Maaf ya baru bisa update, kemarin Agustus banyak acara..
Untuk besok aku mulai update rutin kok..
Jangan lupa tinggalin jejak nya ya..
See u <3
ANNA
Ketika menjemput Jace ke sekolah, aku berencana mampir ke rumah Megan, untuk menuruti Jace bermain dadakan siang ini. Silas baru akan pulang malam nanti mengingat dia memiliki agenda dengan salah satu proyek gedung di kota, dan aku sudah mengabarinya.
Mobil langsung menuju ke rumah Megan ketika aku sudah memastikan Jace siap di kursi penumpang di belakang karena Stephen ikut bersama kami.
Cuacanya kelabu dan gerimis, jadi kami menyiapkan mainan dan permainan untuk anak-anak di ruang tamu setelah mereka makan camilan. Megan dan aku duduk di meja makan dengan cangkir teh yang masih mengepul.
Kami mengobrol sedikit tentang apa yang dilakukan anak-anak di sekolah dan dia memberi tahuku bahwa kakak perempuannya baru saja mengumumkan bahwa dia sedang mengandung.
“Sekarang semua orang bertanya kepadaku dan suamiku kapan kami akan punya anak lagi,” katanya.
“Dan sebenarnya, aku sedang mempertimbangkannya. Aku dan ayah Zora sebenarnya tidak bermaksud menunggu terlalu lama setelah Zora lahir, tapi itulah yang terjadi. Kami belum diberi kesempatan lagi." dia mengela nafas. "I just wish everyone would get off our backs.”
“Ya, itu pasti membuat frustrasi,” kataku.
“It is” katanya. "But that’s just my family for you.”
Aku menggigit bibir bawahku dan menatap tehku. Kata keluarga menyentakku kembali ke beberapa bulan yang lalu. Dimana hidupku masih dikelilingi orang-orang yang seharusnya memberiku ketenangan arti sebuah keluarga. Namun, aku sama sekali tidak merasakannya.
Dulu aku selalu percaya jika orang tua ku menyayangiku karena mereka selalu memberiku banyak hal. Dan Aku tidak pernah meminta untuk mendapatkan koleksi pakaian mahal ataupun uang.
Aku masih menganggap demikian hingga usiaku menginjak remaja. Mereka semakin jarang menampakkan diri di depanku. Berpikir mereka bekerja untukku sudah berulang kali kulakukan. Meski aku ragu aku tetap meyakinkan diriku. Bahkan ketika mereka melupakan ulang tahunku yang ke 17, dimana mereka membuatku membatalkan janji untuk pergi bersama temanku hanya demi menyisihkan waktu untuk mengadakan pesta kecil di rumah.
Kau tahu apa yang terjadi selanjutnya. Yah, bahkan sebenarnya dalam hatiku aku tau ini akan terjadi. Mereka lagi-lagi melupakannya dengan alasan rapat mendadak diluar kota atau syuting mendadak. Malam itu aku berakhir merayakan nya bersama bibi dan supir di rumah. My dearest Mom and Dad? Satu pesan ucapan pun aku tidak pernah mendapatkannya. (In case you wanna know. My Dad is CEO and my Mom is an Actress). But whatever.
Mereka mungkin berpikir aku masih sama seperti Anna kecil. Cukup dengan uang dan masalah beres. Atau dimana aku hanya perlu dirumah dan belajar alih alih meluapkan kesepianku untuk pergi bersama teman-temanku yang menurut mereka memberiku pengaruh buruk karena perbedaan sosialitas kami. Which is literally not make any sense.
Puncak kesabaranku tiba ketika Ben mulai mengekangku. Dimana aku berharap mereka akan melakukan sesuatu jika aku menceritakan semuanya. Sebuah kesalahan karena mereka tidak peduli bahkan tidak terkejut atau khawatir. Berkata jika aku hanya salah paham dan kurang pengertian pada Ben. Pada lelaki yang ternyata menyembunyikan sifat mengerikan di balik wajah tampannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly I'm a Nanny
Roman d'amourKetika Anna yang berusia 24 tahun datang ke kota New Harmony mencari tempat untuk bersembunyi dari mantan tunangannya yang terlalu posesif dan kasar, Anna berakhir menyukai kota kecil itu. Pertemuannya dengan seorang pramusaji di restoran kota secar...