadari betapa banyak pengaruh baik yang telah dia bawa untuk putraku dalam waktu sesingkat itu.

Walau aku terkadang khawatir Anna akan terlalu kekanak-kanakan untuk merawat Jace, tapi dia telah membuktikan sendiri bahwa dirinya dapat dipercaya dan diandalkan. Dia seolah mempunyai cara tersendiri untuk terhubung dengan Jace.

Bagaimana jika dia memutuskan untuk pergi suatu hari nanti?

Pertanyaan itu melayang di benakku seperti mimpi buruk. Aku benci memikirkan hal-hal seperti itu. Dan, lebih dari itu, aku benci mengakui betapa kehadirannya mulai mempengaruhi. Bergantung pada orang bukanlah hal yang biasa aku lakukan. Sejak Kelly pergi, aku selalu mengurus sendiri segala hal di hidupku. Tidak ada orang lain kecuali diriku yang dapat ku percayai untuk mengambil keputusan yang ku buat demi kebaikan Jace.

Fakta bahwa aku mulai menghargai dan bergantung pada Ana membuatku rentan. Dan aku benci kerentanan. 

Well, what ever. Tidak masalah jika dia pergi, kataku pada diri sendiri. Aku hanya tinggal mencari orang lain untuk menggantikannya. 

"Dad dad! Cepat kemari !" suara teriakan Jace membuatku terlonjak. Melemparkan palu yang hendak kugunakan, aku bergegas menuju lorong belakang. Rumput basah menandakan hujan turun tadi malam. Jalanan terasa licin di sepatu boot ku dan aku berusaha berhati-hati saat kami bergegas menuju gudang.

Saat aku mengitari bagian belakang gudang, aku melihat Anna, berlutut di lumpur, salah satu sepatunya terjerembab seluruhnya ke dalam lumput. Jace memegang tangan kanannya, mencoba membantunya berdiri.

"Apa yang terjadi?" aku bertanya sambil memanjat pagar kayu agar bisa menghampiri Anna lebih cepat, "Apa kau terluka?"

Yang mengejutkan, Anna tidak menangis karena kesakitan. Dia hanya meneteskan sedikit air mata di pipinya, tapi, yang membuatku lebih lega, air mata itu lebih terlihat karena tertawa di bandingkan tangisan.

Suddenly I'm a NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang