Amora dan Gea saling kode dengan wajah kebingungan, pasalnya saat pulang dari pamit pada Edo tadi Alin selalu diam dengan wajah murung.
Bahkan saat mereka sudah berbelanja dan memakan berbagai jenis makanan di apartemen Amora. Gadis itu tetaplah diam, sesekali membuka mulutnya saat Gea ataupun Amora menyodorkan suapan.
"Lin, Lo kenapa sih?"
Alin nampak sedikit kaget namun setelah nya gadis itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Gea dan Amora kembali saling tatap.
"Cerita Lin, yahh kalo masih anggap kita sahabat sih"
Alina yang mendengar ucapan Amora segera menatap kedua gadis itu, ia tersenyum " aku bakal cerita, tapi gak sekarang"
Amora yang tak jauh dari Alin segera memeluk gadis itu "apapun masalah kamu, kita bakal selalu ada di dekat kamu kok Lin....tapi jangan lupa kalo udah tenang ceritain, mana tau kita bisa bantu"
"Mana tau, kalo gak bisa ya percuma" sahut Gea acuh, bersikap seakan sibuk menonton Tv .
Amora yang kesal melempar Gea dengan bantal sofa namun tak kena, karna Gea mengeluarkan wajah menyebalkan ya Amora yang tadinya sedang haru biru segera mendapati gadis itu dan memberikan serangan bertubi-tubi, sedangkan Alin...gadis itu hanya bisa tertawa menyaksikan penyiksaan yang Amora lakukan pada Gea.
..........
Langit masihlah cerah, Amora yang duduk santai di balkon dengan sebuah novel serta segelas jus nampak begitu menikmati hidupnya.
Kedua sahabatnya itu telah pergi sejam yang lalu jadi ini saatnya Amora bersantai.
Dering ponsel yang tak beradab jauh darinya mengalihkan perhatian Amora, tertera nama 'akang Felix di sana. Amora yang memang sedang rindu sebenarnya segera mengangkat telpon dari cowok tersebut.
"Halo akang"
"...."
"Napa sih woy, rindu? Ah sama deh aku juga...gima kalo kita ketemuan, ayo... Mau di mana"
"...."
"Rusak ni hp....HALO!!"
"bandara"
Amora mengerinyit bingung "bandara? Oh akang mau ngajak kencan di bandara yaaa? Ah gak soswit banget deh, tapi gak papa aku tetap baper kok"
"Dua jam lagi aku akan berangkat Beby, ke bandara kalo masih mau ketemu aku,HM"
Amora yang mendengar itu segera membelalak kaget, Tampa mematikan ponselnya ia segera berlari ke kamar mandi, mencuci wajahnya dengan cepat, mengganti baju asal lalu mengikat kuncir rambutnya.
Tak peduli untuk penampilan sekarang, yang jelas Amora hanya ingin cepat. Dua jam bukanlah waktu lama, ah pada hal Amora belum menyiapkan alahala untuk Felix.
Cowok itu terlalu mendadak, Amora belum memberikan kenang-kenangan, Amora juga belum menyiapkan mentalnya....yah ia perlu itu.
Di tinggal Felix bukanlah hal yang mudah bagi Amora yang sekarang mulai mencintai cowok itu.
Tak lama, Amora sampai di bandara selama kurang lebih 15 menit, gadis itu segera mencari kesana kemari sosok Felix ataupun orang tua Felix. Namun...nihil, mereka bak di telan bumi.
Amora yang kelelahan berlari sana sini mengelilingi bandara tak sengaja menabrak sebuah tiang yang memang tak di sadari olehnya. Malu dengan itu Amora segera menduduki dirinya di salah satu bangku tunggu, ia mengelap keringatnya namun...
Setetes air mata jatuh di pipi Amora, sedetik kemudian gadis itu mulai terisak. Lelah bercampur takut serta pusing akibat benturan tadi tak lagi bisa Amora tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora (END)
General FictionAmora Lendari terbangun di sebuah kelas dengan orang-orang asing di sekitarnya. Kepanikanya bertambah saat mendapati wajahnya dan tubuhnya yang berubah 180°. Tak terlalu bodoh untuk berfikir apa yang terjadi padanya, hingga menikmati adalah jalan...