Amora tak di bolehkan oleh Felix untuk menginap di rumah orang tuanya dan cowok itu malah membawanya kerumahnya. Dan di sinilah Amora sekarang, di kamar Felix yang cukup luas dengan Nadira yang nampak sibuk mengganti perban di betisnya.
"Gak sabar gue menunggu berita kematian tu cewek"
Ini kesekian kalinya Amora mendengar rutukan dari bibir Nadira, gadis itu sibuk menyumpahi Eca yang kini masih tersesat di hutan.
"Semoga tubuh buruknya itu di cabik- cantik harimau, CK...lo jangan kepedean ya, gue ngomong gini emang dari kecil gue benci sama tu cewek"
Amora mengangguk mengerti, ia akan jadi penyimak terbaik buat Nadira saat ini. Namun ada satu hal yang membuat Amora penasaran, yaitu apa yang terjadi di masa lalu sehingga Nadira sebenci itu dengan Eca?
"Dia itu... Ih pokonya ni ya kalo ngebunuh gak dosa mungkin udah gue bunuh tu cewek dari dulu"
Amora menatap Nadira serius, ia akan menanyakan hal tersebut pada Nadira sekarang, yahh dari pada tidur Amora tak nyenyak malam ini.
"Aku boleh nanyak sesuatu nad?"
Nadira menghentikan kegiatannya yang sedang membereskan peralatan yang ia gunakan dalam mengganti perban Amora. Menatap Amora, menunggu gadis itu mengungkapkan apabyang ia ingin tanyakan.
"Apa masalalu kalian sehingga kamu sebenci itu sama Eca?" Tanya Amora lansung tampa berniat basa- basi.
"CK, panjang kalo di ceritain, intinya si Eca udah buat Felix hilang ingatan dan menjadi pendiam serta dingin, Felix yang dulu itu ceria dan baik, hahh gue pernah bilang kan kalo gue sahabatnya Felix?"
Amora mengangguk sebagai jawaban.
"Nah, Felix lupa sama gue dan walau ingatanya udah kembali Felix tetap seakan lupa sama gue.... Dia menjadi lebih tertutup, pendiam, dan gak peduli sama apapun dan siapapun itu, dia selama ini hanya peduli sama bi Imah, dan orang tuanya"
"Yah, makanya gue benci sama lo, lo yang baru kenal aja udah lansung jadi pacarnya nah gue.... Udah dari kecil juga berusaha buat kembali akrab sama Felix tetap aja gak ada hasil apapun"
Amora kembali mengangguk paham.
"Tapi tenang aja, gue udah mundur mor gue mau fikirin nasib Kendri dulu, hah mungkin anggota tubuh nya gak lengkap lagi sama si Felix"
Amora tak mengangguk lagi kali ini melainkan tertawa, ah berdosahkah Amora menertawai nasib Kendri?
"Yah, Lo berhak ketawa mor tapi jangan di depan gue juga kale...ih kesal gue sama lo"
Sera keluar dari kamar dengan rasa kesalnya.
Amora menggelengkan kepala melihat tingkah Nadira, gadis itu nampak lebih baik sekarang walau kekasihnya sekarang sedang berada di ruangan penyiksaan Felix.
Amora kesal dan marah serta benci pada kendri, namun Amora juga tak tega jika nantinya Kendri mati. Maka dari itu Amora berencana untuk meminta Felix memasuki Kendri ke penjara saja, namun apakah Felix mau mendengarkan usulannya? Amora ragu untuk itu.
Tibah tiba pintu kamar itu terbuka, bukan Nadira yang kembali ataupun Felix melainkan ibunda dari Felix sekaligus Tante dari Amora.
Wanita itu nampak anggun mendekat ke arah Amora dengan senyum manis di bibirnya.
"Bagaimana keadaan mu? Maafkan mama yah, mama sibuk mengikuti papa mu keluar negri dan baru mendapatkan kabar semalam, kamu gak papa kan? Kenapa mereka menculik mu Amora?"
Amora tersenyum, ah di saat- saat seperti ini dia jadi merindukan keluarganya di sana. Apakah Amora mengaku saja pada semua orang jika dia bukan Amora Amerta melainkan Amora lendari? Tidak.... Yang ada ia di sangka gila nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora (END)
General FictionAmora Lendari terbangun di sebuah kelas dengan orang-orang asing di sekitarnya. Kepanikanya bertambah saat mendapati wajahnya dan tubuhnya yang berubah 180°. Tak terlalu bodoh untuk berfikir apa yang terjadi padanya, hingga menikmati adalah jalan...