"Mom, mau adek"
Seorang bocah berusia 5 tahun menatap sang ibu dengan wajah polosnya, ia menunjuk ke arah pengemudi motor di samping mobil sedang menggendong seorang bayi.
Wanita yang di panggil mom itu tersenyum lalu menoleh pada sang suami yang juga menatapnya.
Amora.... Wanita itu tersenyum menatap putranya, mengecup pipi cabby sang putra yang di beri nama Feno Fedrico.
Fen lahir lima tahun yang lalu setelah ibu dan ayahnya puas berpacaran dan memutuskan untuk memiliki seorang anak.
Sekarang bocah itu meminta adik pada ibunya, tentu sang ayah semangat mendengarnya.
"Fen, mau adik?" Tanya Amora... Gadis itu nampak lebih dewasa dari beberapa tahun belakangan. Sifatnya saja, jika wajahnya bisa di katakan tak ada perubahan.
Felix juga nampak lebih dewasa, lelaki itu sedang menyetir mobil menggunakan kaca mata yang sering ia gunakan, baik saat bekerja atau saat berkendara.
Bukan rabun, ia hanya ingin saja.
"Iya mom, fen pengen gedong adek" ucap Feno menjawab sang mommy.
"Baiklah, nanti mom buatkan adik" ucap Amora asal
"Memangnya buat adek gimana mom?"
Mampus, Amora salah bicara "em.... Tanya Daddy, dia yang ahli" ucap Amora lalu melempar senyum pada Felix yang nampak tenang.
"Dad ..... Buat adek gimana?" Tanya Feno pada ayahnya yang sekarang fokus mengemudi.
Felix mengelus kepala Feno "menggunakan tenaga dalam" ucap Felix dan lansung mendapatkan cubitan kecil dari Amora.
"Tee......"
"Nanti Fen mau beli apa? Es krim? Atau mainan?" Potong Amora cepat, mengalihkan pembicaraan.
"Tidak, Fen mau beli buku aja mom"
Amora memijit kepalanya, Feno berbeda dari anak- anak pada umumnya, bocah ini lebih suka membaca di usianya yang baru 5 tahun.
Amora tak masalah sih dia malah senang dengan anaknya yang pintar, dia hanya takut masa kecil Feno kurang bahagia.
Sementara Felix..... Pria itu selalu bersikap santai, padahal dialah yang mengajari Feno membaca.
......
"Istriku"
"Hmm"
"Apa kau setuju membuat adek untuk Feno?"
Amora yang sedang es krim sambil menatap anaknya yang sedang memilih buku lansung menoleh pada suaminya yang kini juga sedang menikmati es krim.
"Setuju kang, tapi gak sekarang" jawab Amora, ia ingin Feno berumur 8 tahun dulu baru mendapatkan adek.
"Kenapa sayang? Feno mintanya sekarang, aku juga mau sekarang" Felix yang selesai menikmati es krim nya merangkul sang istri lalu mencium pipi Amora yang masih cabby.
"Hmm, nanti yah sekarangkan kita lagi di toko buku" jawab Amora namun mata masih tertuju pada putranya yang sedang memilih buku sejarah.
"Sayang ..... Tatap aku"
Felix merasa cemburu dengan anaknya, itu tentu. Sejak adanya Feno, Amora tak lagi memusatkan perhatianya pada Felix sendiri bahkan lebih perhatian pada feno dari pada Felix.
"Apa?" Tanya Amora mengalihkan tatapannya pada Felix.
Felix tersenyum melihat bibir Amora yang belepotan, ia mendekatkan wajahnya pada sang istri, menjilat es krim yang ada di samping bibir sang istri.
Amora kaget, mereka berada di tempat umum ini Lo.... Syukur saja toko buku saat ini sedang sepi.
"Kang... Kalo Feno ngeliat gimana? Malu atuh" Amora menampar pelan pipi Felix, menjauhkan wajahnya dari sang suami.
Ia mengelap bibirnya lalu kembali menatap sang putra yang ternyata.....
"Feno di mana?....is, kamu sih El"
Amora menobok pelan paha Felix lalu segera beranjak mencari putranya.
"Fen....Feno" panggil Amora sambil mengelilingi toko buku berharap menemukan putranya.
Namun tak ada jawaban, Feno seakan menghilang di telan bumi. Amora segera berlari menuju Felix, matanya bahkan berkaca- kaca. Ia panik dan takut, takut putranya di culik atau hilang.
"Feno gak ada El" adu Amora pada sang suami yang nampak tenang.
"Felix.... CK, anak hilang kenapa kau malah tenang- tenang saja". Amora kembali mencubit Felix, kali ini cukup kuat sehingga berhasil membuat Felix sedikit meringis.
"Ayo cari Feno El" Amora menarik tangan Felix untuk mencari putra mereka namun tubuh Felix yang besar sama sekali tak bergerak di tempatnya.
"Fel.....ehhh"
Amora di tarik Felix hingga terduduk di pangkuan pria itu, Felix mencium pipi istrinya yang mulai mengeluarkan air mata.
"Tenang istriku, dia akan datang beberapa menit lagi" ucap Felix menghapus air yang terus mengalir di pipi sang istri.
"Memangnya dia di mana?" Tanya Amora, walau ia nampak tenang tapi tidak dengan air mata yang terus saja mengalir di pipinya nya.
"Di culik" jawab Felix santai
Amora melotot ia segera ingin beranjak dari pangkuan Felix, ia ingin mencari anaknya. Huh..m kenapa Felix se santai ini sih? Padahal anaknya di culik, pria itu tau tapi kenapa tak membantu anaknya.
"Lepas felix... Anak kita sedang di culik Lo ini....hiks...hiks" Amora menangis, lelah juga memberontak.
"Tenanglah sayang, dia tak akan di culik dengan mudah... Dia pintar bahkan lebih pintar dari otak kecilmu itu"
"Hiks....dia memang pintar....hiks, tapi dia tetap saja bocah 5 tahun Felix.....hiks hiks...."
"Mommy!!"
Amora mengalihkan tatapannya pada suara melengking dari seorang bocah. Di sana Feno, putranya sedang melangkah ke arahnya dengan pakaian sedikit berantakan.
Kali ini Felix membiarkan Amora turun dari pangkuannya.
Amora yang lepas segera merentangkan tanganya memeluk putra nya yang nampak menyedihkan.
"Siapa yang menculikmu nak? Apa kamu ada yang terluka? Jawab mommy fen"
"Tidak mom, mommy jangan nangis.... Aku baik- baik aja" Feno menghapus air mata sang mommy dengan tangan kecilnya.
"Benarkah? Lalu siapa yang menculikmu? Bagaimana kau bebas dari si penculik?" Tanya Amora lagi.
Feno tersenyum lalu memeluk momnynya "itu rahasia fen mom" ucapnya.
Amora menghela nafas, baiklah yang penting anaknya selamat.
Amora menggendong putranya menatap Felix yang nampak tersenyum padanya.
Bukanya membalas Amora malah menatap tajam sang suami.
"Malam ini.... Jangan harap mendapatkan jatah" ucapnya lalu melangkah keluar dari toko buku tersebut .
Senyum Felix seketika hilang, ia berdiri lalu menyusul sang istri.
"Jatah apa mom?" Tanya Feno yang berada di gendongan momnynya.
"Jatah makan sayang.... Daddy mu harus di hukum malam ini, sudah lebih baik Fen tidur yah...pejamkan matamu" ucap Amora lembut, mengelus Surai sang putra yang berada di gendongan ya.
Vote comen
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora (END)
Ficción GeneralAmora Lendari terbangun di sebuah kelas dengan orang-orang asing di sekitarnya. Kepanikanya bertambah saat mendapati wajahnya dan tubuhnya yang berubah 180°. Tak terlalu bodoh untuk berfikir apa yang terjadi padanya, hingga menikmati adalah jalan...