Hi, suka ngga nih aku update lagi? WKWKVOTE, COMMENT jangan lupa dear <3
Happy Reading!!
ANNA
Hujan masih deras di luar dan aku bersyukur penyakit Jace menahan kami agar tetap berada di rumah. Gagasan untuk mencoba menangani sapi dan ayam bukanlah ide yang bagus, terutama dalam cuaca seperti ini.
Duduk di lantai ruang keluarga berkarpet dengan kaki bersilang, aku menarik kartu lain dari tumpukan dan menatap Jace.
"Apa kau punya angka tujuh?" aku bertanya.
Di sisi lain, aku merasa kasihan pada Silas. Dia tetap harus melakukan pekerjaannya di bengkel sembari mengurus pekerjaan rumah lainnya sementara aku mengurus dan mengawasi Jace penuh waktu.
"Go fish," kata Jace.
Pikiranku melayang kembali ke kejadian di kantor dokter. Satu kalimat yang membuat hubungan kami kembali canggung.
Menurutku Silas sangat pandai bersembunyi di saat ketidaknyamanan menyapa diantara kami. Tapi aku tetap tidak bisa menahan senyuman yang menyelimuti ekspresiku saat mengingat komentar yang dibuat Jace dan Dokternya.
"Have you any... queens?" tanya Jace.
Aku merasa ikut bersalah atas apa yang terjadi. Masuk ke ruang praktik dokter sebagai wali seorang anak kecil merupakan pengalaman baru bagiku. Tapi anehnya, aku menikmati perasaan seperti seorang ibu. Ketika Jace memperkenalkanku sebagai ibu angkatnya, aku berusaha keras untuk meluruskan kebenarannya.
"Go fish," jawabku.
Jika ditarik kebelakang, aku menyadari betapa konyolnya hal itu. Seharusnya aku segera memberi tahu dokter bahwa aku hanyalah pengasuhnya dan bukannya kalimat bodohku sebagai “ibu pengganti”.
Yang lebih buruk lagi adalah ingatan tentang Jace yang memberi saran pada Silas bahwa kami harus menikah agar ayahnya tidak perlu membayarku. Aku belum pernah merasa lebih malu dalam hidupku. Rasanya aku ingin tenggelam ke inti bumi. Silas jelas terlihat kesal karena pemikiran itu, aku tahu benar dari ekspresinya. Tapi aku sedikit penasaran, dia marah karena gagasan menikah secara umum, atau karena gagasan menikah denganku?
“Anna!” Jace mendesak sambil meraih lenganku dan aku tersentak.
Aku melirik ke arahnya dan dia menunjuk ke kartuku yang tersisa. “Kau lupa menanyakan kartu yang aku punya.”
Aku tidak bisa memikirkan permainan kartu sialan ini padahal aku baru saja menyebabkan Silas dipermalukan seumur hidup.
"Apa kau punya angka tiga?" aku bertanya.
Aroma tercium dari dapur dan aku mencium aroma masakan panggang. Aku melirik jam di dinding. Segera setelah kentang dan wortel melunak, tibalah waktunya untuk makan. Aku ingin tahu apakah Silas mau ikut makan bersama kita. Setelah kunjungan kami ke dokter, dia lagi-lagi menjaga jarak. Sepanjang perjalanan kembali ke rumah terasa hening dan dia segera pergi untuk bekerja di bengkel segera setelah kami parkir di depan rumah.
“Berapa lama lagi sampai kita makan malam?”
Suara berat itu membuatku menoleh kaget, dan aku melihat Silas muncul di luar ruang keluarga. Dia berdiri di bawah pintu masuk yang melengkung, bersandar ke satu sisi dengan buku catatan dan ponsel di tangannya. Tampaknya dia berencana untuk bergabung dengan kami untuk makan malam.
“Sekitar dua puluh menit,” jawabku
“How about you play with us, Dad?” Jace menyarankan, “Ini pertama kalinya Anna bermain, jadi aku sengaja mengalah dan membiarkan dia menang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly I'm a Nanny
RomanceKetika Anna yang berusia 24 tahun datang ke kota New Harmony mencari tempat untuk bersembunyi dari mantan tunangannya yang terlalu posesif dan kasar, Anna berakhir menyukai kota kecil itu. Pertemuannya dengan seorang pramusaji di restoran kota secar...