Chapter 25

1K 51 2
                                    

Thankss a lot buat yang masih setia di lapak ANNA dan SILAS..

Maaf beberapa bulan aku off update karena sibuk di rl..

Aku bakal usahain kelarin cerita ini di sebelum lebaran asal kalian rajin rajin vote dan tinggalin jejak ya...

_*_

SILAS


Festival tidak pernah menjadi favoritku.

Kerumunan orang yang berkeliling, saling dorong, suara yang keras, keributan… semuanya terlalu berat untuk ditangani.

Selain beberapa kali Jace memintaku untuk membawanya ke pameran, aku selalu berusaha membuat alasan untuk menghindarinya.

Namun, di sinilah aku sekarang, berdiri sebagai tuan rumah dari festival musim panas terbesar di New Harmony.

Jace begitu senang saat aku memutusakan untuk pergi dengannya. Dia hampir tidak membicarakan apa pun selain festival beberapa hari terakhir.

Kami sudah menaiki beberapa wahana sebelumnya, tapi Jace seolah tidak bisa merasakan lelah. Aku bersyukur bisa melihatnya begitu bersemangat. Tuhan tahu aku sudah banyak mengecewakannya.

Berjalan di sisiku, kini dia menunjuk dari satu hal ke hal lainnya. “Wah, Ayah!” serunya sambil menunjuk ke arah komidi putar yang dipasang tepat di tengah lapangan, “Lihat itu!”

Sebelum aku bisa membalasnya, dia menunjuk ke arah lain. “Lihat, ada bianglala juga! Dan roller coaster!" dia mendongak kearahku dengan mata berbinar "Dad, this might be the most exciting thing that has ever happened in my life,” kata Jace.

Saat aku menertawakan pernyataannya, aku mengarahkan pandanganku ke arah Anna. Dia berjalan bersama kami, namun pikirannya seolah melayang ke suatu hal lain.

Aku tidak tahu apa yang terjadi. Ketika kami sedang makan di restoran dua hari yang lalu, dia terlihat bersenang-senang lalu secara tiba-tiba, dia menjadi diam dan sikapnya berubah total.

Seharusnya itu bukan masalah. Menyadari aku selalu hampir hilang kendali setiap didekatnya, sudah seharusnya interaksi kami dibatasi. Terlebih sejak insiden kamar mandi beberapa hari yang lalu. Hell, I'd nearly kissed her after she's been violated by that prick Grady fucking Dankerstein.

Tidak mudah memaksakan diri untuk mengusir ketertarikanku pada Anna. Tekatku menjauhinya gagal total ketika dia memintaku untuk pergi ke kota bersama. Tanpa Jace.

Otak sialan ku terus membuat tindakan bodoh. Sejak kapan aku begitu tidak bisa menolaknya?

Aku masih mengutuk diriku sendiri dan mengira Anna akan mengungkit soal malam dimana aku hampir menciumnya. Tapi dugaanku salah. Anna bersikap seolah kami baik-baik saja.

Well, okay then.

Meski lega, responnya yang seolah tidak peduli mengganggu sedikit egoku.

Kami kembali berinteraksi tanpa rasa canggung. Setidaknya sampai aku melihatnysa bersikap aneh. Seolah-olah dia ketakutan bahwa suatu hal akan menyakitinya. Aku hampir saja menanyakan apa yang terjadi padanya, tapi aku memilih menyimpan pertanyaanku sendiri. Terlalu menakutkan untuk memikirkan apa jawabannya.

“Stephen seharusnya ada di sini, Dad,” Jace memberitahuku saat kami berjalan. “Jika dia ada di sini, apa kau keberatan jika aku menaiki beberapa wahana disini dengannya?”

Sambil mengangkat bahu, aku menjawab, “Ya, tentu saja.” aku melihat ke arah Anna lagi, mencari persetujuannya. Yang membuatku kecewa, dia tampaknya tidak mau memberikan komentar apa pun.

Suddenly I'm a NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang