Berharap

36.1K 2K 56
                                    

Amora membuka matanya pelan, saat ini ia berada di sebuah kamar terduduk di ranjang empuk kamar tersebut.

Amora ingin memegangi kepalanya yang terasa pening, namun tak bisa. Tanganya terasa di ikat  dengan sebuah tali.

Amora menoleh pada kakinya yang ternyata juga di ikat, beruntung mulutnya juga tak di ikat. Sialan memang.

"Woy.... Siapapun, tolong dehh  lepasin, sakit kaki aku bangset, ah  dah kayak di film - film ini aku, dulu aja main culik - cukikan, sekarang di culik benaran dong Hahahaha"

Amora tertawa lepas, padahal ia baru saja terbangun dari  pingsan nya, dan sedang di  sekap oleh seseorang.

Tawa Amora terhenti kala mengingat hanphone mahalnya yang tergeletak begitu saja di tepi jalan, namun ia kembali tersenyum mengingat tadi sempat menelpon asal nomor yang ada di kontaknya, berharap orang itu yang akan membebaskannya.

Berharap pada Felix? Cih, pria itu saja mungkin sedang asik bermain dengan tugas - tugasnya, atau dengan si Eca.

"Aku harus kabur kan yah? Biasanya korban penculikan akan cari cara buat kabur" ucap Amora pelan.

Ia mulai mencari sesuatu untuk memotong tali yang mengikat tanganya. Namun ia tak menemukan apapun yang sekarang ranya berguna.

"Siapapun yang menculikku, tolong lepaskan ikatan ini... Aku haus" teriak Amora keras dengan wajah menyedihkannya.

Tak ada perubahan apapun, kamar itu tetap nampak sunyi begitu juga dengan keadaan di luar.

Amora menghela nafas pasrah, ia menyandarkan tubuhnya mulai memikirkan nasibnya. Padahal harusnya ia sibuk mencari cara untuk kabur, malah sempat - sempatnya memikirkan nasib.

"Kalo yang nyuliknya kayak Cha  eon wo, park hyung- Sik, gong yoo, lee min ho gak papa deh aku pasrah, tapi ini siapa yang culik aku coba? Apakah mas Keanu Reeves?"

Amora terkekeh geli dengan pemikirannya sendiri, namun itu tak berlangsung lama. Pintu kamar itu terbuka secara tiba- tiba, membuat Amora lansung menghentikan tawanya.

Seorang dengan pakaian serba hitam memasuki kamar tersebut, seseorang yang nampak seperti wanita itu memakai sebuah masker dengan rambut ikal tergerai indah.

Wanita itu melangkah ke arahnya dengan dada kecil di busungkan, entah apa fungsinya mungkin supaya terlihat besar.

'nauzubillah'

"Siapa? Pelayan? Wahh gaul juga ni mba pelayan... Eh kalo gitu aku pesan jus wortel ya mba, haus soalnya...."

'plak'

Celotehan amora terhenti oleh sebuah tamparan cukup keras yang mendarat di pipi cantiknya.

"Bitc!! Gue tau Lo sok polos, sok baik, sok cari perhatian....cih najis"

Wanita tersebut membuka maskernya dan lansung mencaci Amora. Amora seketika membelalakan mata saat tau ternyata wanita shongong itu adalah SERA, adik tirinya.

"Gue selama ini diam karna lo emang juga gak terlalu dekat sama mommy gue dan Abang gue, tapi.... Belakangan ini Lo malah buat mommy dan Abang tambah jauh dari gue.... Gue benci lo Amora... lo munafik, banyak bicara, lebay, sok berani,  suka mencari perhatian orang ...cih"

Amora menggelengkan kepala sambil tersenyum tipis ke arah Sera yang terus saja mengumpatnya dan mengata- ngatainya.

"Kalo menurut kamu aku memang gitu, yah itu terserah kamu ser.... Itu penilaian mu, tapi please jangan di ikat juga kaki tangan aku, aku kebelet kencing ini...." Ucap Amora seketika kembali mendapatkan tamparan yang kedua kalinya di pipi kirinya oleh seorang Sera.

