Fakta

44.5K 2.3K 29
                                    

Amora membuka pelan matanya, samar- samar terlihat ruangan yang begitu asing di penglihatannya. Ruangan bernuansa abu- abu itu menjadi hal pertama yang Amora lihat.

"Di mana? Surga? Masa sih?"

Amora mengucek matanya, kembali menatap ke sekeliling. Seingatnya ia tadi berada di pelukan seorang pria dewasa, namun kenapa sekarang sudah berada di kasur empuk.

Amora menduduki dirinya, mengecek keadaan kakinya yang sekarang nampak sudah di perban. Yah di perban.

Mengla nafas lega, Amora awalnya membayangkan betis cantiknya ini akan di amputasi, sebab tak hanya luka sobekan Sera juga menekan dan menendang luka ini.

"Di mana dia? Apa aku di rumah dia?" Amora mulai ingin beranjak dari duduknya untuk melangkah kembali ke pintu, namun kakinya terasa amat perih sehingga Amora mengurungkan niat itu.

Ia kembali menyandar pada ranjang, mencoba menenangkan kakinya yang terasa berdenyut- denyut.

Tiba- tiba, pintu ruangan itu kembali terbuka. Seorang pria yang menjadi pahlawannya hari ini masuk dengan sebuah nampan di tanganya.

Pria itu nampak kaget saat melihat Amora yang telah bangun, namun sedetik kemudian senyum manis terpancar di bibir seksinya itu.

"Sudah bangun.... Ayo makanlah"

Amora hanya diam saja sambil menatap pahlawannya itu.

"Mau ku suapi,hm?"

Seketika Amora lansung menggelengkan kepala, ia  memang sedang lemah namun ia masihlah kuat untuk hanya mengangkat sebuah sendok.

"Kalau begitu ayo makan bubur mu, jangan melamun... Aku tau kau sudah dua hari tak makan, kan?"

Amora tak peduli, ia segera memakan bubur itu Tampa di suruh untuk kedua kalinya.

"Makasih om, aku gak tau lagi harus balas jasa om seperti apa. Gak kebayang deh kalo om gak nyelamayin aku pagi ini, mungkin aku udah tinggal nama...hehe"

"Hmm, makan! Jangan banyak bicara"

Amora mengangguk, ia kembali menyuapi bubur yang terasa sedikit pahit di lidahnya, namun tak ada cara lain, ia lapar.

"Untuk sementara kau di sini"

"Hmm, tapi aku pinjam ponselnya ya om.... Mau ngabarin...."

"Tidak, ku yakin kekasihmu itu sudah tau"

"Om zaren.... Aku mau ngabarin Daddy dan mommy bukan Felix" ucap Amora lagi.

Zaren terkekeh pelan "nanti, makanlah dahulu"

Amora mengangguk sekali lagi, lalu kembali menyuapi bubur yang tinggal sedikit lagi.

Tak butuh waktu lama, bubur itu sudah habis menyisakan mangkuk kosong. Amora memberikan mangkuk tersebut pada zaren. Zaren menerimanya lalu memberikan air putih serta beberapa obat - obatan pada Amora.

Tak mau banyak tanya, Amora segera menelan pil yang zaren berikan di susul air putih tersebut.

"Om kok bisa tau  aku di culik" Tanya Amora .

"Kau menghubungi ku sebelum para bedebah itu menangkapmu" ucap Zaren jujur.

Amora mengangguk, ia ingat saat itu sempat memencet asal kontak seseorang  dan ternyata Zaren lah yang ia hubungi.

"Lalu kenapa om lama benget? Huft, om tau aku hampir aja di lecehin si Kendri" ucap Amora mengadu bak anak kecil, tenaganya sudah pulih sekarang.

Zaren hanya terkekeh, mengusap pelan puncuk kepala Amora.

Amora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang