Amora menikmati eskrimnya dengan lahap tampa peduli tatapan kedua temanya.Tadi Alin yang tetao merasa bersalah menyuruh Amora membeli apapun yang ia inginkan dengan Alin yang akan membayarnya.
Dan yah lima buah es krim dengan varian berbeda serta sekantong cemilan yang Amora beli.
Gea sedari tadi merutuki Amora yang tak mau shoping menguras duit Alin, jika saja ia di posisi Amora mungkin Gea sudah membeli banyak make up dan baju incaranya.
"Pelan mor, gak ada yang minta juga"
Gea terus saja sewot dengan apa yang di lakukan Amora, sementara itu Alin hanya geleng-geleng dan sesekali ia menatap layar TV yang menampilkan sinetron azab.
"Gila deh, tontonan lo ini mor, ganti lin....ah malah menikmati ni bocah"
Alin dan Amora tak peduli denga Gea yang tak bisa diam, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Eh, tadi di kamar lo ada baju cowok, punya siapa? Lo gak boking giglo kan mor?"
Kali ini kata-kata gea berhasil mengalihkan ekstensi kedua gadis itu. Amora menatap gea bingung dan Alin menatap tajam gea.
"giglo apaan dah? Itu baju akang Felix, kemaren dia numpang mandi" jawab Amora santai.
Dan sekarang Amoralah yang di tatapan dari kedua sahabatnya.
"lo mau tau sesuatu gak mor?" gea bertanya terdengar serius.
Amora tak peduli.
"Nggak""yaudah kalo gak mau gue tetap kasih tau"
Amora mengangkat bahu acuh tampa menatap gea, es krimnya tinggal tiga.
"Yaudah sih, kasih tau aja""ni anak ya..... "
"lo sebenarnya benci banget ama felix, apalagi ama kelakuanya yang seenaknya dan yahh ini yang membuat kita berdua bilang lo berubah banget" alin tak sabar memberitahukan ini, gea terlalu lama. "bahkan kita curiga lo ngerancanain sesuatu, ah dan kita curiga lo bukanlah Amora"
Amora terdiam, ia sama sekali tak merancanakan sesuatu tapi jika tuduhan kalo dia bukanlah Amora asli tak dapat Amora sangkal. Itu benar namun Amora tak mungkin mengakuinya.
"haaa, Kan aku udah bilang kalo felix lah yang mendekati aku lagian jika aku bukan Amora siapa dong? Ais aku kira kita sahabat, ternyata kalian masih curiga-curigaaan bahkan aku sudah jujur" Amora menatap seakan kecewa kepada kedua gadis di hadapanya, ah ia tak benar2 kecewa hanya saja ia ingin membuat kedua gadis ini jerah.
"sorry mor, perubahan lo pesat banget bahkan cara bicara lo berubah"
"itu yang membuat kita bertambah merasa aneh sama lo"
Amora menatap gea, gadis itu memang nampak merasa bersalah. Ah padahal kemaren gea membelanya ternyata gadis ini juga menaruh curiga dengan Amora.
"oke fine...... Kalo aku bilang aku adalah jiwa orang lain dan bukan Amora asli kalian percaya?"
Kedua gadis di hadapanya nampak saling tatap lalu menggeleng polos.
"makanya jangan banyak tingkah, sana pergi ini udah jam pulang tas kalian masih di sekolah tar di gondol maling"
Perkataan kedua Amora sontak membuat kedua gadis itu tersadar dan segera berpamitan berhamburan keluar dari Apartemen Amora.
Amora tertawa puas, ia membuka salah satu cemilan dan mengganti saluran televisinya menjadi tayangan spongebob lalu menonton dengan khidmat tampa peduli dengan pintu yang kembali terbuka.
Mungkin itu alin atau gea yang ketinggalan sesuatu, itulah yang di fikirkan Amora.
"Kenapa?"
Sebuah tangan besar memegangi leher Amora mengelus dengan pelan menimbulkam sensasi geli di sana.
Amora mendongakkan kepala, di atasnya ada wajah Felix sedang menetapnya datar. Pria itu berdiri di blakang sofa dengan satu tangan sebagai tumpuan dan tangan lainya mengelus leher Amora.
"gak papa, lepas el... Geli"
Ucapan Amora sebenarnya tak ada yang salah namun tatapan datar itu menajam seketika.
"Mau ku tambah? Atau kau ceritakan?"
Mampus! Kalo sudah begini Amora tak bisa melawan, Felix lebih menyeramkan dari emknya ketika Amora tak mengangkat jemuran.
"Iya2 aku ceritain.... Tapi lepas dulu duduk sini, biar aku manja-manja"
Tak ada bantahan atau ancaman, Felix melangkah memutari sofa dan duduk di samping Amora.
Amora yang siap untuk menceritakan kejadian tadi di kagetkan dengan Felix yang mengangkatnya dan menduduki Amora di pangkuan pria itu.
Amora salting, ini hal baru yang dulunya hanya berada di hayalan Amora. Semuanya nyata sekarang.
"Ceritakan! "
Amora yang menghadap lansung ke arah Felix berdehem singkat.
"Tadi kendri datang lagi tapi dia nuduh aku hampir bunuh nadira, dan yah dia mencekik ku hingga hampir sekaratul maut.... Sakitt"
Amora memeluk Felix, ah sebanarnya itu hanya bekas merah saja dan ada sedikit goresan kecil dari kuku kendri, tak ada rasa sakitpun bagi Amora yang memang hidupnya lebih keras di kampung, apalagi Ayahnya kadang sangat trampranental.
"Tidurlah"
Tak ada balasan lain dari felix selain menyuruh Amora tidur dan mengusap surai panjangnya.
Hah, harusnyakan ni cowok menanyakan nya lagi dengan wajah khawatir. Ck, jika saja tak takut mati dua kali mungkin saja Amora akan mengeplak cogan satu ini.
Tapi tidur dengan mimpih indah nampaknya lebih baik.
.....
"lo terlalu gegabah ken, hanya gara-gara Nadira di jatuhi pot lo malah cekik Amora.... " Seno memulai percakapan, ia juga tak mengira jika Kendri senekat itu pada Amora.
"gue gak peduli, jalang itu pantas di balas" jawab kendri dingin dan tajam. Amarah masih ada apalagi lato-latonya masilah sakit.
"tapi jika bukan dia yang melakukan? Bagaimana?" seno kembali melempar ketidak setujuan atas apa yang di lakukan kendri.
"cih, jelas Sera mengatakan melihat jalang itu berbicara dengan siswa yang melempar pot bunga itu" jawab kendri sambik menatap tajam seno
"pastikan dulu ken, apa yang lo lakuin bisa buat geng kita hancur, padahal Felix sudah memberi peringatan" ucap deri juga setuju dengan seno, bagaimanapun dia juga kakak nya Amora walau gadis itu adik tirinya.
Ia juga tak percaya jika Amora melakukan itu, selama ini jika kedua temanya membully Amora tak akan ikut dan gadis itu lebih suka diam di kelas atau diam di tempatnya dan kenapa juga Amora repot-repot menyuruh orang untuk mencelakai Nadira. Amora tidaklah ada masalah apapun dengan Nadira. Itu yang deri fikirkan.
"gue gak peduli dan gak takut, kalo kalian gak sanggup silahkan keluar dari sini"
Kendri berujar dingin, ia melangkah menuju ruanganya yang ada di markas mereka.
Seno dan deri hanya menggelengkan kepala, Kendri memang begitu selalu mengambil keputusan sendiri dan selalu trampramental.
Lalu kenapa mereka masih mau menjadi anggota geng Blak work? Entahlah.... Namun yang jelas geng itu di bangun mereka bertiga dan kendrilah yang di tunjuk sebagai pemimpin.
Jangan lupa vote comen.
Lopeyu
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora (END)
General FictionAmora Lendari terbangun di sebuah kelas dengan orang-orang asing di sekitarnya. Kepanikanya bertambah saat mendapati wajahnya dan tubuhnya yang berubah 180°. Tak terlalu bodoh untuk berfikir apa yang terjadi padanya, hingga menikmati adalah jalan...