Panas, Amora ingin sekali memegangi pipinya menatap dramatis ke arah Sera. Namun sial, tanganya memang tak bisa lepas sedari tadi.

"Gue gak bakal lepasin lo, sampai lo mati sekalipun itu, dan gak akan ada yang peduli dan khawatir sama lo"

"Besok, lo mungkin akan jadi santapan kendri dan anak buah kita, persiapkan diri lo ya bitc.... Karna besok akan jadi malam panjang buat lo, untuk sekarang lo berhadapan sama gue...mm oh ni minum, AIR p*p*sgue....hahahah"

Sera melangkah keluar dengan tawa nya, meninggalkan Amora yang menatap nanar segelas air putih yang nampak dingin.

"Seriusan air p*p*s? Lah, di masukin ke kulkas gitu?" Amora menggelengkan kepala dengan fikiran joroknya.

Ia kembali terdiam sambil menatap gelas berisikan air tak jauh dari nakas. Ia haus namun tak mungkin minum air p*p*s Sera kan.

Lama menatap gelas kaca itu, Amora akhirnya bisa menggunakan otaknya dengan baik.

Amora mengarahkan kakainya ke nakas, menjatuhkan gelas tersebut hingga pecah menyentuh keramik.

Untuk sementara Amora biarkan serpihan kaca tersebut sambil menatap ke pintu kamar. Namun setelah sekian lama tak ada tanda- tanda adanya Sera barulah ia meraih dengan susah payah serpihan kaca tersebut menggunakan kakinya.

Dan dengan susah payah pula Amora meraih serpihan yang dipilihnya agar bisa di jangkau oleh jari-jarinya.

Setelah dapat barulah Amora berusaha melepaskan ikatannya.

Tiba-tiba pintu kembali terbuka, menampilkan soso Sera kembali. Gadis itu nampak menatap kesal ke arah Amora.

Amora yang berusaha untuk memutus tali yang di memngikatnya, sama sekali tak di ketahui oleh Sera karna memang tanganya di ikat di belakang.

"Apaan sih lo, pake segala pecahin gelas ..... CK, merepotkan" ucap Sera lalu kembali menutup pintu kamar tersebut.

Amora yang berhasil melepas ikatannya menghela nafas lega, ia segera melepas ikatan pada kakinya.

Tak menunggu lama, Amora segera melangka menuju jendela kamar tersebut untuk memantau keadaan di luar.

Pemandangan di luar itu nampak asri dan sejuk, pepohonan mengelilingi sekitar.

Amora ingin sekali memecahkan kaca jendela ini, namun itu percuma karna jendela ini berlapisi tralis besi yang cukup kokoh.

Amora melangkah pelan menuju pintu, tempat yang satu satunya bisa menjadi jalan keluar bagi Amora.

Namun sayang, pintu ini di kunci oleh Sera.

Dengan kesal Amora menendang pintu tersebut, tentu dia juga yang akan kesakitan.

Saat Amora sibuk dengan kakinya tiba- tiba terdengar seseorang yang akan membuka pintu tersebut.

Segera Amora kembali berlari menuju ranjang, dan mengikat kakinya asal-asalan serta tangannya yang lebih asal- asalan.

Terlihat Sera kembali masuk dengan segelas air lainya Sera sebungkus roti di tanganya. Ia melangkah mendekat lalu meletakkan roti serta airnya di nakas.

"Gue tau Lo udah lepasin ikatan sialan itu, tapi percuma Amora... lo tetap gak akan bisa lepas dari sini... Bahkan kalo gue bukakan pintu sekalipun itu"

"Oh, di makan yah gue tau lo butuh itu buat menjaga stamina agar kuat besok"

Sera kembali tertawa sambil keluar dari kamar tersebut.

"Harus banget gitu, asal keluar ketawa" ucap Amora kesal sendiri mendengar tawa Sera bak Kunti itu.

Sekepergian Sera, Amora kembali terdiam  ia tak tau apa yang akan terjadi padanya nanti, namun yang jelas sekarang Amora hanya bisa berharap.











Vote comen

Amora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang